Waisak 2555: Aksi Bersih di Borobudur

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya
 
 

fotoDi Hari Raya Waisak 2555 BE yang jatuh pada tanggal 17 Mei 2011, relawan Tzu Chi mengadakan aksi bersih di sekitar Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah.

Hari Selasa, 17 Mei 2011 merupakan hari besar bagi umat Buddha di seluruh dunia, yaitu Hari Raya Waisak 2555. Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Waisak di Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah menjadi pusat kegiatan perayaan Waisak di Indonesia. Bukan hanya umat Buddha dari Indonesia saja yang datang, namun juga umat Buddha dari berbagai negara. Tidak ketinggalan juga para relawan Tzu Chi yang kali ini turut berpartisipasi merayakan Waisak sekaligus juga melakukan kegiatan bersih-bersih di sekitar Candi Borobudur.  

Sejak pukul 9 pagi relawan Tzu Chi sudah menyiapkan air mineral dan menyiapkan kantong-kantong plastik sampah untuk membersihkan area sekitar Candi Borobudur. Seratus  orang relawan yang datang dari Pati, Jepara, Magelang dan Cilacap, Jawa Tengah ikut serta dalam aksi bersih-bersih di sekitar Candi Borobudur ini.

Johny, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator kegiatan ini membagi relawan ke dalam 2 kelompok. “Satu kelompok akan menyisir di bagian utara dan kelompok lainnya di bagian selatan,” terang Johny. Pada pukul 12.00 WIB, relawan Tzu Chi mulai menyisir di bagian pelataran atas Candi Borobudur (zona 1) dan berlanjut hingga ke bawah (zona 2). Setiap relawan yang bertugas didampingi oleh satu orang relawan biru putih untuk mendampingi relawan dari berbagai kota di Jawa Tengah ini.

Selesai memungut sampah di area sekitar Candi Borobudur, sampah-sampah yang bisa didaur ulang seperti botol-botol plastik minuman kemasan dikumpulkan di samping stan tenda Tzu Chi untuk langsung dipilah. Relawan Tzu Chi juga melibatkan pemulung setempat untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ada 5 orang pemulung yang ikut dalam kegiatan bersih-bersih di pelataran Candi Borobudur ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebelum kegiatan bersih-bersih dilakukan, relawan Tzu Chi terlebih dahulu melakukan koordinasi agar kegiatan bisa berjalan maksimal. (kiri)
  • Pada saat para umat meninggalkan tenda-tendanya, relawan Tzu Chi membersihkan tenda mereka. Ini dilakukan agar para umat dapat merayakan Waisak dengan lebih khidmat sekaligus menanamkan semangat menjaga kebersihan lingkungan. (kanan)

Menanamkan Semangat Peduli Lingkungan
Saryuti (46) dan suaminya Marsum (50) beserta 3 pemulung lainnya sehari-hari mencari botol dan kardus bekas di area sekitar Candi Borobudur dan kampung sekitarnya. Saryuti sudah 20 tahun lebih menggeluti profesi sebagai pemulung di lingkungan Candi Borobudur. Sehari-hari Saryuti dan 14 orang rekannya mencari botol-botol plastik, gelas plastik, kardus, dan kertas bungkus nasi dari pagi hingga sore hari. Botol-botol plastik ini kemudian dijualnya seharga Rp 1.500 per kilonya, sedangkan kardus Rp 1.000 – 1.500. Sedangkan kertas bungkus nasi dihargai Rp 300 – 500. Dengan adanya kegiatan aksi bersih-bersih Candi Borobudur yang dilakukan Tzu Chi ini, Saryuti dan teman-temannya merasa sangat senang. “Baru kali ini saya diajak untuk membersihkan sampah, terus dikasih makan, dikasih gelas, dan dikasih roti. Ibu-ibu dan bapak-bapaknya (relawan -red) juga baik-baik” ungkap Saryuti sambil tersenyum.

Hong Tjhin, relawan Tzu Chi mengatakan bahwa tujuan relawan melibatkan para pemulung ini adalah agar secara tidak langsung mereka tidak merasa dirugikan dengan adanya kegiatan ini. “Nantinya barang-barang daur ulang itu kita berikan juga kepada mereka, sekaligus kita memperkenalkan pemakaian botol minum untuk dipakai berulang-ulang, untuk itu kita berikan kepada mereka gelas Tzu Chi kepada mereka,” jelas Hong Tjhin. Selain itu relawan Tzu Chi juga memperkenalkan misi budaya kemanusiaan kepada relawan yang baru bergabung dengan Tzu Chi untuk memeragakan bahasa isyarat tangan di depan tenda Tzu Chi dengan lagu “Satu Keluarga”. Tampak wajah ceria di antara teman-teman Saryuti yang bersama-sama memeragakan bahasa isyarat tangan bersama relawan Tzu Chi dari Jakarta.

Hong Tjhin mengatakan misi relawan Tzu Chi di acara peringatan Waisak 2555 tahun ini adalah mengajak para pengunjung dan umat yang datang untuk beribadah agar peduli terhadap lingkungan. “Misi kita di sini adalah mengajak para pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya dan sekaligus kita memperkenalkan misi budaya humanis Tzu Chi dengan kerapian kita dalam berpakaian, cara berjalan relawan dengan berbaris, intinya itu yang kita tampilkan,” ujar Hong Tjhin.

foto  foto

Keterangan :

  • Para biksu dari Tibet melakukan ritual Pradaksina sebanyak tiga kali di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Ritual ini dilakukan sebagai bagian dari puncak perayaan Waisak 2555 BE yang jatuh pada 17 Mei 2011. (kiri)
  • Sebanyak kurang lebih 5.000 orang umat Buddha berkumpul di pelataran barat Candi Borobudur untuk memanjatkan doa sebelum detik-detik Waisak tiba pada pukul 18.08.23 WIB, setelah itu mereka kembali memanjatkan doa bersama yang dipandu oleh para biksu. (kanan)

Setelah dua jam menyisir area sekitar Candi Borobudur, relawan cukup banyak mendapatkan sampah-sampah daur ulang yang kemudian dikumpulkan di sisi kiri tenda Tzu chi. Saryuti bersama 5 orang kawannya dengan serius memilah barang-barang yang bisa didaur ulang, seperti botol-botol plastik, kardus-kardus, serta kertas-kertas nasi bungkus. Di sisi lain relawan yang lain berbaris di jalan yang di lalui para umat Buddha untuk memberikan air minum kepada peserta umat Buddha yang tengah berjalan dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Seperti yang diutarakan Karsih, warga Temanggung yang datang bersama keluarganya, mereka sangat senang ada yang memberikan air minum kepada ia dan keluarganya. “ Iya terima kasih, hausnya jadi hilang. Botol minum saya habis di jalan tadi, untung di sini bisa diisi lagi. Terima kasih ya, Pak,” ujar Karsih kepada relawan Tzu Chi.

Pada pukul 15.00 WIB relawan Tzu Chi menjalankan kegiatan bersih-bersih kembali, namun kali ini mereka mengadakan aksi bersih di zona 2, tempat di mana para umat mendirikan tenda masing-masing. Dalam aksi bersih yang kedua ini cukup banyak sampah-sampah daur ulang yang berhasil dikumpulkan karena banyak umat yang sudah berdatangan. Menurut  Winarso, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator kegiatan ini, relawan Tzu Chi akan sekali lagi menyisir area di zona 2 setelah para umat naik ke zona 1 di altar utama. “ Sekitar pukul 16.00 nanti para umat akan bergerak ke altar utama, nah saat itulah relawan Tzu Chi akan menyisir sekali lagi untuk memungut sampah-sampah yang ada di sekitar tenda umat,” terangnya.

Menjelang pukul 16.00 WIB, ribuan umat Buddha dari berbagai daerah mulai memenuhi pelataran barat Candi Borobudur. Detik-detik perayaan Waisak 2555 BE ini sendiri berlangsung tepat pukul 18.08.23 WIB. Tema Waisak nasional kali ini sendiri adalah “Mencari Kebahagiaan dan Kedamaian di dalam Diri Sendiri”. Tema ini mengandung arti meniti jalan kesucian dengan membebaskan diri dari berbagai kotoran batin. Dengan begitu maka kita akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian yang sejati sepanjang masa.

  
 

Artikel Terkait

Menjadi sebuah Panutan

Menjadi sebuah Panutan

24 Juli 2013 Setelah mendengar presentasi singkat dari Tjhin Hong Ling, relawan komite Tzu Chi, para tamu dan relawan bergerak menuju Kali Angke. Mereka ingin melihat kondisi Kali Angke setelah warga yang tinggal di sana dinormalisasi dan pindah ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi.
Memberi Perhatian Lebih Untuk Surianto

Memberi Perhatian Lebih Untuk Surianto

27 Oktober 2014 Surianto yang mengalami kelumpuhan pada sebagian tubuhnya (dari pinggang hingga ujung kaki) merupakan salah satu penerima bantuan Tzu Chi. Kondisinya yang memprihatinkan membuat insan Tzu Chi di Singkawang tersentuh hati untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepadanya.
Batin Tenang, Cinta Kasih pun Berkembang

Batin Tenang, Cinta Kasih pun Berkembang

21 November 2016

Sudah lima tahun ini Teddy Satyawan mengalami low vision atau lemah penglihatan. Jarak pandangnya hanya dua meter. Meski begitu, ia tetap semangat bekerja dan juga beribadah.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -