Keindahan Dharma Tanpa Kata

Jurnalis : Iea Hong (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen (He Qi Utara)
 
 

fotoSejak jauh hari sebelum acara peresmian dilakukan, para relawan dekorasi telah sibuk melakukan persiapan dan mendekor seluruh bagian dari aula Jing Si.

Minggu 7 Oktober 2012, jam baru menunjukkan pukul 5 pagi saat saya tiba di Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara. Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi insan Tzu Chi Indonesia, karena pada hari ini pusat kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi akan diresmikan pengunaannya. Saat memasuki halaman depan Jingsi Tang atau sering disebut Aula Jing Si, kita akan mendaki serangkaian anak tangga yang akan langsung membawa kita menuju lantai 2 Aula Jing Si.

 

Pintu utama di lantai ini terdiri dari empat buah pintu tembaga yang sangat besar dengan ukiran pada bagian depannya, dimana menceritakan Master Cheng Yen sedang membabarkan Dharma, sedangkan bagian belakang dari pintu ini terukir huruf-huruf Mandarin yang merupakan kutipan dari ‘Sutra Makna Tanpa Batas’ yang melukiskan sifat-sifat luhur dari Bodhisatwa.

Setelah melewati pintu utama ini kita akan memasukin sebuah ruang besar yang tampak begitu sederhana tapi penuh dengan keanggunan. Tepat di depan berdiri sebuah replika bagian depan bangunan Aula Jing Si Hualien, tempat ‘Master Cheng Yen’ saat ini berdiam. Di sebelah kiri dan kanan dari replika ini terdapat lorong yang panjang yang akan membawa kita naik setingkat demi setingkat menuju ruang-ruang yang berbeda di setiap lantainya. Saat memasuki lorong ini kita akan melihat poster-poster besar yang menceritakan tentang kisah-kisah Tzu Chi dari keempat misi utamanya. Di sisi lain bila kita perhatikan maka kita akan melihat beberapa dekorasi dan rangkaian bunga yang ditata dengan begitu indahnya. Pada setiap belokan ke atas di lorong ini kita akan bisa menikmati serangkaian pajangan bunga yang dipadukan dengan beberapa benda lainnya, seperti padi, bambu, biji saga merah, batu kerikil, dan sebagainya yang membuat ruangan semakin indah dan anggun.

Walaupun bunga-bunga dan aksesorisnya ditata dengan sederhana, tapi keindahan dari kesederhanaan itu yang membuat kita benar-benar bisa menikmati setiap detil dari dekorasi ini, dan setiap dekorasi ini pun memiliki makna yang sangat dalam yang juga digunakan untuk pembabaran Dharma tanpa suara seperti yang sering diingatkan oleh Master Cheng Yen bahwa setiap benda dalam Aula Tzu Chi hendaknya bisa menjadi pembabaran Dharma tanpa suara.

Seperti pada salah satu dekorasi yang terdiri dari seikat padi yang diletakkan dalam sebuah tempayan tanah liat dan di sampingnya terdapat 2 buah ruas bambu yang telah diberi lubang di sampingnya sehingga berfungsi sebagai celengan. Padi merupakan lambang benih, walaupun hanya 1 benih asalkan kita mau berusaha untuk menanamnya maka seiring berjalannya waktu benih itu akan tumbuh dan menghasilkan lebih banyak lagi butir-butir padi yang baru, dan butir-butir padi ini bila kita tanam kembali maka akan menghasilkan jumlah padi yang tidak terhingga, yang akan memenuhi lumbung yang dilambangkan dengan tempayan, tempat benih-benih padi disimpan.

foto   foto

Keterangan :

  • Kesederhanaan dan keindahan dari tata dekorasi seolah mengajarkan kita untuk bisa hidup secara sederhana (kiri).
  • Setiap dekorasi terlihat benar-benar didesain dan ditata dengan penuh keapikan dan penuh dengan ajaran-ajaran dharma tanpa kata (kanan).

Begitu juga dengan cinta kasih, bila dikumpulkan walaupun hanya sedikit demi sedikit, tetapi bila terus dikumpulkan maka kita akan memiliki cinta-kasih tidak terhingga, yang di lambangkan dengan celengan bambu yang diletakkan di samping butiran padi. Celengan bambu melambangkan tetesan cinta kasih yang kita curahkan setiap harinya, bila terus kita memasukan koin-koin cinta-kasih kita maka seiring berjalannya waktu hati kita akan dipenuhi dengan kebiasaan untuk melakukan kebajikan dengan sendirinya kita akan menghindari diri dari perbuatan-perbuatan yang salah.

Setiap dekorasi bila kita perhatikan benar-benar didesain dan ditata dengan penuh keapikan dan penuh dengan ajaran-ajaran dharma tanpa kata. Seperti pada dekorasi lainnya, yang terdiri dari beberapa ruas bambu yang dibentuk menyerupai pancuran air yang mengalir ke sebuah tempat penampungan yang juga terbuat dari bambu, di sekelilingnya ditata beberapa tangkai bunga dan taburan batu putih dan biji saga merah, yang melambangkan aliran cinta-kasih yang akan memenuhi alam semesta. Sedangkan bunga biasanya melambangkan keindahan dari ajaran, juga sebagai lambang perubahan, bahwa setiap hal di dunia ini terus berubah, bunga yang indah pun seiring berjalannya waktu akan layu dan kehilangan keindahannya, begitu juga kita tidak selamanya bisa menikmati masa muda, seiring berjalannya waktu kita akan menjadi semakin tua, dan kehilangan keindahan masa muda. Untuk itu kita harus menggenggam saat ini, dan segera bersumbangsih dan memberi manfaat bagi masyarakat. Bila kita telusuri maka kita akan menemukan lebih banyak lagi dekorasi-dekorasi lain yang tersebar di berbagai tempat di dalam bangunan besar ini, dan setiap dekorasi memiliki kisah dan makna yang sangat mendalam.

Sedikitnya 7 orang relawan dekorasi telah mulai sibuk mendekor sejak beberapa hari sebelum acara dimulai, dari mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan, merangkai bunga sampai menata dekorasi di tempat yang telah yang  ditentukan. Tim ini diketuai oleh Indrawati Shijie, relawan dari He Qi Utara. Kesederhanaan dan keindahan dari tata dekorasi seolah mengajarkan kita untuk bisa hidup secara sederhana, karena dalam kesederhanaan mengandung keindahan yang sulit dilukiskan.

  
 

Artikel Terkait

Saya Tzu Ching

Saya Tzu Ching

28 September 2015 Minggu, 20 September 2015, sebanyak 75 Tzu Ching berkumpul untuk mengikuti training Tzu Ching yang bertema “Saya Tzu Ching”. Pada hari itu juga diadakan pelantikan Tzu Ching baru.
Impian Itu Kini Menjadi Nyata

Impian Itu Kini Menjadi Nyata

20 Juni 2011
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerjasama dengan Pemda DKI Jakarta, Kodam Jaya, Polda Metro Jaya serta beberapa perusahaan swasta nasional mengadakan Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Cilincing, Jakarta Utara.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -