Keceriaan Khaerul

Jurnalis : Sinta Febriyani (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Sinta Febriyani, Hendra Gusnadhy (Tzu Chi Bandung)
 

fotoSetelah lebih kurang sepekan menjalani rawat inap di RS Dustira, akhirnya pada 15 Desember 2009, Khaerul diijinkan pulang. Kebahagiaan Debby bertambah ketika mengetahui relawan Tzu Chi turut serta mengantar mereka ke rumah.

Teh, saya titip Khaerul ya, saya nggak tenang kalau nunggu di sini (ruang tunggu operasi -red), mending saya tunggu di ruangan aja sekalian jagain yang kecil,” ucap Debby Susanty, ibu dari pasien Khaerul kepada relawan Tzu Chi sesaat setelah putranya masuk ke ruang operasi. Hari itu, 9 Desember 2009, Muhammad Khaerul atau yang biasa dipanggil Khaerul menjalani pembedahan di Rumah Sakit Dustira, Cimahi karena menderita Cystic Lymphangioma di pipi kanan

Operasi yang berlangsung dari pukul 11.00-14.00 siang itu ditangani langsung oleh Mayor CKM dr Pontjo, SpB. “Operasinya memang bisa dikatakan sulit karena benjolannya sudah besar. Tapi untung saat operasi tidak ada masalah apa-apa. Anaknya juga kuat. Nanti kita lihat perkembangannya,” jelas dr Pontjo.

Berawal dari Coba-Coba
Debby Susanty bercerita, putra keduanya itu menderita Cystic Lymphangioma sejak usia 3 bulan, “Dulunya kecil, cuma sebesar biji lada. Tapi makin lama, makin besar dan kini sudah melebihi dagunya. Saya jadi cemas sama kondisi anak saya. Untung waktu berobat ke puskesmas saya diberitahu dokter di sana kalau di Dustira sedang ada baksos. Saya coba-coba aja bawa Khaerul ke Dustira, mungkin anak saya bisa ikut baksos.”

Tidak lama setelah mendaftar, Debby menuturkan bahwa ada beberapa relawan yang melakukan survei ke rumahnya. Setelah di survei, Khaerul pun dibawa berobat ke Dustira. ”Tadinya saya khawatir kalau dipungut biaya, tapi ternyata nggak dipungut apa-apa. Malah tiap Khaerul periksa selalu ditemenin. Mereka (Tzu Chi) juga nolongnya tulus, nggak menuntut imbalan apa-apa. Saya sempat diingatkan tetangga yang takut kalau yayasan nolong anak saya karena ada misi tertentu, tapi karena saya percaya, ya jalan terus aja. Sekarang terbukti kan, nggak ada misi apa-apa.” Ungkap Debby.

foto  foto

Ket : - Jalinan jodoh antara Tzu Chi dan Khaerul yang menderita Cystic Lymphangioma, membuat anak kedua              Debby Susanty ini akhirnya bisa kembali normal. (kiri)
         - Di rumah yang sangat sederhana inilah Debby Susanty membesarkan ketiga anaknya seorang diri. Berbekal             dengan semangat dan sedikit keahlian, setiap hari ia menerima orderan menghias kerudung dengan payet             yang upahnya sekedar untuk makan sehari-hari. (kanan)

Orang Tua Tunggal
Menurut ibunya, dibanding kedua anaknya yang lain, Khaerul yang paling sering menderita sakit. Dalam seminggu, putra keduanya itu bisa tiga kali terserang step (demam tinggi). Setiap kali step itulah biasanya benjolan di pipi kanan Khaerul membesar. “Saya pernah bawa anak saya ke klinik yang dekat rumah, tapi disuruh langsung ke rumah sakit. Katanya penyakit Khaerul nggak bisa diobati di klinik. Dari sana saya disuruh ke puskesmas untuk bikin rujukan,” tutur Debby.

“Sayangnya saya belum sempat bawa Khaerul ke rumah sakit rujukan. Saya ini kan, orang tua tunggal, tiga anak saya masih balita. Saya harus kerja kalau mau anak-anak saya makan. Kalau ke rumah sakit kan, paling sedikit harus punya uang, minimal buat ongkos pulang-pergi. Jadi saya nabung dulu buat jaga-jaga. Surat rujukannya aja baru selesai dibuat,” ungkap ibu dari Hasby, Khaerul, dan Maudy.

foto  foto

Ket : - Operasi yang berlangsung dari pukul 11.00-14.00 siang itu ditangani oleh Mayor CKM dr Pontjo, SpB. beserta            paramedis Dari RS Dustira Cimahi berjalan dengan lancar. (kiri).
        - Debby Susanty sangat bahagia dan terharu dengan perhatian tulus yang diberikan oleh relawan Tzu Chi,           karena berkat jalinan jodoh ini Khaerul mempunyai kesempatan untuk tumbuh besar seperti anak-anak           lainnya. (kanan)

Debby menuturkan, ia berpisah dengan ayah dari ketiga anaknya saat dirinya tengah mengandung Maudy 3 bulan. “Memang pilihan saya untuk menjadi janda. Waktu saya mengandung Maudy, mantan suami saya berkata ingin menikah lagi dan meminta persetujuan saya. Karena saya tidak mau dimadu, saya putuskan untuk bercerai. Saya tidak minta apa-apa, asal anak-anak semua ikut saya. Jadi jangan kaget kalau di rumah  cuma  ada kami berempat,” jelas Debby yang masih merasa beruntung karena meskipun rumahnya sederhana dan sering bocor, namun itu adalah rumah warisan yang ditinggalkan orang tuanya.

Karena tidak mau jauh-jauh dengan ketiga buah hatinya, Debby memutuskan untuk bekerja di rumah. Biasanya, ia mengambil orderan dari kenalannya. Sambil menjaga anak-anaknya, ia menghias kerudung-kerudung pesanan dengan memberi hiasan payet-payet, “Satu hari biasanya selesai 5-8 kerudung. Satu kerudung dihargai Rp.500,00-Rp.1.700,00 tergantung dari desainnya. Alhamdulillah dari situ saya bisa memberi anak-anak saya makan.”

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi selalu mendampingi dan memberi semangat kepada Khaerul dan keluarganya dari mulai             proses pemeriksaan hingga jalannya proses operasi. (kiri).
        - Melihat Khaerul sembuh dan kembali ceria merupakan suatu kebahagiaan yang dirasakan oleh insan            Tzu Chi. (kanan)

Khawatir Sekaligus Lega
Hampir sepekan menjalani rawat inap di Ruang I RS Dustira, akhirnya pada 15 Desember 2009, Khaerul diijinkan pulang. ”Anaknya sehat dan nggak ada masalah apa-apa yang berhubungan dengan penyakitnya. Dua hari pasca operasi, dia sudah bisa lari-lari dan makannya pun bagus,” jelas perawat yang menangani Khaerul. ”Jangan lupa Senin depan kontrol lagi ke poli bedah,” ujar tenaga medis itu mengingatkan.

Mendengar putranya itu sudah diijinkan pulang, Debby terlihat begitu sukacita. Selagi menunggu surat pengantar kontrol ke poli bedah, ia langsung membereskan barang-barang bawaannya. Ketika itu, relawan Tzu Chi pun membantu Debby dan mengantarkan keluarga itu pulang ke rumah mereka di Kp. Pos Wetan, Desa Kertamulya, Padalarang.

“Terimakasih sudah membantu anak saya. Saya tidak tahu bagaimana membalasnya. Relawan Tzu Chi membuat saya yang tidak memiliki saudara ini menjadi merasa diperhatikan. Awalnya saya memang merasa sangat khawatir, tapi sekarang sudah lega karena anak saya bisa dioprasi. Terimakasih doa dan bantuannya,” Ujar Debby seraya memeluk salah seorang relawan Tzu Chi. Kebahagiaan hidup yang penuh cinta kasih harus diraih dengan memanfaatkan waktu untuk bersumbangsih. Melihat Khaerul sembuh dan kembali ceria merupakan suatu kebahagiaan yang dirasakan oleh insan Tzu Chi.

 

 
 

Artikel Terkait

Bersama-sama Menularkan Kebajikan

Bersama-sama Menularkan Kebajikan

19 November 2018

Para pengendara yang mengisi bahan bakar di SPBU Panghegar, Bandung secara tidak langsung berarti telah ikut bersumbangsih. Karena di setiap hari Jumatnya, 100 persen laba keuntungan akan disumbangkan melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung.

Gerak Cepat untuk Korban Gempa Padang

Gerak Cepat untuk Korban Gempa Padang

01 Oktober 2009
Dalam hitungan jam, Tim Tanggap Darurat Tzu Chi segera berkoordinasi untuk mempersiapkan bantuan yang akan diberikan kepada para korban gempa. Pagi ini, pukul 08.50, dipimpin oleh Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi, Adi Prasetio, sebanyak 13 relawan Tzu Chi yang terdiri dari tim medis dan relawan tanggap darurat berangkat menuju Padang menggunakan pesawat Hercules dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Banjir 2020: Nasi Hangat untuk Korban Banjir di Kapuk Muara

Banjir 2020: Nasi Hangat untuk Korban Banjir di Kapuk Muara

03 Januari 2020

Banjir yang terjadi pada awal tahun 2020 membuat wilayah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang terendam air. Tzu Chi memberikan bantuan kepada warga yang terdampak banjir di pengungsian.

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -