Kamp 4in1: Kisah Inspiratif Menapaki Jalan Bodhisatwa

Jurnalis : Nunik Triyana (He Qi Barat 2), Fotografer : Halim Ong (He Qi Barat 1), Efendi Wijaya (He Qi Pusat)

Sharing inspiratif dari Kota Batam dibawakan oleh Megawati yang menceritakan mengenai bagaimana tekad dan ikrar para insan Tzu Chi Batam membangun Aula Jing Si, hingga menyebarkan benih-benih cinta kasih ke pulau-pulau di sekitar Pulau Batam.

Dalam rangkaian acara kegiatan Kamp Pelatihan 4 in 1 yang diadakan di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara pada 16-17 September 2023, beberapa kisah inspiratif dari para relawan di kota-kota lain di Indonesia juga turut disampaikan. Diawali dengan kisah inspiratif dari sebuah pulau yang indah, yang disampaikan oleh Wakil Ketua Tzu Chi Batam, Megawati Shijie.

Mengawali sharing-nya, Megawati menceritakan jalinan jodoh Tzu Chi di Kota Batam yang berawal dari baksos kesehatan yang dilakukan relawan Tzu Chi Singapore di Batam. Selain baksos, juga diadakan talkshow dan seminar tentang kehidupan yang berbahagia. Saat itu, banyak sekali masyarakat Batam yang tertarik dan antusias mengikuti kegiatan tersebut hingga akhirnya juga mau bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Tahun 2005 Tzu Chi Batam pun resmi didirikan. Berbagai kegiatan terus dilakukan seperti baksos, pembagian beras dan sembako. Relawan yang tergabung berasal dari berbagai kalangan, tak terkecuali pengusaha. Seiring banyaknya kegiatan, relawan pun semakin bertambah. Seiring berkembangnya Tzu Chi di Kota Batam, para relawannya berikrar kuat untuk memiliki ‘rumah batin’ sendiri, yaitu Aula Jing Si di kota Batam.

“Sebagai seorang insan Tzu Chi, yang paling kita harapkan selain dilantik oleh Master (Cheng Yen), kita juga sangat mengidamkan jika di daerah tempat tinggal kita ada sebuah Jing Si Tang (Aula Jing Si),” tutur Megawati. Dengan tekad dan ketekunan maka pada 18 Agustus 2018 telah diresmikan Aula Jing Si kedua di Indonesia yaitu di Pulau Batam. Sukacita dan penuh syukur dirasakan semua relawan hingga semakin menumbuhkan tekad untuk memperluas jaringan Tzu Chi ke pulau-pulau lain di Provinsi Kepulauan Riau.

Teladan di Misi Kesehatan
Sharing berikutnya datang dari Kota Medan. Willey Eliot, relawan TIMA Sumut (Tzu Chi International Medical Association Sumatera Utara) dengan penuh semangat memaparkan beberapa kegiatan TIMA di Sumatera Utara. Dengan mengambil tema “Kereta Lembu Putih”, TIMA Sumut sudah siap memikul tanggung jawab untuk menarik lembu putih, dan terjun langsung di masyarakat sehingga dapat membentangkan jalan Bodhisatwa. Willey Eliot berharap bahwa dengan orang yang banyak maka kekuatan juga menjadi besar dan berkah akan melimpah.

Willey Eliot mewakili relawan TIMA di Sumatera Utara memaparkan perkembangan dan berbagai kegiatan yang mereka lakukan di Sumatera Utara berdasarkan tiga hal pokok yaitu, melindungi kehidupan, melindungi kesehatan, dan menjunjung cinta kasih.

Tranformasi TIMA Medan menjadi TIMA Sumut berawal dari kegiatan baksos kesehatan yang diadakan di salah satu pesantren pada tanggal 3 Maret 2019. Saat ini kegiatan utama relawan TIMA Sumut meliputi tiga hal pokok yaitu, melindungi kehidupan, melindungi kesehatan, dan menjunjung cinta kasih. Hingga kini, TIMA Sumut telah banyak melakukan kegiatan baksos kesehatan, donor darah serta memberikan pendampingan kepada gan en hu (penerima bantuan Tzu Chi) yang membutuhkan bantuan medis.

“Dalam hal melindungi kesehatan, dan sesuai dengan pesan Master (Cheng Yen) agar jangan menunda lagi untuk bervegetarian, jangan lupa mengenalkan makan vegetarian ke masyarakat, jadi saya terpanggil untuk menggarap ladang berkah mengawal kegiatan 21 Days Vegan Diet Challenge,“ tutur Willey Eliot. Tugas TIMA Sumut salah satunya juga melakukan sosialisasi pola makan vegan kepada masyarakat dan relawan serta mengadakan sosialisasi juga ke sekolah-sekolah. “Akhirnya kita anggota TIMA juga berkomitmen untuk menjadi seorang vegan, dan saat ini berjumlah 10 orang,” tambahnya.

Kebahagiaan Mendampingi Gan En Hu
Jalan Bodhisatva juga dilakukan dengan tekun dan penuh sukacita oleh realwan Tzu Chi di Kota Palembang. Wakil Ketua Tzu Chi Palembang Suharjo Marzuki memaparkan bahwa Tzu Chi di Palembang yang awalnya dari satu Xie Li (komunitas terkecil yang anggotanya sedikit), tetapi karena kesungguhan hati para relawannya sehingga Tzu Chi di Palembang makin dikenal masyarakat. Pada masa pandemi misalnya, relawan Tzu Chi Palembang aktif menyalurkan sembako, obat-obatan, alat kesehatan, APD, serta menggelar vaksinasi. “Dengan kegiatan vaksinasi ini Tzu Chi Palembang semakin dikenal masyarakat, dan bahkan orang mengatakan, ingat vaksin ingat Tzu Chi,” papar Suharjo.

Suharjo Marzuki (kanan) didampingi Subianto dan Sefy membagikan pengalamannya relawan Tzu Chi Palembang dalam menyebarkan cinta kasih di Kota Palembang.

Tzu Chi Palembang pun semakin bertekad untuk ‘membelah diri’ hingga akhirnya saat ini menjadi 3 Xie Li yang tergabung dalam satu satu Hu Ai. Mereka pun semakin yakin dan mantap dalam menempuh jalan Bodhisattva ini.

Dengan semakin banyaknya relawan yang bergabung, maka kegiatan yang dilakukan pun semakin banyak. Kebahagiaan pun semakin terpatri, terutama ketika mereka “sukses” mendampingi seorang penerima bantuan Tzu Chi yang akhirnya bisa sembuh dari kondisi awalnya yang memprihatinkan. 

Kisah ini diceritakan kembali oleh Subianto Shxiong dalam sesi yang sama. Adalah Bapak Afuk yang awalnya menjadi penerima bantuan karena menderita stroke. Namun saat melakukan survei, relawan Tzu Chi Palembang melihat bahwa Ibu Amoi, istri Pak Afuk juga membutuhkan bantuan karena mengalami gangguan jiwa. Ibu Amoi tinggal di dalam kamar kos sedangkan Pak Afuk hanya berada di luar kamar dan tidur di kursi depan kamar kos untuk sekaligus menjaga Ibu Amoi. Kondisi Ibu Amoi saat itu sangat memprihatinkan, pertama kali relawan datang dan mencoba untuk bertemu, Ibu Amoi membuka pintu dengan tidak mengenakan pakaian sama sekali dan tubuhnya dipenuhi dengan kotoran manusia. Kondisi ini membuat relawan mencoba untuk melakukan sesuatu untuk bisa membawa Ibu Amoi ke rumah sakit jiwa (RSJ) agar mendapatkan perawatan. Setelah didiskusikan dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya Ibu Amoi bisa dibawa ke RSJ, namun tentu saja dengan pendampingan dokter.

Dalam sesi ini, relawan Palembang Subianto menceritakan sebuah kisah pendampingan terhadap seorang penerima bantuan yang awalnya mengalami gangguan jiwa, tidak berbusana dan badannya penuh kotoran manusia, hingga akhirnya membaik dan bisa makan sendiri, mandi, dan berpakaian.

Saat Ibu Amoi sudah dipindahkan ke RSJ, relawan kembali bersama-sama membersihkan kamar kos yang sangat kotor dan bau sehingga layak untuk dihuni kembali. Setelah mendapatkan perawatan di RSJ, Ibu Amoi dipulangkan untuk dilanjutkan dengan rawat jalan. Pada saat itu relawan sangat terkejut karena Ibu Amoi mengalami perubahan yang sangat cepat. “Ibu Amoi sudah bisa mandi sendiri Shixiong Shijie, Ibu Amoi sudah bisa berpakaian sendiri. Ibu Amoi juga bisa makan sendiri Shixiong Shijie, bahkan Ibu Amoi bisa memanggil nama kami para relawan Shixiong Shijie,” ucap Subianto, yang diiringi tepuk tangan meriah dari semua relawan peserta kamp yang memenuhi ruangan Jiang jing Tang di lantai 4 Aula Jing Si. Bapak Afuk sendiri kondisinya juga sudah membaik dan bahkan saat ini Pak Afuk juga ikut berdana ke dalam celengan bambu.

Sukacita yang dirasakan relawan Palembang bukan hanya sampai di situ, tahun 2022 ketika diadakan baksos kesehatan Tzu Chi yang ke-135 di Palembang, dalam kegiatan besar ini dibutuhkan banyak relawan untuk berpartisipasi. Dengan keteguhan dan tekad kuat, dari relawan yang hanya tiga Xie Li ini berhasil menggalang lebih dari 250 relawan dari masyarakat umum dan insan Tzu Chi sendiri. “Tzu Chi Palembang mendapatkan banyak manfaat setelah membelah diri dimana setiap relawan mendapat ladang berkah dan setiap ladang berkah ada yang mengerjakannya,” tambah Suharjo Shixiong menutup sesi sharing.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Kamp 4 in 1: Sebuah Pesan untuk Mewariskan Jalan Kebenaran

Kamp 4 in 1: Sebuah Pesan untuk Mewariskan Jalan Kebenaran

04 Oktober 2024

Stephen Huang, Direktur Eksekutif Relawan Global Tzu Chi berbagi semangat untuk menyamakan persepsi dan menyatukan visi misi agar relawan Tzu Chi terus bisa sejalan dalam berbagi cinta kasih pada sesama.

Kamp 4 in 1 2019: Bergerak Bersama, Membantu Sesama

Kamp 4 in 1 2019: Bergerak Bersama, Membantu Sesama

29 Juli 2019

Setiap hari, setiap detik kita harus berjuang agar kehidupan bernilai dan bermakna; membuat manusia “sepaham” tentang kebenaran; lebih banyak orang “sepakat” berbuat kebajikan; dan mengajak lebih banyak orang untuk “bertindak bersama”. Inilah pesan penting dari Kamp Pelatihan 4 in 1 Tzu Chi Indonesia tahun 2019 yang diadakan 27-28/7/19.

Kamp 4 in 1 2017: Melatih Diri, Menenangkan Batin

Kamp 4 in 1 2017: Melatih Diri, Menenangkan Batin

18 September 2017
Jika sehari-harinya relawan Tzu Chi terus bergerak bersumbangsih membantu orang lain yang membutuhkan, maka ada kalanya mereka memerlukan waktu sejenak untuk recharge batin dengan menyelami Dharma Master Cheng Yen. Pelatihan yang diadakan selama dua hari (16-17 September 2017) ini mengusung tema “Sutra Makna Tanpa Batas.”
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -