Hadiah Yang Tidak Berwujud

Jurnalis : Suparjo (He Qi Utara), Fotografer : Suparjo, Aris Widjaja (He Qi Utara)

Setiap kelompok tampak antusias dan saling berbagi untuk membahas lebih dalam apa kaitan vegetarian dengan pemanasan global

Dharma menjadi penuntun hidup bagai kehidupan, dan mampu menghapus pandangan salah. Memahami pentingnya belajar Dharma maka setiap hari Senin, komunitas Hu Ai Angke mengadakan kegiatan bedah buku sebagai forum belajar bersama yang dibawakan secara bergiliran setiap bulannya.

Senin, 31 Agustus 2015, acara bedah buku yang diadakan di Kantor Anie seorang relawan Tzu Chi, di Jalan Kapuk Muara No 5, Jakarta Utara ini terasa sedikit berbeda karena 25 orang peserta yang hadir diminta membawa satu macam buah dan mengenakan dress code baju berwarna hijau. Hal ini ini memang sengaja disesuaikan dengan topik yang akan dibahas yaitu “Apa hubungan vegetarian dengan global warming?”

Pukul 19.30 WIB, setelah memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen, acara pun dimulai dengan pembagian peserta ke dalam 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 hingga 6 orang dan setiap kelompok harus memberi nama kelompok mereka dengan nama buah seperti Apel, Kiwi, Jeruk dan Nangka. Setelah 20 menit berdiskusi, suasana gembira tampak semakin menyelimuti ruangan, saat satu per satu kelompok yang maju ke depan, meneriakan slogan kelompok mereka. "Manis!" teriakan slogan dari salah satu kelompok.

 

Amelia  selaku pembawa acara melakukan pembagian kelompok yang bertujuan agar diskusi dan pembahasan materi "Apa hubungan vegetarian dengan global warming?" dalam kelompok kecil akan lebih efektif

Kesempatan mengembangkan Diri

Dalam kegiatan Bedah Buku, setiap orang diberi kesempatan mengembangkan diri untuk belajar sharing. Eva Maria memberanikan diri untuk berbagi meskipun hanya sepatah dua patah kata saja. Jodie berbagi dengan menggunakan Bahasa Inggris. Suasana tampak semakin ramai dengan gelak tawa, saat peserta menjawab pertanyaan Jodie dengan bahasa Hokkian (Bahasa Daerah Taiwan).

Dari hasil diskusi kelompok, didapat kesimpulan bahwa penyumbang pemanasan global terbesar adalah industri peternakan. Dan solusi tercepat untuk mengurangi dampak atau efek pemanasan global adalah dengan beralih ke pola makan nabati yaitu vegan atau vegetarian.

Hadiah yang tidak berwujud

Setelah semua kelompok selesai melakukan sharing tentang mengapa harus bervegetarian dan apa kaitannya dengan global warming, acara dilanjutkan dengan permainan kelompok "Tebak Kata" dengan gerak-gerik. Kata-kata yang ditebak berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Liwan seorang peserta memulai memperagakan kata dengan cara menunjuk bajunya sendiri. "Baju hijau, Buka baju, Cuci baju,” tebak para peserta bergantian sambil tertawa.

Setelah berkali-kali salah, akhirnya timnya berhasil menebak dengan tepat, "Baju Bekas". Kelompok Kiwi adalah juara pertama karena mengumpulkan nilai terbanyak. Walaupun tidak ada hadiah, para peserta sudah mendapatkan hadiah yang tidak berwujud yaitu kebahagiaan di dalam batin masing-masing. Kebahagiaan ini tentunya tidak dapat dinilai dengan barang duniawi. Permainan sederhana namun memiliki makna yang mendalam. Satu gerakan peraga yang sederhana namun membuat orang dapat salah menebak. Begitu juga kita sebagai manusia awam selalu curiga dengan apa yang dikatakan orang lain, padahal orang tersebut tidak bermaksud seperti itu.

Oleh karena itu kita harus senantiasa waspada terhadap benih yang muncul di pikiran. Permainan ini juga mengajarkan agar dalam hubungan antar sesama harus saling berkomunikasi, pengertian, memberi perhatian, sabar dan berlapang dada menerima kelebihan dan kekurangan setiap individu. Master Cheng Yen berkata, “Setelah kita mendengarkan Dharma, harus menyerap ke dalam, dan dipraktikkan di kehidupan sehari-hari”.

Detak jarum jam terus berjalan tanpa menunggu siapapun, oleh karena itu genggamlah kesempatan yang ada untuk menjalin jodoh baik dengan orang lain. Di penghujung acara, para peserta saling menukar buah yang dibawa dengan peserta lainnya dan kemudian acara ditutup dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan foto bersama.

Di akhir acara, para peserta berfoto bersama. Mereka saling menularkan semangat untuk membantu menjaga bumi ke arah yang lebih baik dengan cara bervegetaris.


Artikel Terkait

Bedah Buku: Hidup dalam Dharma

Bedah Buku: Hidup dalam Dharma

13 Juni 2012 Bersama Kumuda Yap Shixiong yang selalu menginsiprasi kita melalui sharing-sharingnya, topik yang dibahas berasal dari buku Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bagian pertama Bab ketujuh, Biksu Brahmadatta.
Memompa Semangat Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Memompa Semangat Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

30 September 2014 Bedah buku yang rutin diadakan setiap bulan oleh para guru dan staf Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi  Tzu Chi Cengkareng pada kamis, 25 September 2014 di aula sekolah berbeda dari biasanya. Pasalnya pada acara yang dihadiri oleh 110 guru Sekolah Cinta Kasih itu dibawakan oleh Wen Yu Shijie, seorang relawan yang sudah lama berkecimpung di Tzu Chi.

"Kekuatan Hati"

08 Maret 2016
"Kata orang, buku yang bagus, walaupun tidak dibaca dan hanya ditaruh di meja saja bisa membawa energi yang positif terhadap lingkungan. Apalagi kalau buku ini kita baca,” kata Chia Wen Yu, relawan Komite Tzu Chi dalam acara peluncuran Buku The Power of The Heart (Kekuatan Hati) pada Sabtu, 5 Maret 2016 di ruang Xi She Ting, Aula Jing Si Lantai 1, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -