Kisah di Balik Penampilan Qin Xing Song

Jurnalis : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Kho KI Ho, Fera, Cindy, Irwan, Tomy (Tzu Chi Pekanbaru)

doc tzu chi indonesia

Salah satu penampilan Qin Xing Song (Himne Ajaran Jing si) yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tangan (miao yin) disertai tabuh Lonceng dan Gendang merupakan salah satu penampilan dalam Pemberkahan Akhir Tahun 2017 di Tzu Chi Pekanbaru.

Pemberkahan Akhir tahun merupakan satu acara yang senantiasa dinanti oleh Insan Tzu Chi, simpatisan, dan donatur. Kegiatan ini merupakan ungkapan terima kasih dari Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi kepada seluruh insan Tzu Chi dan donatur yang telah mendukung Tzu Chi menjalankan misi-misinya. Yayasan Buddha Tzu Chi Perwakilan Pekanbaru mengadakan Pemberkahan Akhir Tahun 2017 di Hotel Furaya pada tanggal 27 Januari 2018 pada pukul 19.00 - 21.00 WIB.

Salah satu penampilan pada acara malam itu yang membuat decak kagum para undangan adalah penampilan Qin Xing Song (Himne Ajaran Jing si) yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tangan (miao yin) disertai tabuh Lonceng dan Gendang. Lonceng dan Gendang Jing Si merupakan perpaduan dari Jam mekanis modern dan prinsip dari ajaran Buddha. Lonceng Jing Si merupakan perpaduan semangat ajaran Jing Si dan Mazhab Tzu Chi, sedangkan Gendang Jing Si ditenun dari bambu yang merupakan simbol “kebajikan.” Kedua instrumen tersebut merupakan hasil karya yang sarat kebijaksanaan dan mengingatkan agar semua orang dapat menggengam setiap detik giat dalam pelatihan diri.

“Semangat dari ajaran Jing Si adalah ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kejujuran. Jalan Bodhisatwa dari Mazhab Tzu Chi adalah cinta kasih, belah kasih, suka cita, dan keikhlasan. Master Cheng Yen pernah berceramah,” Genderang tidak ditabuh takkan berbunyi! Genderang mesti ditabuh orang, silsilah ajaran Jing Si juga harus diwariskan oleh orang. Inilah “Pewarisan Dharma dengan lonceng dan genderang” dari insan Tzu Chi melalui Himne Ajaran Jing Si.

doc tzu chi indonesia

Pemberkahan Akhir Tahun 2017 Tzu Chi Pekanbaru diadakan pada Sabtu, 27 Januari 2018.

doc tzu chi indonesia

Sebanyak 44 orang relawan telah menunjukkan kekompakan gerakan sungguh memukau para penonton.

Penampilan yang melibatkan sebanyak 44 orang relawan telah menunjukkan kekompakan gerakan sungguh memukau para penonton. Bahkan banyak penonton yang merasa penampilan terlalu singkat durasinya.

Untuk dapat memberikan penampilan yang maksimal tentunya dibutuhkan kesungguhan hati dan keseriusan dalam latihan. Milie adalah relawan yang mengajarkan dan memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran untuk latihan lagu Qing Xing Song sehingga penampilan pada hari Pemberkahan Akhir Tahun bisa maksimal.

Milie telah bergabung dalam barisan Bodhisatwa Tzu Chi sejak 10 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2008. Selama ini selalu menjadi penanggung jawab isyarat tangan. Bagi Milie, belajar isyarat tangan begitu gampang, padahal bagi sebagian relawan merupakan hal yang sulit. Master mengatakan “Kesungguhan hati adalah profesionalitas” dan ini benar-benar diterapkan oleh Milie dalam memikul tanggung jawab sebagai fungsional isyarat tangan. Ia pun sangat mencintai isyarat tangan.

“Saya sangat menyukai isyarat tangan karena melalui isyarat tangan saya belajar Dharma Master sekaligus bisa membabarkan Dharma Master.”

doc tzu chi indonesia

Milie juga mengajarkan isyarat tangan kepada relawan lainnya sebelum tampil dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun 2017.

doc tzu chi indonesia

Milie (belakang kiri) berfoto bersama anak-anak kelas budi pekerti Tzu Chi Pekanbaru usai mementaskan acara.

Seperti yang terdapat dalam Kata Perenungan Master yaitu bertuturlah dengan kata yang baik (Kou shuo hao hua), berpikirlah dengan niat yang baik (Xin xiang hao shi), lakukanlah perbuatan yang baik (Shen xing hao shi), Milie menjelaskan menyanyikan lagu-lagu Tzu Chi sama dengan berkata yang baik dan bisa belajar Dharma Master, dengan menghafal lagu otomatis pikiran kita juga berada dalam kondisi berpikiran baik, dan dengan memeragakan isyarat tangan dan mengajari anak-anak budi pekerti maupun relawan yang lain adalah termasuk melakukan suatu perbuatan baik.

Bagi Milie, isyarat tangan bisa dijadikan sebagai lahan untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa karena isyarat tangan itu sesuatu yang tidak kaku, lagu-lagu, dan gerakan tangan menarik. Maka dengan ini kita bisa mengajak lebih ramai relawan untuk bisa beraktivitas bersama sehingga bisa mendapat perasaan fa xi chong man (kebahagiaan dalam Dharma). Suksesnya pementasan Qin Xin Song membutuhkan bimbingan dan kesabaran ekstra untuk mengatur sekian banyak relawan.

“Pertama kali melihat video Qin Xing Song, saya merasa sangat susah mengikuti gerakannya. Tetap karena ada tekad dan giat berlatih akhirnya kami semuanya bisa. Master selalu berkata: "You Yuan Jiu You Li" (Ada tekad ada kekuatan). Di waktu latihan, kadang juga bisa merasa kesal ketika ada yang susah diarahkan maupun kehadiran yang tidak bisa maksimal sehingga mengganggu proses latihan tetapi ini adalah suatu proses, justru dari sini saya bisa lebih banyak belajar bersabar dan bisa melatih diri,” ungkap Milie.

Sebelum mengajarkan isyarat tangan Milie terlebih dahulu harus belajar dan di tengah kesibukannya, Milie masih bisa memanfaatkan waktu untuk belajar isyarat tangan. Kebetulan pekerjaan Milie adalah menjaga toko kakak sendiri, jadi bisa memanfaatkan waktu senggang untuk belajar sebelum diajarkan ke yang lain. Melalui isyarat tangan sebenarnya satu pintu untuk menggalang relawan baru dan selama ini semuanya mengalir apa adanya. Untuk ke depannya Milie bertekad akan lebih bersungguh hati dan fokus menggalang relawan baru melalui isyarat tangan.

Editor: Yuliati

Pemberkahan Akhir Tahun 2017 Tzu Chi Pekanbaru diadakan pada Sabtu, 27 Januari 2018.


Artikel Terkait

Kisah di Balik Penampilan Qin Xing Song

Kisah di Balik Penampilan Qin Xing Song

05 Februari 2018

Penampilan Qin Xing Song (Himne Ajaran Jing si) yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tangan (miao yin) disertai tabuh Lonceng dan Gendang pada kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2017, Sabtu 27 Januari 2018.

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -