Kebersamaan, Menciptakan Kehidupan Baru

Jurnalis : M. Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan & Rangga (Tzu Chi Bandung)

foto
Relawan Tzu Chi, Hendra Aduutama maupun relawan YDSP membantu pasienn katarak untuk diistirahatkan pada ruang pemulihan sementara.

Mata merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting. Dengan penglihatan yang baik dan sempurna semua orang dapat melakukan aktifitas secara maksimal. Namun apa ayang terjadi bila mata tidak berfungsi dengan baik karena suatu penyakit?

Penyakit katarak masih menjadi momok bagi mereka yang telah lanjut usia. Pada umumnya penyakit katarak menyerang mereka yang berusia 45 tahun ke atas. Terlebih lagi ditambah lingkungan dan pola hidup yang tidak sehat. Penyakit katarak disebabkan oleh lensa mata berselaput dan rabun. Akibatnya mata menjadi keruh serta cahaya tidak dapat menembusnya. Akibatnya perlahan-lahan bisa kehilangan penglihatan dan berpotensi buta jika tidak diobati.

Bagi orang yang mampu mengobati katarak tentu hal ini tidak memberatkan biaya pengobatan. Tetapi bagi kaum marginal hal ini menjadi kendala besar. Biaya yang bisa mencapai jutaan adalah hal yang mustahil untuk mendapatkan kesembuhan pada matanya. Maka tak jarang warga yang tidak mampu mengandalkan pengobatan alternatif atau bahkan tidak diobati sama sekali. Dan akhirnya yang terjadi adalah tidak dapat melihat secara sempurna. Tentu hal tersebut berdampak pada kelangsungan hidup sehari-hari.

Sentuhan Relawan
Keadaan seperti ini dimanfaatkan secara positif oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Dengan melihat kekurangan dan penderitaan yang mereka alami, Tzu Chi senantiasa hadir untuk memberikan pertolongan kepada mereka. Pada tanggal 2-3 Maret 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Bandung  bekerja sama dengan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP), mengadakan bakti sosial operasi katarak. Kegiatan ini dilaksanakan di Priangan Medical Center (PMC), Jl. Nana Rohana No. 37, Bandung.

foto  foto

Keterangan :

  • Para pasien menunggu panggilan untuk dilakukan screening katarak yang dilaksanakan di Priangan Medical Center pada tanggal 19 February 2014 (kiri).
  • dr. Yenny memeriksa para pasein yang ikut dalam screening baksos katarak sebelum melakukan operasi nantinya (kanan).

Pada tanggal 19 Februari 2014 diadakan screening katarak. Sebanyak 28 pasien  ikut penyaringan tesebut, namun yang dinyatakn lolos katarak sebanyak 18 pasien. Pelaksanaan operasi katarak pun dilaksanakan sepuluh hari setelah proses screening. Sebelum operasi juga ada pemeriksaan tekanan darah (tensi) pada setiap pasien. Sebanyak 13 pasien dinyatakan lolos untuk dilakukan pengoperasian katarak. Para pasien ini berasal dari baksos kesehatan umum dan gigi Tzu Chi Bandung yang telah dilaksanakan ditiap-tiap daerah Jawa Barat. Seperti Cipatat, Cianjur, Majalengka, Ujung Berung, dan kota Bandung. “Mereka yang gugur kita kasih obat agar darah tinggi dan gulanya kembali normal. Selanjutnya kita akan panggil kembali untuk tindakan operasi katarak pada baksos katarak yang akan datang,” kata Tjong Lip, relawan Tzu Chi Bandung.

Tujuan bakti sosial operasi katarak ini adalah meringankan beban para pasien yang masih kesulitan dalam mengais rezekinya. Diharapkan setelah mendapatkan penanganan ini, para pasien dapat menciptakan harapan baru baik dari segi perekonomian dan kehidupan sehari-harinya menjadi lebih baik.

 Peran relawan Tzu Chi pada kegiatan baksos tersebut sungguh membantu para tim medis dari PMC. Misalnya saja dr. Yuni, ia merupakan anggota TIMA Bandung yang terlibat langsung dalam melakukan tensi pada setiap pasien yang akan dioperasi katarak. Selain itu, relawan Tzu Chi pun berinteraksi langsung dengan para pasien untuk menenangkan batin agar ketika masuk ke ruangan operasi, pasien dapat merasa tenang. Peran relawan pun tak hanya itu saja. Mereka juga menuntun, menjelaskan pemakaian obat, dan mengantarkan pasien pada tenda pemulihan.

Terlihat kebersamaan relawan Tzu Chi bersama relawan YDSP dan tim medis PMC terjalin begitu harmonis. Saling membantu dan mengisi ruang, menjadikan baksos ini penuh dengan makna cinta kasih tanpa memandang status sosial maupun faktor lainnya. Sehingga baksos operasi katarak ini berjalan dengan lancar dan berguna bagi warga yang tidak mampu untuk membuka lembaran baru bagi kehidupan yang akan dijalaninya. "Kami bersyukur sekali ya, Yayasan Tzu Chi bisa bekerjasama dengan Yayasan Dana Sosial Priangan ini serta klinik ini pun (PMC) ada niat baik untuk bekerja sama dengan kita. Mudah-mudahan kerjasama ini terus berkelanjutan karena masih banyak orang yang membutuhkan pertolongan kita, khususnya bagi warga yang tidak mampu," tambah Tjong Lip.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi membagikan makanan kepada para pasien yang sedang menunggu giliran untuk dilakukan tindakan operasi pada mata yang terjangkit katarak (kiri).
  • Rosita (35) telah berhasil melakukan operasi Mata Katarak. Ia juga dibantu relawan menuju ruang pemulihan (kanan).

Kini Aku Bisa Melihat
Bagi pasien yang telah menjalani operasi katarak dan mendapatkan penglihatan kembali, ini merupakan asa yang terjawab yang sudah sekian lama mereka nantikan. Penuh syukur serta diringi langkah dengan pasti, para pasien yang mendapatkan kesembuhan siap untuk menempuh hidup baru dan menata masa depan dengan baik. Dapat melihat kembali tidak akan mereka sia-siakan dalam menjalani rutinitas hidup. Baik dari segi perekonomian juga menolong antar sesama demi mengubah roda kehidupan menuju arah yang lebih baik lagi.

Hal ini dirasakan oleh salah satu pasien baksos katarak yaitu Rosita (35), warga Kampung Sirnagalih, Desa Neglasari, Kec. Cidaun, Kab. Cianjur. Selama enam tahun Ia mengidap katarak. Selama itu pula aktivitas Rosita terganggu mulai dari mengais rejeki hingga melakukan rutinitas sehari-hari. “Saya kan dari Cidaun yang jauh dari perkotaan, jadinya kalau mau berobat juga susah, paling dekat saja mesti ke kota Cianjur. Lebih kurang 3 jam dari kampung saya menuju Cianjur. Selain itu, saya juga tidak punya biaya untuk berobat. Kebetulan ada baksos kesehatan Tzu Chi di Cipatat saya ikut berobat disana, dan saya daftar untuk jadi pasien katarak,” ucap Rosita.

Rosita pun mengenal Tzu Chi dari salah satu temannya yaitu Umar. Umar mengetahui ada baksos kesehatan Tzu Chi di Cipatat yang diinformasikan melalui radio daerah setempat. Sejak itu, Ia pun mengajak sebagian warga Cidaun untuk mengikuti baksos kesehatan umum dan gigi yang diadakan oleh Tzu Chi Bandung. Disaat itu pula jalinan jodoh Tzu Chi bersama warga Cidaun. "Alhamdulillah sekarang sudah bagus, saya terima kasih kepada para relawan yang sudah membantu saya dan kini saya sudah bisa melihat lagi,” ucap Rosita.

Kebahagiaan ini pun dirasakan oleh relawan Tzu Chi yang telah diberi kesempatan untuk membantu para pasien yang sangat membutuhkan, "Sangat mengharukan telah bisa membantu pasien-pasien katarak. Tentunya hal ini sangat mereka harapkan. Karena mereka nggak punya biaya untuk operasi. Baksos ini mereka manfaatkan betul-betul. Karena itu saya pun tidak mau melewatkan kesempatan ini dengan meluangkan waktu untuk membantu mereka. Mudah-mudah dengan operasi ini dan mereka mendapatkan kesembuhan bisa melihat dunia kembali," ujar Hendra Adiutama.

Artikel Terkait

Suara Kasih : Menerima Karma dalam Kehidupan

Suara Kasih : Menerima Karma dalam Kehidupan

05 Mei 2010
Setiap orang termasuk saya tak luput dari ketidakkekalan, masalahnya hanya cepat atau lambat. Sesungguhnya, kelahiran dan kematian berawal dari kekotoran batin. Oleh sebab itu, untuk terbebas dari kelahiran dan kematian, kita harus melenyapkan kekotoran batin.
Bedah Rumah Tzu Chi di Kamal Muara: Ternyata Begini Rasanya, Bahagia!

Bedah Rumah Tzu Chi di Kamal Muara: Ternyata Begini Rasanya, Bahagia!

19 Desember 2022

Tzu Chi memulai Program Bedah Rumah Tahap ke-3 di Kamal Muara, Sabtu, 17 Desember 2022 dengan membongkar lima rumah para penerima bantuan. Pembangunan kembali rumah ini diperkirakan akan selesai dalam tiga bulan ke depan.

Internasional: Membangun Tim Daur Ulang

Internasional: Membangun Tim Daur Ulang

27 Mei 2010
Ini bukanlah tugas yang mudah karena dia menderita sakit lupus dan keluarganya tidak paham dengan apa yang dia lakukan. Meskipun sakit, dia mempunyai semangat untuk hidup. Dengan mengendarai sepeda motor Lin Yuehua mengumpulkan barang-barang daur ulang di jalan.
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -