Bedah Buku: Hidup dalam Dharma

Jurnalis : Sufenny (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

foto
Sebanyak 18 orang mengikuti kegiatan Bedah Buku yang diadakan secara rutin setiap hari Kamis di Jing Si Books & Café Pluit Jakarta Utara.

“Andaikan mampu dipraktikkan dalam keseharian, sepatah kalimat sederhana di dalam Sutra sudah merupakan ajaran yang sangat bermanfaat”
(kata perenungan Master Cheng Yen).

 

Sebanyak 18 orang telah hadir di Jing Si Books & Café Pluit untuk mengikuti acara bedah buku tepat pukul 19.00 WIB. Beruntung sekali pada Kamis malam (10 Mei 2012) kita kedatangan relawan dari Taiwan yang bernama Xie Guo Xiang Shixiong yang merupakan Ketua Tim Konsumsi salah satu He Qi di Tzu Chi Taipei, Taiwan. Bersama Kumuda Yap Shixiong yang selalu menginsiprasi kita melalui sharing-sharingnya, topik yang dibahas berasal dari buku Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bagian pertama Bab ketujuh, Biksu Brahmadatta.

Kumuda Yap Shixiong mulai bertanya mengapa daya tangkap Brahmadatta sangat lemah dibanding dengan Biksu lain? Setelah ditelusuri, ternyata disebabkan oleh karma masa lalu beliau, menghina orang suci atau orang yang spiritualnya bagus. Dengan menghina orang terutama orang suci berarti kita menganggap diri kita superior. Walaupun Brahmadatta pintar tetapi dampaknya ketika merendahkan orang lain akan menjadi sebuah konsekuensi di kelahiran mendatang mempunyai daya ingat yang lemah. Brahmadatta ini dulunya adalah seorang intelek, cendekiawan. Kepintarannya sangat mengagumkan dan dia merasa bahwa tak ada seorangpun dapat dibandingkan dengan kepintarannya. Pada suatu kali Brahmadatta mengikuti pertemuan, ada satu biksu yang tidak banyak bicara. Dan ketika tiba gilirannya, dia sudah sangat ingin menunjukkan bahwa biksu ini tidak mengerti apa-apa, dia ingin menunjukkan kepintarannya dengan merendahkan  biksu tersebut melalui pertanyaan yang menyudutkan. Nah, dampak dari merendahkan orang suci biasanya seperti itu. Jadi kadang-kadang kalau kita amati, memang kelahiran manusia ada yang sempurna dan ada yang di luar dari sempurna, tetapi itu semua bukan tanpa sebab. Maka itu kita selalu diimbau oleh Master Cheng Yen untuk rendah hati, selalu Gan En (bersyukur). Dan ketika orang lain membicarakan kita, kita juga tidak memikirkan amarah. Master Cheng Yen ingin insan Tzu Chi berada pada jalur dimana mereka tidak akan berdampak buruk pada kelahiran-kelahiran mendatang.

Mengapa Buddha Memilih Brahmadatta untuk Mengajar?
Karena Buddha ingin menunjukkan bahwa “kebijaksanaan melampaui logika”. Artinya orang pintar itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan orang bijaksana. Awalnya para biksu tersebut merendahkan Brahmadatta, karena mereka melihat Brahmadatta sukar untuk menghafal,  bagaimana dia bisa mengajar. Orang pintar bisa menilai mana untung dan mana rugi, sedangkan orang yang bijaksana bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah. Memiliki wawasan yang luas itu penting demi yang lain. Betapa Buddha selalu memberi harapan, contohnya kita melihat orang yang tanpa harapan, lalu siapa yang akan peduli, semua yang melihat akan bilang terima nasibnya. Tetapi bedanya bila kita bertemu dengan makhluk suci, orang yang memiliki kebijaksanaan dan welas asih yang baik, benar-benar berkah. Merekalah yang dengan rela datang membantu dan memberi harapan. Bukan hanya ada di kalangan Buddhis seperti Master Cheng Yen dengan Yayasan Buddha Tzu Chi-nya memberikan kontribusinya secara global, ada Bunda Theresa dan tokoh-tokoh yang lainnya juga.

foto   foto

Keterangan :

  • Bersama Kumuda Yap Shixiong membahas topik yang berasal dari buku Dharma Master Cheng Yen Bercerita, bagian pertama Bab ketujuh, Biksu Brahmadatta (kiri).
  • “Daripada seseorang menguasai satu kitab tetapi tidak melaksanakannya, lebih baik sekadar mengetahui satu bait tetapi melakukannya sesuai dengan yang diketahuinya," kata Kumuda Yap Shixiong (kanan).

Sebenarnya kalau kita mau menyederhanakan latihan kita ada 3 pintu karma buruk yang harus kita hindari yaitu ucapan yang antara lain memfitnah, omong kosong (gosip), bohong dan berkata kasar. Yang kedua adalah tubuh, mengambil sesuatu yang bukan milik kita, membunuh, dan asusila. Ketiga adalah pikiran. Pikiran yang serakah sehingga tega membunuh kehidupan yang lain, pikiran kemarahan yaitu batin yang diliputi kebencian akan membawa bencana bagi orang yang berada di sekitarnya, pikiran Kebodohan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Menurut Erli Shijie, kecepatan setiap orang memahami sutra itu berbeda-beda, mungkin tergantung pada kebijaksanaan masing-masing, misalnya mereka yang intelektual dharmanya dalam maka mereka akan mudah mengerti. Solusi supaya mereka mudah mengingat, sering-sering membaca dan melihat. Pada pertama kali kita membaca sutra, mungkin kita tidak mengerti tetapi ketika kita membaca kedua kalinya kita akan memahami sebagian dan pada saat ketiga kali atau keempat kalinya kita membaca, mungkin kita akan memahami keseluruhannya. “Apabila ucapan kita sesuai dengan tindakan maka ajaran itu akan lebih mudah dipahami dan diingat,” kata Hok Lay Shixiong. Dharma itu demikianlah adanya (sebab akibat). Sepanjang mempunyai kemauan, siapa dulu yang sampai tujuan tidak menjadi masalah, asal mempunyai keyakinan yang kuat. Jangan di tengah perjalanan, tidak melihat pulau lalu mulai ragu, teruslah mendayung walaupun tidak melihat pulau, itu berarti sedang menuju “Pulau Seberang”. Apabila kita sedang belajar dengan seorang guru spiritual  lalu ada orang yang bilang guru ini tidak beres, bagaimana mengatasi masalah ini?, Kumuda Yap Shixiong menjawab, lihatlah guru kita, apakah penuh welas asih, apakah ada hasutan untuk kepentingan pribadinya, apakah ajarannya membawa kedamaian, apakah ada harapan pembebasan, dan dengan metode Ehipassiko yaitu datang, lihat dan buktikan sendiri. 

Di akhir acara, Xie Guo Xiang Shixiong memberikan sharingnya kepada semua yang hadir di bedah buku malam itu. Apa yang disampaikan Master Cheng Yen akan menjadi benar sepanjang kita yakin maka segala sesuatu akan menjadi benar. Guru tidak bisa memilih murid, tetapi murid bisa memilih guru. “Orang yang memiliki perasaan bertanggung jawab akan menunaikan kewajiban dirinya dengan baik, dengan demikian tidak akan saling berhitungan dengan orang, juga tidak akan merasakan beban yang memberatkan,” Xie Gue Xiang Shixiong mengutipkata perenungan Master Cheng Yen. Tidak perlu tahu banyak, tetapi melakukan yang diketahui itu sudah sangat efektif. Tidak mempunyai kemampuan yang baik bisa melakukan daur ulang sudah lebih dari cukup. Inilah yang disebut kapasitas upaya kaulsalya (metode terampil). Master Cheng Yen tidak pernah membeda-bedakan muridnya itu kaya, pintar, semua sama, asal mengerjakan segala sesuatu dengan tulus, benar dan tidak membanggakan status. Tidak ada murid yang tidak bisa diajari, yang ada guru yang tak bisa mengajar. Hendaknya ucapan Master Cheng Yen didengar lalu berpikir dan membina diri. Bisa dipergunakan ketika orang lain ada masalah, jadi kita bisa mengatakannya kepada orang lain.

Satu-satunya milik Master Cheng Yen hanyalah sewaktu Master tidur, selebihnya semua yang dilakukan Master Cheng Yen adalah untuk kepentingan semua makhluk di dunia ini. Master Cheng Yen mengatakan mengerjakan hal yang sepatutnya dikerjakan adalah bijaksana, tetapi mengerjakan hal yang tidak sepatutnya dikerjakan adalah kebodohan. Beruntungnya kita berjodoh dengan guru spiritual yang bagus sehingga noda batin yang setebal apapun dengan berkah kita berjumpa dengan guru spiritual yang berkualitas, guru kita mampu menolong kita bebas dari kegelapan batin. Meskipun kita belum bertatapan langsung dengan Master atau mendapatkan instruksi langsung dari Master, paling tidak kita sudah mempunyai jalinan jodoh dengan Master Cheng Yen. Ini sudah merupakan salah satu berkah. “Daripada seseorang menguasai satu kitab, tetapi tidak melaksanakannya, lebih baik sekadar mengetahui satu bait tetapi melakukannya sesuai dengan yang diketahuinya,” kata Kumuda Yap Shixiong.

 

  
 

Artikel Terkait

Sekolah Terpadu Pahoa Salurkan Donasi Bagi Penyintas Gempa Cianjur Melalui Tzu Chi Indonesia

Sekolah Terpadu Pahoa Salurkan Donasi Bagi Penyintas Gempa Cianjur Melalui Tzu Chi Indonesia

16 Desember 2022

Sekolah Terpadu Pahoa menyerahkan donasi seratus juta rupiah bagi masyarakat penyintas gempa di Cianjur Jawa Barat. Penyerahan donasi ini berlangsung di Tzu Chi Center PIK, Jumat 16 Desember 2022.

Er Tong Ban Camp

Er Tong Ban Camp

14 November 2013 Selama dua hari, anak-anak yang masih mengenyam pendidikan di kelas 3-6 sekolah dasar ini mengikuti Er Tong Ban Camp yang diadakan pada tanggal 9 dan 10 November 2013.
Untaian Kasih Untuk Warga Palas

Untaian Kasih Untuk Warga Palas

21 Maret 2012 Minggu 26 Februari 2012 menjadi hari yang penuh berkah bagi para Insan Tzu Chi di Pekanbaru. Relawan-relawan Tzu Chi berkumpul sejak pagi hari untuk bersama-sama bahu membahu melaksanakan Bhakti Sosial kesehatan yang ke-18.
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -