Just Do It!

Jurnalis : Dwi Luhadi (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

fotoDemi melindungi bumi dan mengurangi jumlah sampah, para relawan Tzu Chi ini senantiasa meluangkan waktu untuk melakukan daur ulang di sela-sela aktivitas keseharian mereka.

“Sampah jadi emas, emas jadi cinta kasih.”(Dharma Master Chen Yen)

Pada hari Minggu 1 November 2010, Hu Ai (relawan komunitas) Pluit melakukan kegiatan daur ulang di depo pelestarian lingkungan Muara Karang. Saat itu jam 8 pagi, beberapa relawan  telah bersiap di depan Depo Muara Karang untuk memulai kegiatan daur ulang. Hanya dalam waktu beberapa menit setelah pintu dibuka, relawan Tzu Chi dari Hu Ai Pluit pun memadati seluruh lokasi depo.

Lima puluh satu relawan yang hadir saat itu terdiri dari berbagai umur baik dari yang muda maupun tua. Mereka langsung melakukan kegiatan pemilahan sumber daya daur ulang.

Suasana di depo Muara Karang saat itu cukup panas. Banyaknya jumlah dan bervariasinya bahan daur ulang yang tertampung di lokasi tidak membuat para relawan mengeluh dan lelah. Mereka ada yang berdiri, berjongkok, dan duduk sewaktu memilah sumber daya daur ulang tersebut. Semua mengerjakannya dengan hati penuh syukur dan keceriaan. Semangat dan antusiasme para relawan Tzu Chi akhirnya membuat kami tertarik untuk melakukan pengamatan kecil mengenai bagaimana proses pemilahan sumber daya daur ulang yang terdapat di depo. Ternyata seperti inilah cara dan langkah-langkah melakukan pemilahan sampah daur ulang.

Pertama, pada tahap awal sampah dipilah terlebih dahulu antara yang berbahan dasar plastik, kaleng, dan sebagainya. Kedua, untuk yang berbahan dasar plastik, khususnya botol air minum kemasan. Tutup dan label botol dipisahkan dari kemasannya. Bila masih terdapat air di dalamnya. Air di dalamnya dikeluarkan terlebih dahulu. Untuk yang berbentuk gelas, label juga dipisahkan dari kemasannya. Setelah dipilah, plastik-plastik itu lalu dikumpulkan sesuai dengan jenisnya. Ketiga, untuk yang berbahan dasar kaleng. Kaleng-kaleng itu dipisahkan antara yang berjenis besi dan aluminium. Setelah dipisahkan, untuk kaleng yang berbahan aluminium dipipihkan sehingga menjadi kecil, dan dapat ditampung lebih banyak.

foto  foto

Keterangan :

  • Ustad Agus Yatim tampak sedang menjelaskan tata cara melakukan daur ulang sampah kepada setiap orang yang hendak mengenal program daur ulang. (kiri)
  • Dalam daur ulang ini, para relawan juga saling bercerita dan berbagi pengetahuan di antara mereka. (kanan)

Terakhir, untuk bahan baku kertas, dibedakan dahulu antara yang buku, majalah, brosur, dan sejenisnya. Setelah itu semua barang tersebut dinilai. Apakah masih dapat dipergunakan atau tidak. Pada saat itu, buku yang dapat dipergunakan adalah buku pelajaran sekolah dan beberapa buku gambar yang masih layak digunakan. Untuk buku yang tak lagi dapat dipakai, mereka dipisah lembar demi lembar dan dibedakan antara yang putih dan berwarna.

Bagaimana dengan pakaian layak pakai? “Awalnya pakaian-pakaian itu diperoleh dari sumbangan masyarakat sekitar. Kemudian setelah pakaian terkumpul cukup banyak, baju dan celana dipilah. Apakah pakaian tersebut masih layak atau tidak. Jika masih layak, maka akan disalurkan kepada penerima bantuan yang lebih membutuhkannya. Bazar, ataupun bagi mereka yang mampu dapat membayarnya dengan hati (seikhlasnya),” ujar Yopie.

foto  foto

Keterangan :

  • Tanpa disadari, dengan melakukan daur ulang ini para relawan juga sebenarnya telah menggerakkan tubuh mereka layaknya sedang melakukan aktivitas berolah raga. (kiri)
  • Semua barang daur ulang yang diterima depo daur ulang, oleh relawan semuanya dipilah sesuai dan diubah menjadi barang yang dapat dipergunakan kembali. (kanan)

”Tujuan membayar dengan hati agar mereka dilatih tidak hanya selalu diberi tetapi melatih mereka juga untuk memberi bagi sesamanya. Lalu untuk pakaian yang dinilai tidak layak, agar masih dapat digunakan pakaian tersebut diperbaiki dan diberikan kepada yang membutuhkannya,” lanjut Yopie. Kepedulian kita terhadap lingkungan dapat memberikan kedamaian dunia dan membuat kehidupan di seluruh dunia menjadi lebih bermakna. Jadikan kewelasasihan sebagai citra yang luhur, dan praktikkan dalam tindakan nyata. Karena dari daur ulanglah, hasilnya akan menjadi emas yang menyebarkan cinta kasih ke seluruh penjuru dunia.

  
 

Artikel Terkait

Belajar Menjaga Tradisi, Belajar Mengasihi

Belajar Menjaga Tradisi, Belajar Mengasihi

30 Januari 2020

Dalam rangka merayakan hari raya Imlek, Sekolah Tzu Chi Indonesia mengadakan sebuah pertunjukan dan aktivitas permainan yang diadakan untuk semua jenjang, dari TK hingga SMA pada Senin, 27 Januari 2020. 

Menghangatkan Batin Warga

Menghangatkan Batin Warga

28 Juni 2012 “Bagi saya yang lalu ya sudah biar berlalu, toh sedih juga rumah nggak akan kembali seperti awal. Paling sekarang pelan-pelan nyicil untuk membangun rumah kembali,” jelas Tati, salah satu warga yang menjadi korban kebakaran dan menerima paket bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi ini dengan berlapang dada.
Kamp 4 in 1 2019: Menumbuhkan Lingkaran Kebajikan

Kamp 4 in 1 2019: Menumbuhkan Lingkaran Kebajikan

29 Juli 2019
Menjadi relawan adalah pilihan. Ketika pilihan sudah ditetapkan maka pantang untuk ditinggalkan. Beragam kisah kesungguhan relawan dalam kemanusiaan terangkum dalam materi-materi Kamp 4 in 1 kali ini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Juli 2019.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -