Gathering Relawan Komite Tzu Chi 2025: Menyalakan Kembali Semangat Awal

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : James Yip (He Qi Barat 2), Deddy (He Qi Pusat), Indra Gunawan (He Qi Angke)


Dua relawan senior, Like Hermansyah dan Livia Tjin berbagi kisah inspiratif dalam talkshow bertema Damai dan Sukacita di Jalan Tzu Chi, membangkitkan kembali semangat para relawan komite Tzu Chi.

Aula Jing Si Indonesia pada Minggu 27 Juli 2025 dipenuhi oleh semangat kebersamaan. Sekitar 400 relawan Komite Tzu Chi berkumpul secara langsung, sementara relawan lainnya bergabung secara daring dari 11 titik di berbagai kota di Indonesia. Total ada 603 relawan dan 80 panitia yang berpartisipasi dalam gathering kali ini.

Suasana hangat dan akrab begitu terasa, karena biasanya para relawan ini hanya bertemu di lapangan saat menjalankan misi kemanusiaan. Gathering ini menjadi ruang untuk saling menyapa, menyemangati, dan merefleksikan perjalanan bersama di jalan Tzu Chi.

Yuli Natalia, salah satu koordinator acara menjelaskan bahwa tujuan utama dari gathering ini adalah mempererat hubungan antar komite baik relawan senior maupun yang belum begitu lama menjadi relawan komite, agar merasa dekat, setara, dan terhubung.

“Dengan mendengar kisah nyata dari relawan seperti Like Shijie dan Livia Shijie, diharapkan para peserta makin terinspirasi. Kisah mereka nyata, pernah dijalani, dan mewakili banyak pengalaman relawan lain. Harapannya, para peserta bisa berkata, ‘Iya, saya juga pernah mengalami itu,’ dan semangat pun tumbuh kembali,” ujar Yuli.

Semangat Like dan Livia yang Tak Pernah Padam


Like Hermansyah menginspirasi peserta dengan kisah perjuangannya di Tzu Chi sejak 1998. “Apapun boleh lupa, tapi jangan lupa Master Cheng Yen dan Tzu Chi,” katanya.  Livia Tjin juga membagikan perjalanannya Tzu Chi. Pesan Master Cheng Yen terus menjadi pegangan dalam langkah hidupnya.

Dua sosok utama yang berbagi dalam gathering ini adalah Like Hermansyah dan Livia Tjin. Keduanya merupakan relawan senior yang telah lama membaktikan diri di Tzu Chi dan dikenal mampu merangkul berbagai kalangan dari relawan lama hingga yang baru bergabung. Talkshow bertema Damai dan Sukacita di Jalan Tzu Chi ini dipandu oleh Wylen Djap, yang kini menjadi Wakil Ketua He Qi Pusat.

“Kita bisa sampai di hari ini semua berkat jejak para senior, betul?” Wylen membuka sesi talkshow yang dijawab serempak para peserta. ‘Betul!”

Like Hermansyah menjadi relawan Tzu Chi pada tahun 1998 di usia 42 tahun. Saat itu ia adalah seorang pengusaha yang sangat mengagungkan materi. Namun ketekunan sahabatnya, Lulu yang tanpa lelah mengajaknya ikut kegiatan Tzu Chi, membuka hatinya.

“Tanpa sadar, saya jatuh hati dengan Tzu Chi,” ungkap Like. Kini, ia pun menjadi sosok yang rajin ‘menjemput’ relawan baru, meneruskan semangat yang dulu ia terima.



Seorang relawan tampak begitu terharu dengan keteguhan Like Hermansyah dan Livia Tjin.

Livia di sisi lain mulai mengenal Tzu Chi tahun 2000 saat menghadiri Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi. Ia awalnya hanya menjadi donatur dan kemudian mendapat kesempatan mengikuti pelatihan selama sebulan di Tzu Chi Taiwan pada tahun 2004. Pertemuan langsung dengan Master Cheng Yen menjadi titik balik yang menguatkan tekadnya. “Pesan Master Cheng Yen, ‘Di mana ada niat, di situ ada kekuatan,’ menjadi prinsip hidup saya sampai sekarang,” katanya.

Perjalanan keduanya di Tzu Chi penuh warna. Like dipercaya menjadi Ketua Relawan hanya setahun setelah bergabung, meski saat itu ia belum memahami struktur organisasi. Waktu itu komunitas relawan Tzu Chi masih jadi satu, belum terpecah menjadi He Qi- He Qi. Tanpa bantuan teknologi modern ia menghubungi satu per satu relawan melalui telepon, menyampaikan informasi kegiatan, memotivasi, bahkan mencatat data pribadi mereka dari usia hingga keahlian. “Bagi saya, mengenal relawan secara personal adalah kunci supaya saya bisa memberikan ladang berkah yang cocok untuk mereka,” ujarnya.

Livia pun mengalami hal serupa. Awalnya bertugas memilah data relawan berdasarkan wilayah, ia kemudian dipercaya menjadi Ketua Xie Li, lalu Wakil Ketua He Qi pada 2008. Meski awalnya merasa belum siap, dorongan para senior membuatnya semakin matang. Ia belajar dari bawah, menjadi sekretariat, MC, fotografer, bahkan belajar komputer bersama timnya.

Transformasi Sistem


Seorang relawan senior mencatat pencerahan yang ia dapatkan melalui gathering relawan komite Tzu Chi ini.

Tantangan muncul saat sistem 4-in-1 diterapkan, membagi relawan ke dalam wilayah He Qi. Perasaan terpisah dengan para relawan dalam satu tim sempat muncul namun Like menegaskan bahwa sistem ini bukan soal hirarki melainkan soal membangun kesetaraan dan kebersamaan.

Like dan Livia juga menjadi motor dalam sejumlah kegiatan inspiratif. Like menggagas Drama Sutra Bakti Anak yang awalnya hanya diikuti 20 peserta, namun berkembang menjadi kegiatan besar yang menyentuh hati banyak orang. Sementara Livia mengembangkan kegiatan Hari Ayah yang melibatkan ratusan relawan dan mendorong perubahan gaya hidup, termasuk bervegetaris demi cinta kasih universal.

Saat peresmian Aula Jing Si Indonesia, Like menggagas kegiatan “Doa Seribu Berkah”. Meski hujan deras mengguyur malam sebelumnya, acara tetap berjalan lancar dan berhasil menggalang dana lebih dari Rp 200 juta. Bahkan saat konsumsi untuk 2.000 orang harus dipersiapkan, Like yang belum pernah masak untuk 10 orang pun maju sebagai koordinator, percaya bahwa timnya bisa mengatasi tantangan.

Apa yang dibagikan Like dan Livia dalam talkshow ini menunjukkan bahwa bertahan di jalan cinta kasih bukanlah kebetulan, melainkan pilihan sadar untuk terus melangkah meski penuh tantangan demi misi yang lebih besar dari diri sendiri.

Dengan semua perjalanan yang telah terlewati Livia dan Like menutup sesi talkshow dengan refleksi mereka menjadi murid sejati Master Cheng Yen.

“Saya sudah 21 tahun di Tzu Chi. Sangat bersyukur menjadi murid Master Cheng Yen. Hidup saya jadi bahagia dan bermakna, walaupun umur sudah tidak muda lagi. Saya akan terus belajar dan berkontribusi, karena ini berkah besar,” tutur Livia penuh syukur.

“Saya sudah 70 tahun. Kadang lupa kacamata yang nempel di kepala. Tapi saya tahu, apapun boleh lupa tapi jangan lupa Master Cheng Yen dan Tzu Chi,” sambung Like.

Laporan Tahunan Tzu Chi Indonesia


Relawan senior Chia Wen Yu menyampaikan apresiasinya terhadap laporan tahunan Tzu Chi Indonesia yang mendapat pujian dari relawan senior di Hualien dan dinilai terbaik oleh CEO Tzu Chi Taiwan.

Dalam sesi pembukaan gathering, relawan senior Chia Wen Yu yang bergabung dari Kota Sydney juga turut memaparkan materinya. Dalam pemaparannya, Wen Yu menyampaikan rasa bangga dan syukur atas kerja keras serta dedikasi para relawan di Indonesia. Ia menekankan bahwa semangat dan ketekunan para relawan inilah yang membuat laporan tahunan (annual report) Tzu Chi Indonesia begitu mengesankan, hingga mendapat pujian langsung dari relawan senior di Hualien, Taiwan.

Pada 23 Mei 2025 lalu sebanyak 62 relawan dari tim Tzu Chi Indonesia berangkat ke Hualien untuk menyampaikan laporan tahunan secara langsung kepada Master Cheng Yen. Kegiatan ini berlangsung seharian penuh, dari pagi hingga sore. Laporan tersebut dinilai sebagai yang terbaik oleh CEO Tzu Chi Taiwan, bahkan dijadikan referensi untuk dipelajari oleh negara-negara lain.

Dalam laporan tersebut, struktur organisasi Tzu Chi Indonesia dijelaskan secara lengkap oleh Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei. Ia juga mengatakan bahwa tahun ini ada enam grup yang akan dikirim ke Hualien untuk lebih dekat dengan Master Cheng Yen dan menyerap semangat Tzu Chi secara langsung. Ia juga memaparkan bahwa staf Tzu Chi Indonesia kini lebih aktif dan terorganisasi, seperti melakukan rapat rutin tiap dua pekan, bukan hanya bekerja secara operasional, tapi juga strategis.



Riska, salah satu anak Teratai Tzu Chi, kini telah menjadi perawat di Tzu Chi Hospital PIK berkat bimbingan dan dukungan dari Dena Sari dan tim relawan.

Transformasi digital benar-benar dilakukan seperti menggunakan media sosial (IG, TikTok, FB) untuk menjangkau generasi muda. Produksi video pendek untuk edukasi dan penyebaran nilai-nilai juga terus digencarkan sehinga jumlah follower bertumbuh 45%. Penggunaan AI untuk komunikasi dan penerjemahan juga dilakukan sehingga kegiatan Tzu Chi Indonesia dapat dilaporkan ke Hualien dengan lebih cepat. Meskipun Wen Yu sendiri mengaku kurang “nyambung" dengan AI, tapi ia sungguh mengapresiasi semangat inovatif staf Tzu Chi Indonesia.

Selain itu dalam pelaporan di Taiwan, Tzu Chi Indonesia juga melaporkan pendampingan relawan dan komunitas. Seperti Like Hermansyah dari He Xin 2 selaku pembina 18 titik luar kota. Pendampingan yang ia lakukan adalah dedikasi luar yang biasa. Pun dengan Like yang dulu tidak bisa bahasa Mandarin, kini bisa menyampaikan laporan dalam bahasa Mandarin di hadapan Master Cheng Yen.

Dalam laporan tersebut ada juga Dena Sari, Ketua Misi Amal dari He Qi Cikarang yang melaporkan pendampingannya kepada anak asuh, yakni yang dibantu biaya pendidikannya oleh Tzu Chi. Contohanya Riska dari keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan dapat menempuh pendidikan keperawatan dan kini sudah bekerja sebagai perawat di Tzu Chi Hospital PIK.

Sebuah Pesan Cinta Kasih



Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia, memberikan pesan penuh semangat kepada para relawan untuk mewarisi dan melanjutkan perjuangan para relawan senior.

Dalam gathering ini, Ketua Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei turut menyampaikan pesan penuh makna kepada para relawan. Ia mengajak seluruh relawan khususnya generasi muda untuk tidak hanya mengagumi semangat para senior, tetapi juga mewarisinya dan melanjutkan perjuangan mereka.

"Master Cheng Yen bilang, di Tzu Chi harus ada tiga hati, yaitu berani seperti singa, tangguh seperti unta, dan murni seperti anak kecil. Inilah kunci agar relawan bisa bertahan lama di jalan misi kemanusiaan," tuturnya.

Ia juga menyerukan partisipasi para relawan dalam program besar berikutnya, yakni renovasi 4.000 rumah tidak layak huni sebagai hadiah ulang tahun ke-60 Tzu Chi dan ulang tahun ke-90 Master Cheng Yen. “Empat ribu rumah ini adalah kesempatan dan tanggung jawab kita semua,” pungkasnya.



Penampilan penuh semangat dari relawan komite pria membawakan isyarat tangan Mars Tzu Cheng.

Sementara itu salah satu penampilan yang mencuri perhatian dalam gathering ini adalah isyarat tangan lagu Mars Tzu Cheng, atau mars relawan komite pria Tzu Chi. Penampilan para relawan komite pria ini sungguh energik sekaligus penuh penghayatan. Di antara para penampil tersebut ada Andi Tju dari He Qi Pluit.

“Liriknya memberikan motivasi, mengingatkan tanggung jawab para relawan komite pria kepada dunia Tzu Chi dan kepada Master Cheng Yen. Komite pria kan memang lebih banyak bergerak di lapangan,” katanya.

Para relawan komite pria ini berlatih selama tiga pekan setiap hari Minggu di Galeri DAAI. Selain latihan bersama, Andi juga rutin latihan sendiri di rumah. Semua dilakukan dengan tekad yang kuat. Ia mengaku merasa lega dan bahagia bisa menuntaskan tanggung jawab tampil dengan sebaik mungkin.



Andi Tju (kedua dari kiri) berharap makin banyak masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pelestarian lingkungan.

Andi Tju bergabung dengan Tzu Chi sejak pertengahan 2011 dan resmi menjadi relawan komite pada tahun 2017. Ia lebih banyak di Misi Pelestarian Lingkungan.

“Di misi pelestarian lingkungan itu kita mendapatkan tiga hal sekaligus: lingkungan terjaga, barang yang kita kumpulkan berguna untuk misi kemanusiaan, dan ada edukasinya juga,” jelas Andi, yang kini menjabat sebagai Ketua Misi Pelestariang Lingkungan He Qi Pluit.

Saat ini, He Qi Pluit memiliki dua titik pemilahan aktif, yaitu di Pluit Timur 1 dan Pantai Mutiara. Meski upaya pelestarian lingkungan di masyarakat mulai mendapat perhatian, tantangan tetap ada. “Masyarakat di perumahan sudah cukup sadar, mereka mulai memilah dari rumah. Tapi memang belum banyak yang mau ikut langsung di lokasi pemilahan. Kebanyakan hanya meletakkan barang saja,” tutur Andi.

Karena itu, ia berharap titik pemilahan bisa terus bertambah dan semakin banyak relawan yang bersedia mengemban tanggung jawab bersama. “Kita tidak bisa kerja sendiri. Relawan harus kompak. Tanpa kebersamaan, kita tidak akan bisa,” katanya.



Sebanyak 603 relawan Tzu Chi dari berbagai kota mengikuti gathering ini.  Acara berlangsung secara hybrid dengan 400 relawan hadir langsung di Aula Jing Si dan lainnya bergabung dari 11 titik secara daring.

Di tengah perjalanannya sebagai relawan, Andi tidak menampik bahwa ada kalanya semangat melemah. Namun baginya, yang terpenting adalah bagaimana menghadapi rasa jenuh itu. “Kalau mau mundur sih tidak. Tapi kadang memang ada jenuh sesaat. Itu harus kita lawan. Karena selain diri kita sendiri, tidak ada yang bisa mendobrak rasa malas itu,” ujarnya.

Menurutnya, gathering seperti ini menjadi pemantik semangat yang sangat berharga. Ia merasa seperti diingatkan kembali akan semangat awal saat pertama kali bergabung dengan Tzu Chi.“Gathering ini benar-benar memotivasi kami kembali ke semangat awal. Jadi lebih giat, lebih semangat, dan lebih rajin lagi menjalankan misi-misi Tzu Chi,” pungkasnya.


Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Menyambut Para Bodhisatwa Baru

Menyambut Para Bodhisatwa Baru

19 Juni 2014 Kehadiran Tzu Chi di tanah Papua sungguh merupakan jalinan jodoh yang sangat baik karena itu untuk merajut jalinan jodoh yang lebih baik lagi Tzu Chi Biak mengadakan sebuah kegiatan gethering relawan.
Keyakinan, Keuletan, dan Keberanian

Keyakinan, Keuletan, dan Keberanian

26 Desember 2019

Gathering Relawan Tzu Chi Sinar Mas dilaksanakan di Tzu Chi Center Jakarta (13-15/12/2019). Sebanyak 170 relawan dan tamu undangan hadir dalam puncak kegiatan pada Minggu, 15 Desember 2019. Momen ini dihadiri oleh Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang juga Chairman Sinar Mas Agribusiness and Food Franky O. Widjaja.

Gathering Relawan 3 in 1 Nasional

Gathering Relawan 3 in 1 Nasional

18 Juli 2012 Dalam rangka memperkuat tali keakraban di antara sesama relawan 3 in 1 Tzu Chi, maka pada tanggal 14-15 Juli 2012, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan acara gathering dan pelatihan di Sekolah Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk.
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -