HUT TIMA KE-11: Meneladani Masa Lalu, Bekerja Untuk Masa Depan

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 

foto
Minggu, 24 November 2013, Tzu Chi International Medical Assosiation (TIMA) merayakan ulang tahun ke-11. Perayaan ini dilangsungkan di Guo Yi Ting, Aula Jing Si, PIK.

Tzu Chi International Medical Assosiation (TIMA) merupakan salah satu perwujudan misi kesehatan yang dimiliki oleh Tzu Chi. Di Indonesia sendiri, TIMA diresmikan pada 10 November 2002 bertepatan dengan hari pahlawan. Berawal dari beberapa dokter dan relawan yang berbulat tekad melaksanakan misi kesehatan demi membantu lebih banyak orang, maka dokter-dokter ini seakan tidak takut menghadapi rintangan. Perjuangan untuk menjalankan misi kesehatan tidaklah mudah manakala masa-masa awal terbentuknya TIMA, namun perjuangan itu kini seakan terbayar karena TIMA Indonesia telah mampu berdiri dan menjalankan misi kesehatan sepenuhnya.

Hingga kini, TIMA Indonesia telah mampu melaksanakan 93 Baksos kesehatan berskala besar yang berlokasi di wilayah Indonesia mulai dari Sabang hingga Marauke. Belum lagi baksos-baksos kecil yang juga digawangi oleh mereka. Dari 93 baksos yang dilaksanakan, sudah tak terhitung banyaknya pasien yang berhasil ditangani oleh para tim medis Tzu Chi yang datang dengan membawa hati tanpa pamrih dan pulang dengan membawa senyuman. Kini TIMA telah berusia 11 tahun, perjalanan panjang telah dilalui namun ke depan, perjalanan yang tak kalah panjang masih harus ditempuh untuk lebih banyak menolong mereka yang kurang beruntung.

Memaknai Hari Ulang Tahun
HUT TIMA ke-11 ini diselenggarakan di Guo Yi Ting(Ruang Auditorium Internasional), Aula Jing Si, PIK, dengan mengusung tema “Bersatu Hati Menyebarkan Cinta Kasih” pada Minggu, 24 November 2013. Memaknai hari jadi TIMA yang ke-11, dr Ruth O. Anggraini mengungkapkan bahwa hari ulang tahun adalah hari yang spesial dan tentunya adalah hari di mana kita harus selalu melakukan introspeksi ke dalam diri dan kembali mengingat tujuan awal. “Kita membulatkan tekad untuk bersama-sama maju ke depan untuk menyelamatkan bumi ini, kemudian untuk menolong orang yang membutuhkan. Tentu semua itu membutuhkan tenaga yang sangat besar dan tidak terhingga jadi kami harapkan anggota TIMA bisa semakin solid dan dengan bersatu hati kita dapat menolong dunia,” ujar dr. Ruth.

foto  foto

Keterangan :

  • Berawal dari beberapa dokter dan relawan yang berbulat tekad melaksanakan misi kesehatan demi membantu lebih banyak orang, maka TIMA Dibentuk di Indonesia (kiri).
  • Berbagai pertunjukan digelar dalam acara ulang tahun ini yang semuanya merupakan sumbangsih tim medis Tzu Chi (kanan).

Sejalan dengan ungkapan dr. Ruth, drg. Linda Verniati mengungkapkan hal yang sama dan mengibaratkan TIMA seperti sebuah perahu yang sedang didayung. “Sepuluh tahun awal perkembangan TIMA merupakan waktu yang sangat berat dimana kita mulai mendayung perahu kita. Saya berharap poin sepuluh tahun ke atas kita ini seperti mendayung perahu dan kini arus itu telah mendorong dan seakan-akan kita tidak perlu mendayung. Jadi kalau kita masih mendayung, percepatannya bisa lebih bagus. Selain itu semoga TIMA menjadi organisasi yang lebih rapi, sehingga bisa memberikan yang lebih baik ke masyarakat,”ungkap drg. Linda.

Memberikan yang Bisa Dilakukan
Dalam acara ini, salah seorang anggota TIMA, dr. Irhamni, seorang dokter bedah anak berkesempatan untuk memberikan cerita mengenai pengalamannya dalam mengikuti TIMA. “Banyak orang di pinggiran Jakarta yang butuh pertolongan tim medis, apalagi apabila mereka membutuhkan operasi. Itu sangat berat. Sehingga dengan adanya Tzu Chi ini saya ingin berbuat menyumbangkan tenaga saya untuk membantu mereka,” tuturnya membuka sharing.

Hal yang paling diingat oleh dr. Irhamni dalam perjalannya di TIMA adalah ketika baksos Tzu Chi digelar di Batam. “Ada bayi berumur seminggu yang mempunyai kelainan diagfragma, orangtuanya tidak mempunyai dana untuk berobat. Kemudian Ia ikut dalam baksos di Batam tapi datangnya pas hari terakhir dan pas kegiatan sudah mau selesai. Ada dua kemungkinan yang kita pikirkan yaitu antara saya melakukan operasi atau ketinggalan pesawat untuk pulang. Dalam kondisi ini saya memutuskan untuk melakukan operasi untuk anak ini, dengan persiapan yang cukup singkat, kami melakukan operasi dalam waktu 1 jam dan sukses,” ceritanya mengenang masa lalu. “Berselang 2 tahun kemudian, ada baksos di Batam lagi, saya juga ikut TIMA untuk membantu. Dalam kesempatan itu, saya dipertemukan dengan anak ini lagi dan saya sangat berbahagia sekali. Karena teman-teman dokter juga pasti merasakan hal tersebut saat melihat pasiennya sehat dan sembuh,” tambahnya berbangga hati.

foto  foto

Keterangan :

  • Bertepatan dengan ulang tahun, TIMA juga mengadakan pelatihan dan pelantikan anggota baru (kiri).
  • Tahun ini, TIMA melantik 71 anggota baru yang terdiri dari 38 dokter, 19 perawat, 5 bidan, 2 apoteker, 6 asisten apoteker, dan 1 radiografer (kanan).

“Melalui Tzu Chi saya merasakan bahwa saya sebagai dokter mampu berbuat lebih selain di rumah sakit, dengan keterbatasan alat, keterbatasan waktu, sarana prasarana, kita membongkar kemampuan kita, dan belajar bersama. Untuk itu saya mengimbau kepada teman-teman bahwa dari sinilah kita dapat pengalaman baru dan ilmu baru,” pesannya pada para anggota TIMA yang baru.

Ikut Dalam Barisan TIMA Indonesia
Bertepatan dengan hari ulang tahunnya, TIMA juga mengadakan Pelatihan dan pelantikan anggota TIMA. Tahun ini, TIMA melantik 71 anggota baru yang terdiri dari 38 dokter, 19 perawat, 5 bidan, 2 apoteker, 6 asisten apoteker, dan 1 radiografer. Ke-71 anggota baru ini datang dari berbagai wilayah seperti 4 relawan Batam, 4 relawan Bandung, 3 relawan Surabaya, 2 relawan Sinarmas, dan 58 relawan dari Jakarta.

Salah satu peserta yang dilantik adalah dr. Andre Prawira Putra yang merasa tersentuh dengan yang dilakukan dalam misi kesehatan Tzu Chi. Sebelum dilantik menjadi anggota TIMA, dr. Andre telah mengikuti barisan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching), kini setelah menamatkan kuliahnya di jurusan kedokteran, tanpa ragu Ia langsung bergabung dalam barisan TIMA Indonesia. “Saya tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Tzu Chi melalui hubungan antara dokter dan pasien yang begitu erat terjalin di mana itu merupakan esensi yang tidak boleh dilupakan oleh seorang dokter,” ungkapnya. Ia juga menyelipkan sebuah doa untuk TIMA Indonesia, “Semoga bisa menjangkau masyarakat lebih luas, karena Tzu Chi tidak mengenal SARA, dan semoga kita bisa menggalang lebih banyak kekuatan untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Semoga saya juga bisa lebih berempati pada pasien dan dapat menjalin hubungan baik antar relawan,” doanya.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Cinta Kasih di Afrika Selatan

Suara Kasih: Cinta Kasih di Afrika Selatan

26 Juli 2010
Saat mendistribusikan bantuan, dua orang penerima bantuan mengeluarkan sesuatu. Yang satu dibungkus dengan kertas, sedangkan yang lain dengan kantong plastik usang. Benda tersebut terlihat cukup berat. Apakah isinya? Itu adalah koin yang mereka kumpulkan sedikit demi sedikit.
Rumah yang Bahagia

Rumah yang Bahagia

01 Oktober 2010 Rumah yang bahagia, adalah tema kelas budi pekerti Ai De Xi Wang yang dilaksanakan pada 4 September 2010 yang lalu. Bertepatan dengan bulan Ramadan, kegiatan kali ini khusus dilaksanakan sore hari karena sekaligus akan diadakan acara buka puasa bersama.
Makna Tiga Tiada

Makna Tiga Tiada

19 Januari 2016
“Selama ini saya banyak aktif di misi amal, untuk semua makhluk kita harus mempunyai rasa cinta kasih besar. Untuk berinteraksi dengan sesama relawan kita harus mempunyai rasa maaf yang besar. Yang paling penting kita harus mempunyai rasa kebersamaan bahwa ini Tzu Chi, ini jalan kita semua," ujar Wie Sioeng (46) memaknai isyarat tangan “Tiga Tiada” (Pu Tien San Wu).
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -