Kabar Baik Dari Tzu Chi untuk Aini

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 

foto
Relawan menggendong Aini, salah satu pasien baksos pengobatan pascabanjir yang menderita batuk dan bibir sumbing.

Adalah Casniah (34) yang hari itu menggendong Nur Aini, anak ke-4 nya datang ke kantor kelurahan RT/RW; 006/005 Sunter Jaya, Jakarta utara. Kedatangannya tidak sendiri melainkan bersama tetangga-tetangga sepergaulannya yang juga menggendong anak masing-masing. Hari itu Casniah bersama para tetangga datang untuk memeriksakan anak mereka yang sedang sakit akibat cuaca yang tidak menentu beberapa hari belakangan.

Selain cuaca, banjir yang merendam kediaman mereka juga sedikit banyak membuat wabah penyakit semakin mudah tersebar. “Aini dari kemarin batuk tante,” ujar Casniah menirukan suara anak-anak, seakan Aini yang menjawab pertanyaan yang saya lontarkan.

Melihat Aini yang ayu dan ceria, saya bahkan tidak melihat adanya sakit batuk yang dideritanya beberapa hari ke belakang, tapi yang saya lihat adalah bagian wajahnya yang kurang sempurna. Bibir bagian atas Aini terbelah menjadi dua bagian, tidak tersambung seperti bentuk bibir normal lainnya. Ia menderita bibir sumbing. “Sudah konsultasi ke dokter mengenai operasi sumbing,” ucap Casniah. “Tapi ya belum bisa, soalnya Aini beratnya belum lebih dari 5 kg, ditambah belum punya ongkos operasi,” tambah ibu muda ini. Sambil mengelus kepala Aini yang baru saja berusia tujuh bulan, tatapan Casniah seakan mengawang memperlihatkan gundahnya. Saat hamil anak ke-4 nya, Casniah sama sekali tidak menduga, karena dia sudah menjalankan KB. Namun apa mau dikata, ternyata sang jabang bayi telah ada di rahimnya. Saat lahir, Aini juga mempunyai saudara kembar, namun nyawanya tidak terselamatkan karena saluran pernapasannya tidak normal. “Yang hidup, yang ini (Aini). Ya terima saja apa adanya, ini semua dari Yang Kuasa,” ujarnya lirih.

Casniah adalah seorang ibu rumah tangga yang tergolong kuat menghadapi naik turunnya hidup. Suaminya merupakan seorang supir panggilan yang kerjanya tidak pasti kapan waktunya. “Kadang kalau ada pesenan ya nyupir, kalo nggak ya di rumah aja. Ngojek,” ucap Casniah. Sedangkan penghasilan yang tidak pasti juga membuatnya harus mengatur keluarnya uang dengan sangat bijaksana. “Kalau uang masuk mah jarang bu.., yang sering mah yang (uang) keluar,” begitu katanya sambil terbahak. Demi membantu sang suami menafkahi keluarga, tak jarang Casniah juga menjadi tukang ojek bagi para tetangganya. “Lumayan bu..kalau antarnya jauh kan lumayan ada pemasukan. Buat beli susunya Aini,” jelasnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Aini tergolong anak yang ceria dan mudah diajak bergaul, hal itu membuat sang ibu, Casniah, mudah mengasuhnya (kiri).
  • Mengetahui sumbing yang diderita oleh Aini, relawan dengan segera memberikan informasi mengenai program baksos Tzu Chi kepada Casniah (kanan).

Mendengarkan cerita Casniah mengenai kehidupannya, saya tertarik untuk sekedar menyambung obrolan dan juga mengunjungi rumah kontrakannya. Berjalanlah kami keluar kantor kelurahan seusai pemeriksaan kesehatan yang telah dilakukan oleh para tim medis Tzu Chi pada Aini. Kontrakan Casniah tidaklah jauh dari Kantor Kelurahan, tepatnya di samping Danau Sunter. Apabila melongok ke luar pintu kontrakan, terpampangalah pemandangan danau dengan angin sepoi-sepoi yang lumayan kencang. Kamar Casniah terletak di lantai 2, di bagian paling ujung ruangan. Kamarnya sama sekali tidak luas, apalagi dengan dipenuhi perabot rumah tangga. Dindingnya terbuat dari triplek yang dicat merah jambu yang membuatnya agak kontras dengan kamar-kamar sebelahnya. Untuk sampai di kamar Casniah, kami harus melewati lorong sempit yang merupakan batas antara tembok rumah sebelah dan juga triplek kayu dari masing-masing kamar kontrakan. “Sudah 14 tahun bu saya di sini. Dari hamil anak ke-3, sampai sekarang,” ungkapnya. Di kontrakan itu dia menyewa 2 kamar dan berbagi tempat bersama suami dan anak-anaknya.

Tempat yang sempit, tak pernah dirasa sempit baginya, yang penting ia bisa bersama keluarga dan menggunakan seminimal mungkin penghasilan juga menyisihkannya untuk menabung demi operasi sumbing Aini.

foto  foto

Keterangan :

  • Selain Aini, baksos pengobatan ini juga menangani 273 pasien dengan berbagai keluhan penyakit akibat cuaca yang tidak menentu dan banjir (kiri).
  • Selama baksos berlangsung, relawan senantiasa memberikan perhatian bagi para warga yang memeriksakan diri (kanan).

Kekuatan Doa dan Kesabaran
Doa untuk ketabahan hati dan kesehatan anak serta keluarga selalu dipanjatkan oleh Casniah tiap hari. Demikian pula doanya untuk datangnya rejeki sang jabang bayi, Aini, saat lahir ke dunia. Tidak menyangka bahwa penantiannya selama ini membuahkan hasil saat ia memeriksakan Aini ke Baksos Kesehatan Pascabanjir yang dilakukan Tzu Chi di Kantor Kelurahan RT/RW: 006/005 Sunter Jaya, Jakarta Utara. Tak ada niatan untuk meminta bantuan lain selain mengobati sakit batuk Aini, namun dari sana relawan langsung melihat bagaimana keadaan sumbing yang diderita Aini Nony Intan Shijie, PIC Baksos, mengungkapkan bahwa apabila ada pasien yang butuh pengobatan lanjutan, sebisa mungkin relawan akan melakukan follow up, seperti apa yang terjadi pada Aini. “Selain kita melayani pasien umum, dalam baksos ini kita juga menjaring kalau ada pasien yang bisa kita bawa untuk lanjutan seperti Aini. Itu akan kita follow up, kita akan hubungi kembali,” Ujar Nony Shijie.

“Alhamdulillah sekali… Terimakasih pada Yayasan Tzu Chi,” ungkap Casniah mengucap syukur akan kabar yang diterimanya dari Tzu Chi. kini Ia hanya perlu menunggu waktu hingga usia Aini menginjak satu tahun juga bobot badannya harus lebih dari 5 kg. Selain Aini, Baksos pengobatan umum pascabanjir ini juga melayani 273 pasien lainnya. Dengan adanya baksos ini, diharapkan dapat mengobati para masyarakat yang terjangkit penyakit pascabanjir, selain itu juga dapat meyebarkan cinta kasih bagi semua.

  
 

Artikel Terkait

”Takut Ketiban Rumah”

”Takut Ketiban Rumah”

07 September 2009
Pengungsi yang berada di posko ini tidak hanya yang rumahnya hancur saja, tetapi ada juga yang rumahnya retak-retak sehingga penghuni rumah tersebut merasa takut untuk tinggal di dalam dan memilih mengungsi di posko.
Jatuhnya Pesawat Hercules C-130: Cinta Kasih yang Tak Terputus

Jatuhnya Pesawat Hercules C-130: Cinta Kasih yang Tak Terputus

29 Juli 2015 Yayasan Buddha Tzu Chi kembali menunjukkan rasa empati dan ungkapan dukacita kepada keluarga korban jatuhnya pesawat Hercules C-130 dengan memberikan santuan sebesar 610 juta rupiah untuk 122 korban.
Suara Kasih: Mengendalikan Pikiran

Suara Kasih: Mengendalikan Pikiran

09 Oktober 2012 Pola hidup masyarakat masa kini sungguh mendatangkan bahaya bagi diri mereka sendiri. Kita juga dapat melihat kini para mahasiswa di Amerika Serikat diizinkan membawa senjata api ke sekolah. Ini semua sungguh merasa saya merasa bencana akan semakin sering terjadi.
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -