Dengan sepenuh hati Efriani mengajak anak-anak dan relawan bernyanyi bersama lagu Hari Merdeka untuk memperingati kemerdekaan RI di BPA Unit Bumipalma Estate.
“Hal yang paling dapat dibanggakan pada diri seseorang adalah meski dengan kekuatan kecil yang dimiliki, ia bersedia memikul segala tanggung jawab.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Semarak HUT ke-80 RI begitu terasa di Balai Penitipan Anak (BPA) Unit Bumipalma Estate. Bendera merah putih dan ornamen kemerdekaan menghiasi tiap sudutnya. Di sana juga sudah dipersiapkan perlombaan untuk anak-anak. Mulai dari lomba makan kerupuk, memindahkan kelereng, hingga tarik tambang. Bingkisan hadiah juga tertata rapi di meja.
“Ini adalah kali pertama kami membuat perlombaan 17-an di BPA ini. Karena kondisi BPA-nya sekarang ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu,” terang Efriani, salah satu ibu pengasuh saat ditemui di lokasi, 16 Agustus 2025.
Untuk menambah kemeriahan perlombaan, ibu pengasuh turut mengundang relawan Dharma Wanita Xie Li Indragiri yang sebelumnya sudah sering berkunjung ke BPA ini. “Baru ini kami diundang ke BPA, biasanya selalu kami yang datang berkegiatan. Kagum dengan Bu Eni dan Bu Johar melihat persiapan sebegini lengkap, anak-anak juga sangat ceria, tidak sabar ikut lomba,” kata Dini Sri Anggita dengan mata berbinar.
Relawan membantu ibu pengasuh menyiapkan perlombaan. Salah satunya membantu memasangkan pita merah putih di kening setiap anak juga menyiapkan tali untuk menggantungkan kerupuk. Anak-anak saling berebut ingin mendapatkan giliran yang pertama.
Tak lama kemudian, suasana riuh menggema dalam ruangan. Anak-anak terlihat susah payah menggapai kerupuk di depannya. Setiap hampir menyentuh mulut selalu terlepas, beberapa anak menggunakan tangannya untuk makan kerupuk. Hal ini membuat gelak tawa relawan dan ibu petugas BPA. Bahkan banyak relawan yang turut membantu memegang tali supaya anak bisa makan kerupuk.
“Ihh gemess, greget, lucu sekali anak-anak ini padahal kerupuknya kecil, gimana kalau besar pasti lama sekali. Tak apalah curang dikit.. hahaha,” ucap Agustina Melisa sambil tertawa.
Relawan memberikan semangat kepada anak-anak sesaat setelah dimulai lomba makan kerupuk.
Keseruan kembali terjadi saat lomba kelereng dalam sendok karena baru beberapa langkah, kelereng sudah terjatuh. Banyak dari anak-anak memegang sendok supaya tidak jatuh. Satu anak perempuan terlihat dengan tenang jalan perlahan-lahan berusaha kelereng tetap berada di dalam sendok bahkan ketika semua temannya sudah selesai di garis finish.
“Haduhh dari tadi gak berhenti ketawa saya, ada saja kelakuan lucu anak-anak. Itu lihat sampai Agustina shijie mengikatkan pita di jilbabnya saking gregetnya, bersemangat sekali,” kata Ida Darmawati Saragih tertawa.
Lomba terakhir adalah tarik tambang. Anak-anak dibagi dalam dua kelompok secara acak besar maupun kecil. Gelak tawa terjadi saat satu kelompok telah dinyatakan menang tetapi kelompok yang kalah tetap menarik dengan kuat hingga sampai di ujung ruangan sebelah. “Biarkan saja jie, biarrrr karena seru, hahaahaa,” ucap Maidani sembari tetap memberikan semangat.
Sungguh pengalaman yang luar biasa dapat memeriahkan kemerdekaan bersama anak-anak dan ibu pertugas BPA. Bagi Efriani (50) tidak terbayangkan suasana akan menjadi meriah sekali mengingat awalnya sempat ragu akan mengadakan kegiatan lomba dan mengundang relawan.
“Kalau dulu kami malu buat ngadain, Bu, karena dulu sekadar tempat menitipkan anak, nanti dipikir orang mau jadi guru nih. Sekarang tidak bu karena sudah jauh berbeda kemajuan BPA sekarang, apalagi setelah awak ikut pelatihan plus Dhawa-nya juga mendukung jadi klop gitu Bu,” ujar Efriani bahagia.

Keseruan relawan dan ibu petugas BPA saat memberikan semangat kepada anak-anak saat mengikuti lomba kelereng dalam sendok.
Dedikasi Efriani Sebagai Ibu Pengasuh BPA
Efriani (50) menjadi salah satu saksi perkembangan Balai Penitipan Anak (BPA) Divisi 1 Unit Bumi Palma Estate, PT Bumipalma Lestaripersada, Desa Bagan Jaya, Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Tiga puluh satu tahun lalu, Eni menikah dengan Suriansyah (53) dan mempunyai 4 orang anak.
Saat anak pertama masuk bangku kuliah, ia merasakan kebutuhan rumah tangga makin meningkat. Ia berinisiatif mencari pekerjaan untuk membantu ekonomi keluarga. Dan menjadi pamong (pengasuh) di BPA ia jalani sejak 2 Maret 2013 hingga sekarang.
“Waktu itu suami kerja jadi mandor panen terus Pak Ahmad Indra Susanto nawarin saya, mau gak jadi ibu pamong. Dulu jarang ada yang mau nerima kerja itu bu karena repot kalo seharian harus urus banyak anak tapi karena saya sudah terbiasa urus anak-anak di rumah jadi langsung mau nerima kerja. Enggak terasa sudah 12 tahun saya jadi ibu pamong,” tutur Eni.
Eni bercerita awalnya bangunan BPA ini masih berbentuk rumah panggung. Dari papan yang sudah mulai rusak, makanya dipindah sementara ke rumah G2 di perumahan pondok karyawan. Waktu itu fasilitasnya sangatlah minim hanya terdapat meja, lemari, dan ayunan. Setelah rumah panggung dirubuhkan, pada tahun 2019 baru menjadi bangunan permanen. “Walaupun pada saat itu fasilitas yang ada masih belum lengkap tetapi jumlah orang tua yang menitipkan anaknya semakin bertambah,” imbuhnya.
Efriani (kanan) ketika bermain dan belajar bersama anak-anak di meja serta kursi baru yang berwarna-warni di BPA Divisi 1 Unit Bumi Palma Estate PT. Bumipalma Lestaripersada.
Sejak tahun 2013 hingga sekarang, relawan dan Dharma Wanita (Dhawa) Xie Li Indragiri Hilir memberikan perhatian khusus kepada lima BPA di PT Bumipalma Lestaripersada termasuk untuk BPA ini.
“Alhamdulillah yang kami rasakan sebagai ibu pamong, selama ini perhatian Tzu Chi dan ibu ibu Dhawa besar sekali. Rasanya mimpi saya terwujud gitu, selama ini kaya impianku gitu Bu, kapan ya BPA kami punya barang-barang yang lengkap jadi anak-anak bisa lebih nyaman saat di sini. Sebelum saya pensiun, ternyata impian saya sekarang terwujud. Saya pribadi ucapkan terima kasih banyak kepada Tzu Chi juga ibu-ibu Dhawa yang selalu mendampingi kami,” tutur Efriani berkaca-kaca.
Hal yang paling dapat dibanggakan pada diri seseorang adalah meski dengan kekuatan kecil yang dimiliki, ia bersedia memikul segala tanggung jawab. Seperti Efriani yang terus mendedikasikan diri untuk merawat, menjaga, dan mendidik anak-anak dengan penuh kesabaran serta tanggung jawab. “Meskipun hanya tamatan SMEA tapi saya bangga bisa kerja jadi ibu pamong, bisa membantu mengajari anak-anak waktu orang tuanya sibuk kerja. Buat saya bukan hanya kerja karena alasan ekonomi tapi jadi tumbuh rasa sayang dan perhatian ke anak. Sudah paham dengan jiwa masing-masing anak. Apalagi sarananya lengkap seperti ini, anak-anak tambah betah dan nyaman,” pungkas Efriani.
Editor: Metta Wulandari