Gempa Palu: Panas Boleh Terik, Semangat Membantu Harus Tetap Enerjik

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul Khotimah

Kaum laki-laki di pengungsian Desa Duyu antusias membantu relawan memasak 300 porsi nasi Jing Si, Rabu 17 Oktober 2018. Ketiga dari kiri adalah Rasmal.

Rupanya anak muda dan bapak-bapak di Desa Duyu, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu tak mau kalah dengan ibu-ibu yang sebelumnya membantu relawan Tzu Chi memasak nasi Jing Si. Baru juga Liwan, seorang relawan, bertanya siapakah yang bisa membantu, mereka langsung merespon.

“Saya!”

“Saya”

“Baik, terima kasih.” Liwan lalu memberikan rompi Tzu Chi pada mereka. Rasmal (25), salah satu pemuda desa mengaku, dirinya mau membantu memasak untuk meramaikan suasana sekaligus mengisi waktu di pengungsian.

“Senang sekali bisa membantu. Tidak susah kok caranya. Nasinya disiram dengan air panas, lalu diaduk. Sekitar sepuluh menit saja sudah matang,” kata Rasmal.

Bagi mereka, memasak nasi Jing Si sangatlah praktis dan mudah.

Dengan membantu relawan dari instansi manapun yang datang ke pengungsian, sebenarnya itu juga cara Rasmal agar segera bangkit dari kesedihan. “Ya istilahnya jangan mengingat-ingat kejadian kemarin kan. Ayo bangkit,” tuturnya.

Di lokasi pengungsian yang berada di kaki Gunung Gawalise ini, pada Rabu 17 Oktober 2018, nasi Jing Si yang dimasak sebanyak 300 porsi. Relawan juga menyediakan 300 gelas air mineral. Anggota TNI yang berjaga di pengungsian juga tampak membantu memberikan air mineral itu kepada warga yang sudah mendapatkan nasi Jing Si.

Hanya beberapa langkah saja di dekat pembagian nasi Jing Si, Relawan Tim Medis Tzu Chi Indonesia dengan sabar memberikan layanan kesehatan kepada warga. Ada 62 warga yang memeriksakan kesehatannya dan mendapatkan obat. Kebanyakan warga di sini terserang Infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA)dan Diare.


Warga mendapatkan nasi Jing Si yang langsung dimakan dekat tenda Tzu Chi, ada juga yang dibawa pulang ke tenda pengungsian mereka.

“Ini obatnya diminum sehari dua kali ya. Dan ini vitamin supaya ibu lebih segar saja. Kalau ini obat gatal, kalau gatal minum, tak gatal tak usah minum. Ini salep dioles tipis-tipis saja. Jangan tebal-tebal, jangan satu botol semua ya,” kata Dokter Agus menjelaskan resep obat yang diberikan pada Tiwi, seorang ibu berusia 54 tahun. Yang diajak bercanda pun tertawa renyah. “Iya Pak,” jawab Tiwi.

Siang itu, matahari seolah berada tepat di atas kepala. Namun semangat relawan Tzu Chi untuk meringankan beban dan kesedihan warga Duyu sama sekali tak surut. Usai warga mendapatkan nasi Jing Si dan layanan kesehatan, giliran mereka mendapatkan bantuan berupa tikar dan selimut. Ada 228 paket yang diberikan kepada warga. Relawan Tzu Chi juga menyerahkan 50 terpal yang langsung diserahkan kepada kepala lurah setempat.


Ada 62 warga yang memeriksakan kesehatannya dan mendapatkan obat. Salah satunya ibu Tiwi yang terserang gatal-gatal di tangan.

Kepala lurah, Nurdin F. Adam sangat mengapresiasi semua bantuan yang dibagikan Tzu Chi kepada warganya. “Saya atas nama masyarakat saya ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada Yayasan Buddha Tzu Chi,” ujarnya.

Kepada warganya Nurdin mengajak agar cepat bangkit. “Saya ajak warga tidak berlarut-larut dalam situasi seperti ini. Karena tentunya kan tidak selamanya akan dapat bantuan seperti ini. Dan kami juga selalu memberi motivasi kepada mereka bagaimana mereka harus pulih, harus bangkit dari musibah ini,” harapnya.


Sebanyak 228 paket berupa tikar dan selimut diberikan kepada warga. 

Liwan, relawan Tzu Chi merasakan kebahagiaan yang dalam setiap kali membagikan bantuan bagi warga Duyu lalu melihat mereka bisa tersenyum.

“Saya rasakan sukacita. Kita lihat mereka berbahagia. Jadi senyuman mereka memang obat buat kita. Kalau tidak, terasa sangat-sangat berat. Dengan mereka tersenyum, kita juga bersukacita. Itu saya dapat dari sini,” kata Liwan.  

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Gempa Palu dan Lombok: Bantuan Bagi Korban Gempa di Palu dan Lombok

Gempa Palu dan Lombok: Bantuan Bagi Korban Gempa di Palu dan Lombok

05 Oktober 2018

Mendengar kabar duka gempa berkekuatan 7,4 skala Richter diikuti tsunami yang melanda Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat petang (28 September 2018), keesokan harinya relawan Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi segera berkoordinasi untuk bergerak memberikan bantuan. Proses pemberian bantuan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kepada para korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala terus dilakukan sejak keberangkatan relawan kloter pertama (1 Oktober 2018) yang memberikan bantuan di Makassar, Sulawesi Selatan maupun relawan kloter kedua (2 Oktober 2018) di Palu, Sulawesi Tengah.

Tiga bulan sebelumnya, gempa bumi berkekuatan 6,4 SR juga mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 29 Juli 2018 dan menimbulkan korban jiwa, dan ratusan orang luka-luka, serta merusak ribuan rumah di wilayah Lombok Timur dan Lombok Utara. Atas kejadian tersebut, Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan langsung kepada para korban luka berat gempa Lombok berupa santunan biaya hidup.

 

Gempa Palu: Panas Boleh Terik, Semangat Membantu Harus Tetap Enerjik

Gempa Palu: Panas Boleh Terik, Semangat Membantu Harus Tetap Enerjik

18 Oktober 2018
Kaum laki-laki di pengungsian Desa Duyu antusias membantu relawan memasak 300 porsi nasi Jing Si, Rabu 17 Oktober 2018. Cara ini cukup efektif untuk mengisi waktu dan melupakan sejenak musibah yang mereka alami.
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -