Keindahan Budaya yang Berlandaskan Cinta Kasih Tanpa Batas

Jurnalis : Henny (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir, Augustina, Liani Oei, Kenji Marwies (Tzu Chi Medan)


Anak asuh Amitofo Care Center dari Afrika menampilkan kungfu pada kegiatan pertukaran keindahan budaya, di Gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Medan.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tiap wilayah atau negara tentu berbeda-beda. Terkait dengan perbedaan budaya, Tzu Chi Medan pada Minggu 26 Agustus 2018 mengadakan kegiatan pertukaran keindahan budaya dengan anak-anak dari Afrika yang diasuh oleh Amitofo Care Center (ACC). Kegiatan ini diadakan di Gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, tepatnya di Komplek Grand Jati Junction No P1 Medan.

Tujuan diadakan pertukaran keindahan budaya ini adalah agar dapat membangkitkan solidaritas dan meningkatkan rasa empati kepada sesama serta menyebarkan cinta kasih tanpa batas. “Kita berharap dapat menanamkan benih dan dapat menyebarkan cinta kasih tanpa batas dan tanpa memandang latar belakangnya,” jelas Sylvia.

Semangat anak-anak asuh dan anak-anak Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan menyambut kedatangan anak-anak Afrika ini tampak sangat antusias. Begitu juga relawan, yang tidak menyiakan kesempatan untuk menggenggam erat jalinan jodoh baik ini.

Acara dibuka oleh pembawa acara Juliana dan diawali dengan perfoma Zhong Gu yakni penabuhan genta dan genderang oleh anak-anak Kelas Bimbingan Budi Pekerti. Dilanjutkan dengan tarian daerah Selamat Datang yang sangat indah oleh enam anak asuh (penerima bantuan pendidikan Tzu Chi) dari Sekolah Brigjend Katamso Medan. Setelah itu mereka bersama-sama mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen tentang Berbakti kepada Orang Tua dengan Hati yang Murni.


Tarian daerah Selamat Datang dari anak asuh Tzu Chi Medan.

Juliana memperkenalkan secara singkat profil keempat anak asuh Amitofo Care Center Afrika yang berkunjung. Bahasa pengantar mereka sehari-hari adalah bahasa Mandarin. Mereka adalah anak-anak yatim piatu. Sebelum keempat anak asuh Amitofo Care Center Afrika memperkenalkan diri, terlebih dahulu mereka menyanyikan lagu Selamat Datang dan Terimakasih dalam bahasa Swaziland.

Profil Keempat Anak Afrika

Qing Ding yang berusia 17 tahun bercita-cita menjadi polisi agar dapat menjaga orang-orang dari kejahatan. Selain sepak bola, kungfu dan Swaziland Dance, ia juga pandai dalam Chain Whip. Mata pelajaran kesukaannya adalah Matematika dan Sejarah. Neymar dan Messi adalah idolanya. Qing Qian juga berusia 17 tahun sang juara kelas yang memiliki cita-cita menjadi ilmuwan seperti Thomas Alfa Edison. Ia sangat suka ilmu pengetahuan dan gemar membaca. Matematika dan Sains adalah pelajaran kesukaannya. Selain kungfu dan tari Swaziland, ia juga gemar bermain sepak bola.

Lalu ada Qing Si berusia 14 tahun yang ceria dan ramah. Ia mempunyai cita-cita menjadi dokter agar bisa menyembuhkan orang dari penyakit. Mata pelajaran kesukaannya adalah Bahasa Mandarin, dan belajar Geografi membuatnya seolah bepergian keliling dunia. Selain mahir dalam gerakan kungfu seperti jungkir balik depan dan belakang, ia mengkhususkan diri dalam gerakan tongkat mabuk, tongkat monyet, tombak ganda dan topeng berubah di Opera Sichuan.


Anak-anak dari Afrika menyanyikan lagu Selamat Datang dan Terima kasih dengan Bahasa Swaziland.

Satu lagi Qing Tian yang pintar dan lincah serta responsif, dan masih berusia 13 tahun ini biasa menghabiskan sebagian waktunya untuk membaca buku, dan ekstrakulikuler Bahasa Inggris dan Mandarin. Selain nyanyi dan akting, kungfu dan sepak bola juga merupakan kegemarannya. Mempunyai cita-cita menjadi ilmuwan agar menciptakan banyak hal bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan banyak orang.

Sejarah Singkat Amitofo Care Center Benua Afrika

Sandi dari Amitofo Care Center memperkenalkan bahwa Amitofo Care Center adalah yayasan nirlaba yang bergerak pada pengembangan kemandirian untuk anak-anak yatim piatu pada panti asuhan yang berada di benua Eropa. Pada tahun 1992 seorang Bikhu Master Hui Li melakukan perjalanan ke Afrika dengan tujuan awal menyebarkan ajaran Buddha. Tetapi sampai di Afrika, ternyata kondisi kehidupan di sana jauh lebih parah dari yang diketahui. Kehidupan di sana sangatlah menderita seperti kelaparan, kekeringan, wabah penyakit, moralitas yang rendah dan masih banyak masalah lainnya.

Dari niat awal yang memang mau menyebarkan ajaran Buddha dengan Cinta Kasih Tiada Batas, Master Hui Li semakin peduli dan dekat dengan masyarakat di sana. Akhirnya pada tahun 2004 Panti Asuhan Amitofo Care Center didirikan di Malawi Afrika. Sandi menjelaskan, Kerajaan Swaziland adalah sebuah wilayah kecil di Afrika Tenggara, luasnya 109 kali lebih kecil dibanding dengan Indonesia. Benua Afrika penuh dengan kemiskinan, kelaparan dan gizi buruk namun mereka memiliki semangat untuk merubah hidup. Meski mereka tinggal di daerah terpencil dan tidur beralaskan tanah mereka sangat disiplin, kerja keras dan memiliki hati yang penuh syukur untuk mengubah kehidupan mereka.


Penampilan penabuhan genta dan genderang oleh anak-anak Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Tzu You Ban Medan yang berjudul Ketekunan.

Master Hui Li yang awalnya melakukan perjalanan ke Benua Afrika untuk menyebarkan ajaran Buddha Dharma akhirnya menjadi fokus menyelamatkan kehidupan di Benua Afrika dengan memberikan mereka tempat tinggal. Ia juga memperbaiki gizi makanan mereka dan memberikan mereka keterampilan agar menjadi pintar dan mandiri. Master Hui Li mendirikan sekolah ditambah dengan mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin dengan agar mereka dapat berkomunikasi dengan warga asing dan menunut ilmu hingga ke luar negeri.

Di sana jika ada yang sakit selama tiga hingga tujuh hari saja bisa menyebabkan meninggal dunia karena kondisi sangat buruk, sulit mendapatkan nasi juga sulit mendapatkan pengobatan. Oleh sebab itu anak asuh Amitofo Care Center dibekali Kungfu Shaolin agar daya tahan tubuh mereka menjadi lebih kuat dan tidak mudah sakit.

Selain di Malawi, Amitofo Care Center juga ada di Lesoto, Swaziland, Mozambique, dan sedang proses pembangunan di Madagascar. Sandi menambahkan, anak di Afrika dijuluki Mutiara Hitam karena sangat disiplin sehingga jika mereka belajar apapun sangat cepat dan mudah diserap. Anak asuh Amitofo Care Center Afrika kemudian menampilkan kemampuan mereka dalam bernyanyi dan berpuisi Bahasa Mandarin “Di Zi Gui”. Selama enam tahun di Amitofo Care Center agar dapat berkomunikasi dengan negara Malawi, Lesoto dan Swaziland mereka belajar Bahasa Mandirin sebagai bahasa pengantarnya.

Saling Mengenal Budaya Masing-masing


Anak Asuh Yayasan Buddha Tzu Chi Medan bersama dengan Anak Asuh Amitofo Care Center Afrika memperagakan isyarat tangan Satu Keluarga.


Relawan membantu menerjemahkan dalam bahasa Mandarin saat sesi tanya jawab.

Di depan anak kelas bimbingan budi pekerti Tzu Chi, anak kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen serta remaja dan muda-mudi Tzu Chi, anak asuh Amitofo Care Center menunjukkan kemampuan mereka lewat perfoma kungfu yang sangat mengagumkan. Setelah itu bergantian mereka menyaksikan penampilan isyarat tangan oleh anak-anak Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi, anak-anak Kelas Kata Perenungan, Remaja Tzu Shao dan Muda Mudi Tzu Qing.

Makan siang bersama menambah suasana kehangatan dan kebersamaan antara anak-anak Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi dengan Anak Asuh Mitofo Care Center. Rahul Sihite salah satu anak asuh penerima bantuan pendidikan Tzu Chi Medan sangat terinspirasi dengan acara ini.

“Semangat dan ketekunan anak-anak Afrika sangat patut untuk diteladani. Meski kehidupan mereka penuh dengan perjuangan namun mereka tetap belajar dengan bersungguh-sungguh agar dapat merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik melalui cita-cita mereka,” ungkap Rahul.

Desnita, relawan Tzu Chi juga merasa sangat bersyukur kegiatan yang sangat positif ini dapat terselenggara. “Gan En atas budaya humanis yang begitu indah dari relawan yang sudah bersungguh hati mensukseskan acara pertukaran keindahan budaya hari ini. Kita bukan hanya mengadakan pertukaran budaya semata namun suatu inspirasi bagi kita semua untuk bertanya pada diri kita sendiri apakah kita sudah tekun seperti mereka?” ungkap Desnita.

Sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih Yayasan Buddha Tzu Chi Medan memberikan cendera mata kepada empat anak Afrika yang berkunjung, juga kepada Ibu Ely Kasim yang mewakili seluruh relawan Yayasan Amitofo Care Center Medan.

 

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Pertukaran Budaya dan Pengetahuan

Pertukaran Budaya dan Pengetahuan

21 Juli 2009
“Jadi para mahasiswa ini bisa punya cinta kasih yang besar kepada sesama. Tidak hanya tahu belajar dan membaca saja, mereka juga tahu akan kehidupan anak-anak lain di berbagai negara dan menjalin persahabatan. Dengan demikian, maka dunia ini akan menjadi lebih baik,” kata Ming Zhen.
Tanda Kasih yang Nyata

Tanda Kasih yang Nyata

06 Agustus 2015 Sebanyak 48 peserta yang terdiri dari mahasiswa Tzu Chi College of Technology Taiwan, guru dan relawan melakukan kunjungan ke rumah yang telah dibedah oleh Tzu Chi dalam Program Bebenah Kampung di Pademangan, Jakarta Utara.
Keindahan Budaya yang Berlandaskan Cinta Kasih Tanpa Batas

Keindahan Budaya yang Berlandaskan Cinta Kasih Tanpa Batas

31 Agustus 2018

Tzu Chi Medan mengadakan kegiatan pertukaran keindahan budaya dengan anak-anak dari Afrika yang diasuh oleh Amitofo Care Center (ACC). Pertukaran budaya dimaksudkan agar dapat membangkitkan solidaritas dan meningkatkan rasa empati kepada sesama serta menyebarkan cinta kasih tanpa batas.

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -