Hong Tjhin Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sekaligus Anggota Dewan Penasihat Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) menyambut kedatangan para peserta gathering PFI ini dengan semangat gotong royong.
Dalam upaya memperkuat budaya serta ekosistem filantropi di Indonesia, Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) menggelar kegiatan gathering bersama seluruh anggotanya. Pertemuan ini menjadi ruang penting untuk saling berbagi, memperkuat kolaborasi lintas sektor, dan mendorong dampak nyata filantropi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) serta agenda iklim.
Acara gathering ini berlangsung di Xi She Ting, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, pada 12 November 2025. Kegiatan ini dihadiri oleh 250 peserta dari berbagai lintas sektor.
Sebagai tuan rumah, Hong Tjhin, Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sekaligus Anggota Dewan Penasihat Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI), menyambut kedatangan para peserta gathering PFI ini dengan semangat gotong royong. Sejalan dengan semangat PFI, Tzu Chi senantiasa menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal: cinta kasih, kepedulian, dan semangat gotong royong yang menjadi landasan bagi setiap aksi filantropi.
Hong Tjhin menceritakan terbentuknya Yayasan Buddha Tzu Chi yang lahir di Hualien, Taiwan, didirikan oleh seorang biksuni, Master Cheng Yen, bersama para ibu rumah tangga yang menyisihkan uang belanja ke dalam celengan bambu untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
“Itulah awalnya, dari satu pasar, satu komunitas ke komunitas lain. Sekarang sudah ada di 68 negara dan ribuan kantor penghubung. Jadi, kalau berbicara tentang the power of women, Tzu Chi adalah salah satu contohnya,” tutur Hong Tjhin.
Hong Tjhin juga mengungkapkan bahwa Tzu Chi Indonesia pun lahir dari para ibu rumah tangga, istri para pengusaha Taiwan. “Jadi ini organisasi yang digerakkan dengan tujuan menjalankan misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya humanis. Budaya humanis itu budi pekerti yang bukan hanya tata krama, tapi budi pekerti tentang bagaimana melatih keuletan dan ketekunan bekerja keras supaya bisa mandiri,” jelas Hong Tjhin.
Hong Tjhin menjelaskan pula bahwa topik Members Gathering PFI ini adalah bagaimana berkolaborasi, bagaimana para anggota bisa saling mengenal lebih jauh. Kluster-klusternya sudah jelas. Hong Tjhin menjelaskan bahwa Tzu Chi saat ini sedang membantu Pemerintah Pusat bersama Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman RI dengan merenovasi 5.020 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) untuk mendukung Program 3 Juta Rumah sebagai salah satu wujud dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto untuk menyediakan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Selain itu, Hong Tjhin juga menjelaskan bahwa pemberian beasiswa terus berjalan. Ada beasiswa bagi siswa yang tidak mampu hingga tingkat SMA, dan beasiswa prestasi di tingkat universitas diberikan melalui kerja sama dengan Eka Cipta Foundation.
Okty Damayanti Ketua Badan Pengawas Persatuan Filantropi Indonesia (PFI) mengajak para anggota Filantropi bersatu, saling belajar, bekerja lintas batas antara dunia usaha, akademisi, masyarakat sipil, dan pemerintah untuk menghasilkan inisiatif yang membawa perubahan sistematis yang berdampak sebagai kontribusi kepada pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Okty Damayanti, Ketua Badan Pengawas Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI), mengungkapkan kebanggaannya melihat ekosistem filantropi di Indonesia yang terus tumbuh dan berkembang.
“Saya melihat banyak sekali wajah muda, mungkin millennial generation ya, hadir di sini. Sebagai bagian dari badan pengawas, saya merasa bangga melihat bagaimana ekosistem filantropi di Indonesia terus bertumbuh dan berkembang. Dari waktu ke waktu, kita menyaksikan semakin banyak organisasi, komunitas, bahkan generasi muda yang menjadikan filantropi bukan hanya sekadar kegiatan memberi, tetapi sebagai gerakan perubahan sosial yang strategis dan berkelanjutan,” ungkap Okty.
Lebih lanjut, Okty mengatakan bahwa prinsip gotong royong menjadi roh utama yang dijalankan oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia dalam setiap inisiatif dan kolaborasinya.
“Hari ini kita bisa melakukan Members Gathering di tempat Pak Hong Tjhin, di Gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Semangat kebersamaan ini telah terbukti nyata, salah satunya melalui keberhasilan penyelenggaraan Filantropi Festival yang melibatkan beragam anggota dan mitra lintas sektor. PFI menunjukkan bagaimana kolaborasi yang inklusif dan partisipatif dapat memperkuat jaringan, memperluas dampak, serta menumbuhkan rasa memiliki di antara seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem filantropi,” jelas Okty dalam sambutannya.
Members Gathering ini berlangsung di Gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, ruang Xi She Ting, Pantai Indah Kapuk dihadiri 250 orang peserta dari berbagai lintas sektor.
Pada members gathering ini ditampilkan acara talkshow yang di pandu oleh Rully Amrullah Direktur eksekutif PFI, dengan pembicara Gusman Yahya Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia dan Tanggapan, Agus Budiyanto Direktur Eksekutif Forum Zakat, dan Surya Rahman Muhammad Direktur Eksekutif Humanitarian Forum Indonesia.
Tema Members Gathering ini adalah “Mengakselerasi Dampak Filantropi Melalui Revitalisasi Klaster”. Para anggota PFI telah banyak menjalin kerja sama, namun sebagian besar masih berada pada level nota kesepahaman. Untuk mengakselerasi menjadi implementasi yang konkret, diperlukan dorongan dan komitmen dari seluruh anggota PFI.
Dunia berubah cepat, tantangan pembangunan semakin kompleks, dan filantropi tidak bisa berjalan sendiri. Revitalisasi klaster menjadi langkah penting agar PFI tetap adaptif, memperkuat keterlibatan dan peran anggota, serta membuka kesempatan berkolaborasi lintas sektor, sehingga setiap inisiatif dapat membawa dampak yang lebih luas dan terukur.
Jika filantropi dapat bersatu, saling belajar, dan bekerja lintas batas antara dunia usaha, akademisi, masyarakat sipil, serta pemerintah, maka yang dihasilkan bukan hanya kegiatan, tetapi inisiatif yang membawa perubahan sistematis dan berdampak nyata sebagai kontribusi PFI bagi pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
“Mari kita jadikan pertemuan ini bukan hanya ruang diskusi dan jejaring, tetapi menjadi titik tolak untuk menyegarkan semangat, memperkuat jaringan yang sudah ada, serta meneguhkan komitmen kita bersama bahwa filantropi Indonesia harus terus menjadi kekuatan nyata bagi kemajuan keberlanjutan bangsa,” ujar Okty.
Diskusi berkelompok pada kegiatan gathering ini menciptakan kolaborasi yang sejati dan berbasis nilai kebersamaan, agar filantropi berperan signifikan dalam menghadirkan perubahan sosial yang berdampak luas bagi Indonesia.
Para anggota PFI dari Yayasan Bakti Barito, Yayasan KitaBisa, dan Rumah Zakat Indonesia mengadakan kolaborasi yang menghasilkan kegiatan White Space yang menghasilkan ruang dialog interaktif lintas perspektif antara filantropi, pegiat lingkungan, komunitas, dan generasi muda.
Sebagai lembaga kemanusiaan yang telah berkiprah lebih dari dua dekade di Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menegaskan bahwa filantropi bukan sekadar memberi, tetapi juga tentang menumbuhkan kesadaran dan memberdayakan. Melalui semangat cinta kasih tanpa batas, setiap langkah kebaikan diyakini dapat menyalakan harapan besar bagi sesama dan bumi yang kita huni bersama.
Gathering PFI kali ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antaranggota dan merumuskan arah baru bagi ekosistem filantropi Indonesia yang lebih adaptif, inklusif, dan berkelanjutan. Harapannya, semangat kolaboratif ini dapat menjadi motor penggerak bagi terciptanya masyarakat yang lebih berdaya, lingkungan yang lebih lestari, serta masa depan yang lebih manusiawi.
Sebagai informasi, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berkomitmen mendukung pencapaian SDGs di Indonesia dengan melakukan integrasi, pemantauan, dan pelaporan melalui misi-misi kemanusiaan Tzu Chi dalam enam tujuan utama, yaitu: Tanpa Kemiskinan; Kehidupan Sehat dan Sejahtera; Pendidikan Berkualitas; Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; serta Penanganan Perubahan Iklim.
Editor: Metta Wulandari