Kesulitan Adalah Sebuah Ujian

Jurnalis : Ruth Putryani Saragih(Tzu Chi Sinar Mas), Fotografer : Handi Sanjaya, Yudha Arya Putra (Tzu Chi Sinar Mas)

Sejak terserang stroke, Haryadi tak mampu berjalan tanpa bantuan orang lain.

Sekilas tak ada yang berbeda dengan sosok Haryadi, salah satu warga Tambun Utara, Bekasi, Jawa Barat. Wajahnya segar, tubuhnya pun tidak ada cacat fisik. Haryadi merupakan salah satu penerima bantuan yang terdaftar sebagai pasien dalam kegiatan bakti sosial kesehatan umum yang digelar oleh para relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas, PT Inti Bangun Sejahtera, dan juga bantuan relawan medis dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA ) Indonesia.

Ketika hendak berjalan, kedua kakinya seakan tak mampu menahan beban. Sepanjang pemeriksaan yang dilakukan dalam kegiatan bakti sosial dengan misi kesehatan ini, Haryadi dibantu oleh para relawan Tzu Chi. Kemanapun Haryadi melangkah, ada relawan Tzu Chi di sampingnya yang membantu dengan penuh ketulusan. Serangan stroke membuat kehidupannya berubah total. Tepat di bulan Mei 2014, saat itu Haryadi hendak menunaikan ibadah salat, dirinya tiba-tiba saja terjatuh. Sejak saat itulah Haryadi tak mampu melakukan aktivitas apa pun tanpa bantuan dari orang lain.

Sebelum penyakit stroke menyerang, Haryadi bekerja sebagai pedagang sayur bersama istrinya. Dirinya juga dikaruniai dua orang anak yang lucu dan sehat. Dari kegiatan berdagang sayur ini ia bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari. Walaupun tidak berlebihan, namun cukup. Tak mudah bagi Haryadi menjalani hari-harinya dengan kondisi stroke yang melumpuhkan sebagian dari tubuhnya. Bahkan kondisi ini diperburuk dengan sang istri yang tega meninggalkannya dan turut membawa pergi satu orang anaknya. Haryadi merasa hidupnya semakin tiada berguna.

Keluhan penyakit yang selama ini diderita oleh Haryadi ia curahkan kepada Tim Medis Tzu Chi. Dengan segala keterbatasannya Haryadi masih tetap bisa mencari nafkah.

Haryadi saat diperiksa oleh Tim Medis Tzu Chi.

“Awal Januari 2015 saya ditinggal istri. Pada saat itu perasaan saya sedih, marah, kesal, semua bercampur aduk. Waktu saya sehat, dia mau sama saya, pas saya udah sakit-sakitan gini saya malah ditinggal dan disia-siain,” ungkap Haryadi dengan paras penuh kekecewaan. Hari demi hari berlalu, bulan pun terus berganti. Haryadi tak mau berlama-lama meratapi nasibnya. Ia merasa sepeninggal istrinya, ia harus lebih kuat dalam menjalani hidup. Baginya ada hikmah di balik kejadian ini semua. Setelah ia menyemangati dirinya untuk lebih kuat maka perubahan drastis pun terjadi. Jika dulu ia hanya bisa terbaring lemah tak berdaya di atas tempat tidur, sekarang ia berusaha untuk dapat berjalan walaupun masih harus dibantu oleh orang lain.

“Saya harus lebih kuat. Itu yang setiap hari saya katakan pada diri saya. Walaupun istri udah nggak ada, tapi rezeki tetap saja ada. Saya tahu Tuhan itu nggak tidur,” tutur Haryadi. Walaupun ia kini tak dapat berjualan sayur seperti dahulu, tetapi ia berganti profesi sebagai tukang pijat. Baginya yang terpenting ia tetap bisa memiliki penghasilan sendiri. Walaupun setengah dari badannya sudah tak dapat lagi berfungsi, namun sebagian lainnya masih bisa ia maksimalkan untuk mencari nafkah. Pekerjaan sebagai tukang pijat ini mampu membantu perekonomian dirinya dan kedua orangtuanya.

Badai di kehidupan Haryadi berangsur-angsur mulai sirna. Ia ingin bangkit dan ingin memiliki kehidupan yang lebih baik. Ia berjanji, suatu hari nanti ia dapat membahagiakan kedua orangtua dan satu orang anaknya yang kini hidup bersama dirinya. Dalam salah satu ceramahnya, Master Cheng Yen mengatakan bahwa kesulitan saat berurusan dengan orang-orang dan kejadian-kejadian adalah semacam ujian. Hal ini bagaikan batu pualam yang perlu digosok dengan batu kasar agar permukaanya berkilauan. Dan Haryadi mampu melalui ujian yang diberikan kepadanya sehingga ia kini menjadi sosok yang lebih kuat dan lebih tegar.


Artikel Terkait

Bakti Sosial Kesehatan bagi Masyarakat Salido Pesisir Selatan

Bakti Sosial Kesehatan bagi Masyarakat Salido Pesisir Selatan

31 Juli 2018
Pagi baru menunjukkan pukul 05.00 WIB saat 15 relawan Tzu Chi Padang berkumpul di Kantor Tzu Chi Padang, Rabu 25 Juli 2018. Para relawan akan melakukan perjalanan ke Salido Painan, Pesisir Selatan demi menggelar bakti sosial khitan dan degeneratif.
Bakti Sosial Kesehatan di Desa Serongga, Kalimantan Selatan

Bakti Sosial Kesehatan di Desa Serongga, Kalimantan Selatan

20 Oktober 2017
Pagi itu sekitar pukul 08.00 WITA, relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Kalimantan Selatan 1 dan Xie Li Kalimantan Selatan 2 sudah berkumpul di Desa Serongga, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru. Relawan menggelar kegiatan Bakti Sosial Kesehatan Umum, Minggu, 14 Oktober 2017.
Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-136: Menyempurnakan Guratan Tawa di Bibir Miftah

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-136: Menyempurnakan Guratan Tawa di Bibir Miftah

15 Februari 2023

Yuliani membagikan kisah Muhammad Miftahul Muzammil yang berhasil menjalani operasi bibir sumbing dalam Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-136.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -