Giat Berprestasi

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen (He Qi Utara)
 
 

foto
Suasana di bagian absensi dan pendaftaran sebelum acara dimulai.

Tanggal 12 Agustus 2012, pukul 8.30 pagi yang cerah, dengan hati penuh syukur karena masih dapat merasakan hangatnya sinar mentari, saya berangkat menuju Jing Si Books & Cafe Pluit dengan menumpang sebuah angkutan umum berwarna merah. Tiba di depan bangunan berlantai dua berwarna pucat yang terlihat sederhana itu, saya pun turun kemudian berjalan penuh semangat menuju pintu kaca di lantai 1. Pintu yang merupakan saksi bisu senyuman setiap orang yang hendak memasuki maupun meninggalkan Jing Si Books & Cafe Pluit itu saya sentuh dan dorong hingga terbuka. Melihat beberapaShixiong-Shijie di balik pintu itu saya langsung tersenyum kepada mereka tanpa perlu berpikir.

Saling menyapa dengan senyum ramah sudah merupakan kebiasaan dan budaya dalam lingkungan Tzu Chi. Terlebih lagi bisa berkumpul dan berbuat kebajikan bersama-sama, bagi saya adalah suatu berkah yang membahagiakan.

Kegiatan pada hari itu adalah Gathering Anak Asuh dan Gan En Hu(penerima bantuan Tzu Chi),sebanyak 38 orang anak asuh dan 34 gan en hu terlihat memadati kedua ruangan di lantai 1. Para relawan yang bertugas pun cukup sibuk berkoordinasi satu sama lain demi memberikan pelayanan yang terbaik untuk para penerima bantuan. Acara hari itu cukup spesial karena diadakan pembagian paket bantuan berupa sepatu dan pakaian. Khusus anak asuh yang berprestasi, diberi penghargaan berupa jam tangan dan buku Master Cheng Yen: Teladan Cinta Kasih.

Di ruangan tempat berkumpulnya anak asuh, Amelia Shijie menjelaskan bahwa tema gatheringkali ini adalah Berbagi Kebajikan di Bulan Ramadhan. “Adik-adik siapa yang suka dan mau berbuat kebajikan?” hampir semuanya menunjuk tangan ketika ditanyai Amel Shijie. Semangat anak muda sangat terasa dalam ruangan itu, suasana sharing dan interaksi Amel dengan anak-anak asuh membuat saya ikut bersemangat. Banyak di antara mereka yang bertekad untuk giat belajar dan ingin cepat lulus agar bisa membahagiakan orang tua dengan cara bekerja dan membantu meringankan beban keluarga.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 38 anak asuh memadati ruangan di lantai 1 Jing Si Books & Cafe, Amelia Shijie sangat bersemangat mengenalkan Tzu Chi serta visi misi Tzu Chi (kiri).
  • Penyerahan bingkisan oleh relawan kepada anak asuh yang berprestasi, yaitu berupa buku Master Cheng Yen-Teladan Cinta Kasih, jam tangan, dan sepatu (kanan).

Selain berprestasi, mereka juga punya pemikiran yang ternyata bisa menginspirasi orang lain, ada kiat-kiat di balik prestasi yang mereka raih. Iwan salah satunya, “Saya punya prinsip, yaitu belajar sampai mengerti, artinya jangan takut merasa cape dalam belajar, selagi belum mengerti maka harus diperjuangkan terus hingga mengerti.” Iwan yang bercita-cita menjadi seorang dokter ini kemudian melanjutkan sharingnya, terdengar sedikit terbata-bata, agak gugup, “Untuk mencapai cita-cita, ibarat membuat bangunan, harus ada fondasi yang kuat, kita harus buat fondasinya dulu, yaitu belajar dengan keras, kemudian berprestasi, selanjutnya pertahankan dan tingkatkan prestasi terus hingga cita-cita kita tercapai.” Semangat dan tekad dalam diri Iwan membuat teman-teman yang mendengar ikut termotivasi, saya sendiri juga ikut terinspirasi. Walaupun masih anak sekolah dan umurnya cukup jauh di bawah saya, namun inilah yang seperti dikatakan Master Cheng Yen, tiap orang adalah sebuah kitab, sebuah sutra. Selalu ada yang bisa kita pelajari dari orang lain, tidak memandang usia, ras, agama, ataupun golongan, inilah prinsip kesetaraan. Jangan menganggap remeh orang lain, baik atau buruk semuanya adalah guru kita, yang baik kita ikuti, yang buruk kita waspadai.

Ingin Dunia Damai Sejahtera
Di antara sekian banyak anak asuh yang hadir, ada juga beberapa orang tua yang ikut mendampingi anaknya, Bu Evi salah satunya. Bersama putrinya, Yena, yang saat ini duduk di kelas 1 SMK, ibu yang berperawakan mungil dan sepintas kelihatan agak tomboi ini ternyata memiliki kehidupan yang cukup keras. Sendirian mencari nafkah untuk membesarkan putri satu-satunya yaitu sejak sang putri berusia 3 bulan dalam kandungan, dilakoninya tanpa patah semangat. Lingkungan tempat tinggal yang keras turut menjadi tantangan baginya untuk melindungi putrinya yang saat ini berusia 14 tahun dari pengaruh negatif lingkungan. Walau demikian selama berbincang-bincang dengannya, tidak terlihat sedikitpun raut wajah risau ataupun menderita, “Gede (atau) kecil harus diterima dan disyukuri, karena tidak mungkin kita ditelantari oleh-Nya. Asalkan kita mau berusaha dan tetap punya keyakinan (dalam beragama), pasti ada aja (rezeki),” tuturnya yakin dan disertai sedikit senyum.

foto  foto

Keterangan :

  • Pengerahan dana bantuan dan bingkisan berupa baju kepada anak asuh. Relawan membungkuk 90 derajat ketika menyerahkan bantuan (kiri).
  • Bu Evi, yaitu ibunda Yena ketika berbincang dengan relawan, wajahnya penuh senyum syukur dan bahagia karena memiliki seorang putri yang patuh, soleh, dan pengertian (kanan).

Sebagai orang tua tunggal yang bekerja sebagai freelance teknisi pompa air, hasil yang didapat tidaklah tetap. Kadang-kadang Bu Evi juga mengalami kesulitan dalam mendidik anak, bisa merasa kesal, namun setelah mendengar ceramah Master Cheng Yen, batin pun menjadi tenang kembali. Hampir dua tahun sudah ia mendengar ceramah Master Cheng Yen, “Senang aja mendengar ceramah Master, karena kita diajarkan yang baik dan semuanya memang masuk akal,” ujarnya sembari tersenyum. Selain ceramah Master Cheng Yen, ibu dan anak ini juga kerap menonton drama kisah nyata yang ditayangkan DAAI TV. “DAAI TV mengajarkan budi pekerti, welas asih, cinta alam, bagaimana berinteraksi dengan sesama, saling hormat walau beda agama, kesetaraan walaupun hewan, karena kita sama-sama adalah makhluk hidup,” mendengar ucapan Bu Evi ini seolah-olah saya sedang mendengar sepenggal ceramah Master, ada rasa salut saya terhadap ibu ini, orangnya kecil tapi besar tekad dan perjuangan hidupnya.

Seperti Iwan yang berprestasi di kelasnya, tidaklah keliru bila saya menganggap Bu Evi juga berprestasi, yakni dalam hal mendidik anak. Menurut pengakuannya, Yena dididik cukup keras, setiap keinginan tidak lantas dikabulkan, prinsip bila menginginkan sesuatu maka kita harus berusaha sendiri, ditanam cukup kuat pada putrinya. Alhasil, Yena tumbuh sebagai anak yang penuh pengertian, berbudi pekerti, dan patuh pada orang tua. “Yena ingin membahagiakan mama, rajin belajar, lalu bekerja. Karena mama sudah berjuang keras, dan perjuangan mama sangat besar,” tutur Yena yang bercita-cita menjadi tour guide. Mendengar itu, sang mama yang duduk di samping pun tersenyum penuh arti, bangga sekaligus bahagia.

Obrolan saya dengan mereka mengalir dan berjalan begitu saja, ada perasaan nyaman yang dirasakan Bu Evi, saya juga merasa bahagia bisa berbagi dengannya. Ia bahkan bertanya dengan penuh harap “kapan ya bisa bertemu dan ngobrol-ngobrol lagi seperti ini?” Sembari tertawa ringan saya pun menjawab, “kalau berjodoh pasti ketemu lagi Bu, semoga...” Dalam hati, saya juga berharap bisa bertemu kembali, menjalin jodoh baik dengan semakin banyak orang, maka kita akan mendengar semakin banyak cerita pengalaman yang tentu akan memperkaya pengalaman kita sendiri. Tidak hanya melulu berada di lingkungan yang sempit, menjalin jodoh dengan lebih banyak orang akan membuat pandangan kita semakin luas, dan tanpa disadari itu juga merupakan salah satu cara untuk mengikis ego kita. Kita semua selalu berharap, semoga semuanya menjadi lebih baik. Begitupun Bu Evi, “ingin dunia damai sejahtera, gak ada bencana dan pertikaian.” Dunia yang lebih baik adalah impian kita bersama. Istilah berprestasi bukan hanya untuk anak sekolah, prestasi adalah suatu pencapaian. Apapun peran yang kita mainkan, baik itu sebagai anak, orang tua, murid, saudara, pasangan, sahabat, relawan, tetangga, rekan kerja, dan sebagainya, mari kita perankan dengan baik dan giat berjuang mengukir prestasi demi dunia yang lebih indah. Gan en.

 

 
 

Artikel Terkait

Study Tour ke Aula Jing Si

Study Tour ke Aula Jing Si

22 November 2013 Di tempat ini para siswa diajak melihat tentang usaha-usaha relawan Tzu Chi dalam menanggulangi bencana, membantu para korban, dan menghibur orang-orang yang sedang dilanda duka nestapa.
Merayakan Natal Dalam Kesederhanaan

Merayakan Natal Dalam Kesederhanaan

06 Januari 2015 Perayaan Natal pada 25 Desember 2014, diisi dengan kunjungan kasih yang dilakukan oleh Relawan Tzu Chi Medan kepada para keluarga penerima bantuan jangka panjang Tzu Chi (bantuan pendidikan dan pengobatan) yang sedang merayakan Natal.
Dengan Memulung, Pak Oding yang Sudah Sepuh Bertahan Hidup

Dengan Memulung, Pak Oding yang Sudah Sepuh Bertahan Hidup

08 November 2021

Tuntutan hidup memaksa Oding Sahri (81) untuk bekerja sebagai pemulung di Papanggo, Jakarta Utara. Warga sekitar yang pengertian, biasanya memilah sampah daur ulang mereka dan memberikannya kepada Pak Oding.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -