Kacamata dan Ketegaran Agus

Jurnalis : Nadya Iva Nurdiani (HeQi Selatan), Fotografer : Nadya Iva Nurdiani (HeQi Selatan)
 
 

foto
Dengan sabar dan telaten relawan memeriksa kondisi penglihatan mata para murid. Jika terbukti mengalami gangguan penglihatan maka Tzu Chi akan memberikan bantuan berupa kacamata gratis kepada mereka.

Jalinan jodoh terjalin tanpa diduga dan sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, seperti yang terjadi dalam kegiatan Bakti Sosial Pemeriksaan Mata bagi Siswa SD hingga SMA yang dilaksanakan di Kecamatan Tapung dan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

 

 

Berawal dari bincang-bincang dengan salah seorang siswa kelas 5 SDN 019 Kota Bangun yang bernama M. Agus Dicky Piadi yang hidungnya tampak terluka. Muis Shixiong bertanya, “Hidungmu kenapa?” anak itu hanya diam lalu mengangguk, “Hidung saya gatal,” jawabnya sambil menggaruk hidungnya. Dari sinilah cerita mengalir, ternyata Agus merupakan yatim piatu yang dirawat oleh nenek dan kini tinggal dengan kakak laki-lakinya yang sudah menikah.

Beberapa waktu yang lalu, kakaknya terlibat pencurian buah yang mengakibatkan kakak tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di penjara, maka otomatis di rumah tersebut tidak ada kepala keluarga yang memberi nafkah lagi. Di tengah himpitan ekonomi itu, tidak menyurutkan semangat bocah cilik ini untuk bersekolah dan belajar meraih prestasi namun justru menjadikannya sebagai tempaan untuk menjalani hidup lebih tegar.

Sambil memilih frame kacamata yang cocok dengan paras wajahnya, Agus terus bercerita bahwa tanpa sepengetahuan nenek dan kakak iparnya, Agus menemukan jalan untuk mendapatkan uang agar terus bisa melanjutkan pendidikannya dengan menjadi pekerja lepas buruh pemberondol (pengumpul buah sawit yang terjatuh untuk dijual perkilogram) di mana seharinya dia bisa mendapatkan Rp. 5000,- dari usahanya tersebut. Uang yang didapat tersebut ditabungnya dalam sebuah celengan sebagai modal biaya sekolahnya kelak. Pemikiran yang sungguh dewasa bagi seorang anak berusia 10 tahun. Namun ada suatu kejadian yang membuatnya sedih dan terpukul, suatu ketika kakak iparnya memecahkan celengannya tersebut dan mengambil uangnya untuk biaya makan mereka. Cobaan seakan tidak berhenti menghampirinya, namun Agus tidak mengendurkan fokusnya untuk terus belajar agar kelak dia bisa menjadi seorang tentara.

foto   foto

Keterangan :

  • Agus bercerita kepada relawan bahwa ia akan terus belajar agar kelak dapat menjadi seorang tentara (kiri).
  • Pada akhir kegiatan diketahui jumlah penerima kacamata sebanyak 978 yang terdiri atas siswa dan guru (kanan).

Lain halnya dengan seorang anak yang bernama Ade kelas IV SDN 013 Tanah Tinggi yang begitu antusias dengan kegiatan ini karena pemeriksaan mata tersebut merupakan pengalaman pertama baginya. Ade tampak sangat bangga kalau matanya masih sehat sehingga tidak membutuhkan kacamata, “Tadi takut sekali ketika diperiksa dan matanya ditutup sebelah, tapi ternyata tulisannya terlihat dan aku bisa baca. Tadi juga takut kalau mataku rusak dan harus pakai kacamata tapi ternyata matanya sehat,” tuturnya dengan mata yang membesar karena antusiasmenya.

Tidak hanya berguna untuk belajar para siswa, guru-guru pun mendapatkan manfaat dari kegiatan ini. Selama ini diakui beberapa kepala sekolah tidak pernah ada kegiatan seperti ini di sekolah mereka yang salah satunya disampaikan oleh Bapak Basuki Rahmat yang merupakan guru SDN 013 Tanah Tinggi, “terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi dan Sinar Mas karena telah memeriksakan mata kami sehingga proses belajar mengajar menjadi terbantu. Selama ini tidak pernah ada pihak lain yang datang ke sekolah dan peduli terhadap siswa dan guru”. Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Hudaullah Yunus Wakil Kepala Sekolah SDN 018 Gerbang Sari, “terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi dan Sinar Mas untuk memperhatikan masa depan pendidikan di kabupaten Kampar ini”.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri. Hal itulah yang dirasakan para relawan yang meluangkan waktunya di sela-sela waktu kerjanya yang padat di perkebunan. Mendedikasikan tenaganya untuk bersumbangsih terhadap sesama dengan melakukan kegiatan bakti sosial ini selama 5 hari terhitung tanggal 10 Juli hingga 14 Juli 2012. Tidak hanya menjalankan kegiatan pemeriksaan mata, para relawan juga mengembangkan kebijaksanaan dengan melihat sekelilingnya secara lebih mendalam. Tiap siswa yang diperiksa mempunyai sisi-sisi kehidupan yang bisa dipetik menjadi pembelajaran yang berharga seperti kisah ketegaran seorang Agus yang baru duduk di kelas  sekolah dasar.

Pada akhir kegiatan diketahui jumlah penerima kacamata sebanyak 978 yang terdiri atas siswa dan guru dari total jumlah peserta yang mengikuti pemeriksaan sebanyak 4654 Orang yang menjangkau 35 sekolah dari SD hingga SMU. Terdapat beberapa kasus rujukan yang memerlukan pemeriksaan dokter spesialis mata lebih lanjut dan hal tersebut akan ditangani sesuai prosedur misi amal yang akan dijalani oleh relawan setempat.

 

 
 

Artikel Terkait

Kisah Haru dari Sebuah Paket Bantuan

Kisah Haru dari Sebuah Paket Bantuan

19 Mei 2020

Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2 menyalurkan bantuan 27 paket sembako kepada 18 keluarga penerima bantuan jangka panjang Tzu Chi dan 9 orang anak asuh.  Bantuan ini untuk meringankan beban mereka akibat dampak pandemi Covid-19. Penyaluran paket sembako ini menggunakan transportasi ojek online, sehingga bantuan tersalurkan, pengemudi ojek mendapat penghasilan.

Suara Kasih: Menulis Lembaran Baru

Suara Kasih: Menulis Lembaran Baru

25 Mei 2012 Bagaimanakah cara untuk menciptakan keharmonisan di dunia? Setiap orang harus saling mengasihi. Inilah kebahagiaan di dunia. Untuk itu, dibutuhkan cinta kasih. Jadi, ada sebuah sifat mulia  yang disebut cinta kasih dan welas asih.
Berbagi Kasih Dengan Donor Darah

Berbagi Kasih Dengan Donor Darah

06 Mei 2019

Banyak calon donor berasal dari lingkungan sekitar dan ada juga yang baru pertama kali datang yang membuat mereka bertanya lebih banyak tentang kegiatan apa saja yang dilakukan relawan di Depo Pelestarian Lingkungan Titikuning, serta bagaimana kegiatan pemilahan barang daur ulang dilakukan sehingga dapat menjaga lingkungan.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -