Ketika Jalinan Jodoh Telah Tiba

Jurnalis : Elisah dan Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Hong Thay (Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

foto
Mei Bin shijie dengan ditemani oleh Kevin Audrino Budiman bersama-sama membawakan games Koin Jiwa.

Di saat jalinan jodoh telah tiba maka waktu pun bukanlah kendala. Dalam kondisi hari libur di mana hampir semua orang berziarah ke makam leluhur (tradisi Suku Tionghoa - Cheng Beng), terdaftar sebanyak 24 Bodhisatwa yang dengan sepenuh hati meluangkan waktu berharga tersebut untuk melangkahkan kaki ke rumah Tzu Chi mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih yang diadakan pada tanggal 29 Maret 2013.

 

 

Satu per satu materi pelatihan dibawakan oleh Shixiong-Shijie kita, dan para peserta juga mendengarkannya dengan sepenuh hati, termasuk diantaranya satu relawan dari tim pendidikan yaitu Ira shijie yang semula akan permisi untuk pulang lebih awal pada pukul 10.00 WIB karena akan ke tukang urut mengobati kakinya yang terkilir. Akan tetapi ia kemudian mengurungkan niatnya karena merasa sayang melewatkan materi pelatihan yang begitu bermanfaat.

Kita Semua adalah Bodhisatwa
Siapakah Bodhisatwa itu? Sebenarnya manusia yang bisa berjalan, bisa makan, bisa berbicara, dan bisa bekerja adalah Bodhisatwa sesungguhnya. Dengan begitu berarti kita semua adalah Bodhisatwa. Bodhisatwa yang terjun di masyarakat dan dapat memahami penderitaan manusia, yang memiliki cinta kasih tanpa membedakan hubungan darah, inilah Bodhisatwa Tzu Chi. Di dalam hati setiap insan manusia terdapat sifat-sifat Bodhisatwa yang menunggu untuk dibangkitkan. “Sesungguhnya kita sudah bertemu dengan sosok guru agung yang bisa membimbing kita. Semoga kita selalu bisa memiliki tekad yang kuat untuk senantiasa berada di jalan Bodhisatwa. Jika bertemu halangan dan rintangan, kita harus bisa mengatasinya. Jangan karena halangan dan rintangan tersebut membuat kita mundur. Sebagai saudara sedharma kita harus saling menyemangati. Terkadang kita bisa berbuat kesalahan. Namun kita harus ingat pada resep 4 Sup Tzu Chi, yaitu Zhi Zhu, Gan En, Shan Jie, Bao Rong. Semoga 4 resep sup ini bisa menginspirasi kita semua,” demikian Wismina shijie berpesan kepada peserta pelatihan ketika membawakan materi Bodhisatwa.

Uniknya Jalinan Jodoh
Ada 9 Bodhisatwa (relawan rompi) yang sudah mengikuti 2 (dua) kali pelatihan abu putih dan sebelumnya sudah mulai bergabung dalam kegiatan komunitas yang akhirnya menyatakan komitmen mereka untuk siap menjadi relawan abu putih. Jalinan jodoh 9 Bodhisatwa ini sangatlah menarik. Seperti Amei shijie yang kebetulan adalah salah satu staf relawan Tzu Chi Kantor Penghubung Pekanbaru. Saat pertama kali bergabung di Tzu Chi, Amei shijie bersumbangsih di misi amal ke panti jompo. Amei shijie merasa sedih melihat opa-oma di usia senjanya ini bukannya berkumpul dengan anak cucu mereka, tetapi harus menjadi penghuni panti jompo. Dan saat bersumbangsih di baksos, Amei shijie juga merasa sedih melihat pasien yang sakit, tetapi tidak mempunyai uang untuk berobat.

Jalinan jodoh sepasang Bodhisatwa, Ahui Shijie dan Karim shixiong berawal saat hendak mendaftarkan anaknya di Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Namun karena belum ada pendaftaran, keluarga bahagia ini akhirnya ikut kegiatan belajar kata renungan dan isyarat tangan. Karena seringnya mengikuti kegiatan, lama kelamaan jadi jatuh cinta dengan Tzu Chi. Di Tzu Chi banyak kegiatan positif yang dapat mempengaruhinya untuk tetap berpikir positif dan bisa melakukan segala hal dengan tulus. Sejak bersumbangsih di dunia Tzu Chi, keduanya merasa banyak perubahan. Salah satunya yaitu yang dulunya tidak berani tampil di muka umum, kini sudah bisa tampil berbicara di depan bahkan tanpa rasa canggung sedikit pun.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 24 Bodhisatwa dengan sepenuh hati meluangkan waktu untuk melangkahkan kaki ke Tzu Chi untuk mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih yang diadakan pada tanggal 29 Maret 2013 (kiri).
  • Dalam kegiatan ini, para relawan menceritakan bagaimana jalinan jodoh yang terajut antara mereka dengan Tzu Chi (kanan) .

Kristina Shijie adalah mama dari salah satu Bodhisatwa Cilik di Kelas Budi Pekerti Er Dong Ban. Beliau bertekad mengikuti jejak dari ibu mertuanya yang juga salah satu Bodhisatwa Tzu Chi yaitu Ya Mei shijie untuk bersumbangsih di Tzu Chi.

Sedangkan Susi Heriko Shijie yang karena putranya belajar di kelas Tzu Shao Ban, akhirnya mulai ikut bersumbangsih sebagai Dui Fu di kelas Tzu Shao. Susi Shijie merasa selain ikut kegiatan di Kelas Tzu Shao, itu juga merupakan kesempatan baginya sebagai orang tua untuk ikut melatih diri. Setelah beberapa waktu di dunia Tzu Chi, Susi shijie juga merasa banyak perubahan. Dulu karena merasa repot harus mengurusi anak-anak dan toko, dia menjadi tidak sabaran dan sedikit-sedikit suka membentak anak-anak. Namun, sejak mengenal Tzu Chi, ada satu Kata Perenungan Master yang begitu menginspirasinya untuk menjadi lebih sabar yaitu, “Marah adalah tindakan menghukum diri sendiri atas kesalahan yang dilakukan orang lain.”

Ira shijie yang berprofesi sebagai dosen. Sebelumnya telah mengenal Tzu Chi saat masih menjadi mahasiswa di Bandung. Sekembalinya ke Pekanbaru, saat Tzu Chi Pekanbaru masih berkantor di Mal Pekanbaru, Ira shijie sudah ingin bergabung tetapi tertunda terus hingga berjodoh dengan Lina Shijie dan mengajaknya bergabung dalam kegiatan kelas budi pekerti di Tzu Chi Pekanbaru. Ketika untuk pertama kali Ira Shijie mengikuti kunjungan kasih ke panti jompo, ia merasa sangat terharu melihat seorang kakek yang baru masuk ke panti jompo. Dengan sedih mengatakan kepadanya bahwa di sana ia sendirian, tidak ada siapapun yang mendampinginya. Kakek terlihat sangat sedih sehingga Ira shijie tak kuasa menahan air matanya. Tetapi syukurlah setelah kunjungannya yang ke-2 dan ke-3 kali, kakek tersebut sudah bisa tersenyum. Melihat penderitaan orang lain itulah, timbul niat Ira Shijie untuk bersumbangsih bagi masyarakat.

Bie Lei Shijie yang dulu bekerja di salah satu toko elektronik, karena sering mengantar anak majikannya ke sekolah, di situlah ia bertemu dengan Ling Ling Shijie (relawan Tzu Chi Pekanbaru). Berawal dari donatur dan sempat terputus selama hampir setahun, akhirnya jodoh itu bersemi kembali. Saat ia berjualan pulsa di bawah pohon dekat lapangan Bukit (salah satu lapangan sepak bola di Pekanbaru), ia kembali bertemu dengan Ling Ling Shijie yang hendak mengisi pulsa. Karena saat itu Bie Lei shijie masih menyewa kamar bersama temannya, Ling Ling shijie menawarinya untuk pindah tinggal di rumahnya yang masih tersedia kamar kosong. Sejak pindah ke rumah Ling Ling Shijie itulah ia sering dibawa ikut kegiatan Tzu Chi. Setelah bergabung, Bie Lei Shijie juga merasa banyak perubahan positif dalam dirinya. Dulunya yang suka membentak orang tuanya, dan apabila disuruh selalu menjawab “nanti”, atau “sebentar”, kini sudah menyadari bahwa berbuat baik dan berbakti kepada orang tua adalah hal yang tidak bisa ditunda.

foto  foto

Keterangan :

  • Pesan cinta kasih diberikan oleh Ketua Tzu Chi Pekanbaru Hong Thay shixiong (kiri) .
  • Mei Bin Shijie, seorang senior Tzu Ching yang tengah melewatkan beberapa waktu di Pekanbaru membawakan materi Welas Asih dengan Tindakan Nyata dan Games Koin Jiwa (kanan) .

Sedangkan Bee Lian shijie jalinan jodoh dengan Tzu Chi berawal dari menonton DAAI TV. Saat ke pasar, bertemu dengan Asuat shijie (relawan Tzu Chi Pekanbaru) dan menggalang Bee Lian shijie untuk menjadi donatur. Ternyata Bee Lian Shijie tanpa keraguan langsung memenuhi ajakan tersebut. Tetapi sempat tertunda beberapa bulan karena saat diminta untuk menuliskan namanya dalam bahasa mandarin dan ketika itu tidak bisa langsung dituliskan. Setelah namanya sudah tertulis di kertas dan dibawa terus dalam dompetnya, malah tidak pernah lagi bertemu dengan Asuat Shijie. Master Cheng Yen sering mengatakan bila ada jodoh, jangan takut jodohnya datang terlambat. Akhirnya Bee Lian shijie bertemu dengan Cian-cian shijie yang juga relawan Tzu chi. Ia mulai menjadi donatur dan diajak ikut kegiatan Tzu Chi. Sudah setahun ini Bee Lian shijie juga ikut bersumbangsih di misi pendidikan mengikuti anaknya yang belajar di kelas budi pekerti Tzu Chi.

Sedangkan Toni shixiong mengenal Tzu Chi saat melihat salah seorang relawan Mina shijie sedang mengumpulkan sampah di perumahan Pondok Mutiara. Ia merasa yang Mina shijie lakukan sungguh aneh bahkan sampah pun dikotak-katiknya. Dari situlah, tahun lalu Toni Shixiong berkesempatan untuk mengikuti pelatihan relawan, tetapi sampai setengah jalan ia pulang karena merasa mau ikut berbuat baik di Tzu Chi saja begitu banyak peraturannya. Sampai makan, jalan, duduk pun harus diatur. Setelah mengikuti beberapa kegiatan Tzu Chi, akhirnya shixiong mengerti dan kali ini bisa mengikuti pelatihan sampai selesai. Tempat karaoke, hotel, minuman keras yang dulu disenanginya, kini sudah ditinggalkan. Toni shixiong ikut bergabung di Tzu Chi karena ingin ikut membantu orang dan ingin mengubah kebiasaan buruknya.

Satu demi satu kuncup bunga teratai sudah bermekaran. Semoga akan lebih banyak kuncup lainnya menyusul. Dengan bertambahnya satu orang baik di dunia maka visi Tzu Chi menjernihkan hati manusia, menciptakan masyarakat aman  sejahtera, dunia terbebas dari bencana bisa tercapai.

Ladang Berkah Mei Bin shijie di Pekanbaru
Mei Bin shijie adalah seorang senior Tzu Ching yang tengah melewatkan beberapa waktu di Pekanbaru. Kali ini mendapatkan lahan berkah untuk membawakan materi Welas Asih dengan Tindakan Nyata dan Games Koin Jiwa dengan menggunakan rumus 1 = 21. Ada teori mengatakan bahwa dalam setiap hal jika kita melakukan sebanyak 21 kali maka otomatis akan terekam dalam DNA. Maka kita akan selalu mengingatnya di dalam hati kita. Berharap agar Bodhisatwa yang ikut dalam pelatihan ini dapat mempraktekkan 1 = 21 hingga selamanya dapat berada di jalan Bodhisatwa.

  
 

Artikel Terkait

Rumah Baru, Asa Baru

Rumah Baru, Asa Baru

16 Oktober 2013 Dengan kondisi tersebut, mimpi untuk memperbaiki rumah sangat sulit diwujudkan karena keadaan ekonomi yang masih sangat minim. Beruntung sekali mimpinya untuk membangun rumah dapat terwujud dengan bantuan dari Tzu Chi.
Banjir Jakarta: Berbagi Dengan Korban Banjir Muara Baru

Banjir Jakarta: Berbagi Dengan Korban Banjir Muara Baru

31 Januari 2013 Minggu, 20 Januari 2013, akhirnya saya dapat menggapai lokasi tenda posko Tzu Chi di perbatasan Pluit dengan Muara Karang, tepatnya di ujung jembatan Muara Karang.
Suara Kasih: Festival Perahu Naga

Suara Kasih: Festival Perahu Naga

15 Juni 2011
Setahun sekali kita merayakan Festival Perahu Naga. Tanggal 5 Juni lalu adalah hari perayaan Festival Perahu Naga. Pada hari raya seperti itu, kita dapat melihat banyak kegiatan yang menghangatkan hati. Kita dapat melihat relawan membuat bacang vegetarian.
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -