Relawan Tzu Chi Pekanbaru memberikan persembahan makanan diiringi dengan lantunan lagu Cheng Xin Zhai Jie (Tulus Bervegetaris dan Menaati Sila) dalam kegiatan doa bersama Buan Tujuh Penuh Berkah.
Bulan tujuh dalam penanggalan Lunar kerap kali dianggap sebagai bulan yang penuh mitos dan hal-hal negatif. Namun, melalui kegiatan Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah yang dilaksanakan Tzu Chi Pekanbaru mengajak masyarakat untuk melihat bulan ini sebagai bulan penuh sukacita, bulan berbakti, dan bulan penuh berkah. Kegiatan ini diselenggarakan di Kantor Tzu Chi Pekanbaru dan dihadiri oleh 151 tamu undangan dan 110 panitia pada Jumat, 5 September 2025.
Kegiatan dibuka dengan prosesi persembahan makanan yang diikuti oleh 34 peserta. Prosesi ini bertujuan untuk melindungi kehidupan melalui praktik vegetarian, sekaligus menghimpun jasa kebajikan demi keselamatan dan ketentraman semua makhluk. Persembahan makanan diiringi dengan lantunan lagu (Tzu Chi Pekanbaru) (Tulus Bervegetaris dan Menaati Sila), sementara barisan peserta dengan penuh kesungguhan membawa hidangan yang disiapkan dengan hati tulus.
Kegiatan doa bersama Buan Tujuh Penuh Berkah yang diadakan Tzu Chi Pekanbaru ini dihadiri 151 tamu undangan dan 110 panitia.
“Saya pikir kegiatan ini lumayan bagus. Apalagi kita tahu mitos sebelumnya bulan tujuh identik dengan hal-hal kurang baik. Tzu Chi mengadakan kegiatan Bulan Tujuh Penuh Berkah ini bisa mengubah sedikit pandangan masyarakat Tionghoa khususnya. Bahwa sebenarnya bulan tujuh itu bukanlah bulan yang menakutkan, tetapi bulan penuh berkah yang harus kita adakan dengan mempersembahkan makanan untuk menghimpun jasa dan amal kebajikan,” ungkap Felicia, salah satu peserta persembahan makanan.
Hal senada diungkapkan oleh Lina dan Linda selaku PIC persembahan makanan. Menurut mereka, prosesi ini memiliki makna menyelamatkan makhluk hidup serta melimpahkan jasa kepada leluhur. “Persembahan makanan berarti kita menyelamatkan makhluk hidup. Kita juga harus melakukan kebajikan begini untuk bisa kita limpahkan kepada leluhur kita,” ujar Lina.
Sharing pola hidup vegetaris dari Mariany Heriko (kanan) yang berhasil menginspirasi mamanya (tengah) untuk turut serta menjalani pola hidup vegetaris.
Sejak dahulu hingga kini, praktik tulus bervegetaris diyakini sebagai sebuah metode untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian. Kebiasaan penuh makna ini hingga sekarang juga terus dipertahankan di berbagai belahan dunia.
Selain prosesi persembahan makanan, relawan Tzu Chi Pekanbaru juga memadukan lantunan Sutra Makna Tanpa Batas dengan senam sehat. Hal ini dimaksudkan agar peserta dapat mendengarkan Dharma sambil menyehatkan tubuh dan batin. Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi persembahan pelita, buah, dan bunga.
Dalam rangkaian kegiatan, juga diadakan Persamuhan Dharma Bagai Air yang merupakan bagian dari Sutra Makna Tanpa Batas (Bab Pembabaran Dharma). Persamuhan ini dipandu oleh relawan Komite Tzu Chi Pekanbaru. Atina, salah satu relawan, mengaku mendapat banyak pelajaran dari sesi ini: “Dari persamuhan ini kita belajar bahwa Dharma itu bagaikan air yang bisa membersihkan kotoran batin. Ikut persamuhan ini kayaknya batin saya lebih bahagia, lebih bisa menerima gitu,” jelasnya.
Relawan Tzu Chi Pekanbaru, Mettayani menjelaskan tentang tulus bervegetaris sebagai ungkapan ketulusan dan mengajak para tamu untuk tulus bervegetaris dengan menulis di lampion pelimpahan jasa.
Lutiana, Wakil Ketua Tzu Chi Pekanbaru, menekankan bahwa membabarkan Dharma juga harus disesuaikan dengan kapasitas pendengarnya. “Kapasitas semua orang itu tidak sama. Kalau ketemu anak kecil, kita harus gunakan bahasa sederhana. Dengan orang tua pun tidak boleh seolah-olah menggurui. Jadi harus banyak metode sesuai kapasitas mereka,” ungkap Lutiana.
Usai doa bersama, peserta dan tamu undangan berkesempatan mengunjungi pameran yang menampilkan poster makna bulan tujuh Lunar, lampion dan celengan untuk pelimpahan jasa, inspirasi kata perenungan, serta aneka produk Jing Si. Acara ditutup dengan santap bersama menu vegetarian.
Selain doa bersama, para tamu undangan juga diajak melihat pameran serta dijelaskan tentang makna sesungguhnya dari Bulan Tujuh Penuh Berkah.
Atina menjelaskan makna utama dari kegiatan ini adalah pelimpahan jasa untuk leluhur. “Pelimpahan jasa leluhur bisa dilakukan dengan banyak cara, misalnya berbuat baik atau bervegetarian. Seperti saya tadi, saya memilih untuk vegetarian 15 hari dan melimpahkannya untuk leluhur. Semoga tahap demi tahap kita bisa terus belajar,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, Tzu Chi Pekanbaru berharap masyarakat dapat memandang bulan tujuh dengan cara yang benar. Tidak lagi sebagai bulan yang menakutkan, melainkan sebagai bulan penuh berkah. Dengan pandangan, keyakinan, pikiran, dan tindakan yang benar, bersama-sama kita dapat menciptakan keselamatan, ketentraman, dan kesejahteraan.
Editor: Arimami Suryo A.