Dharma Secangkir Teh

Jurnalis : Dina (He Qi Utara 2), Fotografer : Dina (He Qi Utara 2)

Dharma Secangkir Teh

Lim Airu membawakan sesi seni meracik teh dalam acara festival budaya humanis Tzu Chi yang diselenggarakan pada tanggal 4 Desember 2016.

Pada tanggal 4 Desember 2016 Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan festival budaya humanis yang diadakan di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Banyak sekali acara yang memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi, salah satunya adalah Jing Si Cha Dao, yaitu seni penyajian teh Jing Si. Jing Si berarti pikiran yang tenang, Cha artinya teh sedangkan Dao adalah prinsip kebenaran, jadi Cha Dao bukan hanya sekedar minum teh biasa namun di balik semua itu mempunyai makna dan filosofi yang dalam mengenai kehidupan manusia sehari-hari.

Lim Airu dan Lie Fa Lie yang membawakan sesi kelas Cha Dao ini. Airu telah belajar Cha Dao iselama kurang lebih 6 tahun sejak tahun 2011, di mana awal mula Airu di ajak oleh Like Hermansjah untuk belajar Cha Dao kemudian Airu mengajak Lie Fa Lie untuk belajar bersama-sama di Taiwan. Dari 8 orang relawan Tzu Chi Indonesia yang ke Taiwan untuk belajar Cha Dao hanya bertahan 2 orang inilah yang akhirnya bisa membawa Cha Dao di Indonesia. Selama belajar tentu banyak kesulitan yang di hadapi oleh Airu selama di Taiwan baik dari segi bahasa mandarin yang agak dalam dan sulit dimengerti maupun dari kelas yang harus diikuti dari pagi hingga sore hari. “Dengan adanya niat dan ketulusan hati untuk mau belajar maka pasti ada jalan untuk terus belajar sehingga bisa bertahan sampai sekarang,” kata Airu.

Dharma Secangkir Teh

Alat meracik teh memiliki 14 macam barang yang mempunyai fungsi masing-masing, setelah disatukan barulah bisa menjadi satu kesatuan yang sempurna.

Alat meracik teh ini memiliki 14 macam barang yang mempunyai fungsi masing-masing, setelah disatukan barulah bisa menjadi satu kesatuan yang sempurna dalam menghasilkan teh yang harum semerbak dan menyejukkan jiwa. Sama halnya dengan manusia yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun apabila disatukan untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat maka akan menjadi  indah dan sempurna.

Etiket penyajian teh (Cha Dao) ini memiliki kaitan yang erat dengan ajaran Buddha yaitu 6 paramita, antara lain kemurahan hati/berdana (diibaratkan seperti taplak meja), disiplin (dalam memasukkan daun teh ke dalam poci yang kecil), kesabaran (menuangkan air ke dalam teko), usaha (menunggu sampai air dan daun teh menyatu dan menghasilkan aroma yang harum), konsentrasi ( fokus menuangkan teh dari teko ke cawan), dan yang terakhir kebijaksanaan (menuangkan teh kebeberapa cawan dengan sama rata tanpa perbedaan), itulah 6 paramita yang tersimpan dalam penyajian teh (Cha Dao) ini sehingga kita dapat memahami Dharma tanpa kata-kata dalam penyajian teh ini (Cha Dao).

Dharma Secangkir Teh

Lim Airu dan Li Fa Lie berfoto bersama staff DAAI TV usai mengikuti sesi Cha Dao di Aula Jing Si Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Enam Paramita Dalam Cha Dao

Selain enam paramita ini ada beberapa filosofi yang terkandung di dalam Cha Dao ini yaitu  mengenai Gan En, Zun Zhong, Ai yang berarti  dengan penyajian teh ini kita bisa mempraktekkan tata krama kehidupan sehari-hari  yang selalu bersyukur, menghormati, dan memberikan kasih sayang kepada orang yang menerima teh sehingga dapat  merasakan hati yang bebas dan sukacita yang dalam, maka terpancarlah keindahan dan keanggunan  seorang manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Cha Dao ini bisa melatih kesabaran dan ketenangan jiwa dan pikiran,“ kata Airu. Karena dalam setiap etiket di Cha Dao harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketenangan jiwa barulah  bisa mendapatkan secawan teh yang harum. Setiap gerakan  meracik teh memiliki arti tersendiri salah satunya adalah di mana pada saat menuangkan teh dari teko ke cawan tidak bisa langsung tetapi harus memiliki etiketnya sendiri di mana cawan yang satu tidak bisa langsung dilangkahi untuk menuangkan teh jadi kita mempraktekkan saling menghormati satu dengan yang lainnya.

Selain Etiket penyajian teh di atas, ada 3 kebajikan yang bisa di petik dari meminum teh yaitu teguk pertama berarti memberkahi diri selalu bertutur kata yang baik, tegukan kedua berarti memberkahi diri selalu berniat baik, tegukan ketiga berarti memberkahi diri selalu melakukan perbuatan baik.

Selain itu ada 3 hal penting juga dalam meracik teh yaitu jumlah daun teh, suhu air, waktu penyeduhan. Jumlah daun teh harus secukupnya jangan terlalu banyak dan sedikit jika terlalu sedikit tidak ada rasa, jika terlalu banyak akan terasa pahit, sama halnya dengan kita memberikan kasih sayang sesuai kadar dan porsinya masing-masing. Kedua adalah suhu air, harus di sesuaikan dengan jenis teh, seperti kebersamaan setiap individu haruslah memperhatikan karakter masing-masing. Ketiga adalah waktu penyeduhan, kita harus memperhatikan setiap menit dan detik sehingga bisa menghasilkan teh yang harum dan nikmat, sama halnya dengan kehidupan manusia, karena waktu mengakumulasi setiap hal sehingga kita bisa memanfaatkan setiap menit dan detik dengan sebaik-baiknya.

Dalam Cha Dao sampai menghasilkan secawan teh yang harum, semuanya mewakili proses kehidupan manusia, bagaimana menjadi pribadi yang penuh dengan tata krama dan kearifan sosial dalam masyarakat yang dapat mencerminkan budaya humanis Tzu Chi yang penuh dengan keindahan, serta memanfaatkan setiap waktu lebih bermakna, karena waktu adalah kebahagiaan.


Artikel Terkait

Embrio, Fase Awal Pertumbuhan

Embrio, Fase Awal Pertumbuhan

07 Desember 2016

Pameran Embrio merupakan pameran dokumentasi kegiatan-kegiatan awal Tzu Chi Indonesia dalam menjalankan kemanusiaannya. Relawan Tzu Chi saat itu hanya beberapa ibu-ibu rumah tangga mampu menyimpan arsip tersebut dengan baik. Hal ini justru yang perlu dicontoh oleh generasi sekarang khususnya para relawan. Pameran embrio dan pameran  foto yang diikuti 73 orang ini diadakan pada tanggal 4 Desember 2016 di Jing Si Tang Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk.

Dharma Secangkir Teh

Dharma Secangkir Teh

07 Desember 2016

Setiap etiket di Cha Dao harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketenangan jiwa barulah  bisa mendapatkan secawan teh yang harum. Hal ini dilakukan pada sesi Jing Si Cha Dao dalam kegiatan festival budaya humanis Tzu Chi pada 4 Desember 2016.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -