Lilis (kiri) mendampingi Pak Rojali saat Gathering penerima bantuan di Depo Pangeran Jayakarta.
Di tengah suasana penuh kehangatan di acara Gathering penerima bantuan Tzu Chi di Depo Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat, Minggu 5 Oktober 2025, tampak sosok pria tunanetra yang murah senyum. Ia adalah Rizal Rojali (52) yang dibantu Tzu Chi sejak tahun 2011. Meski kehilangan penglihatan dan hidup dalam keterbatasan, semangatnya untuk bangkit dan belajar tak pernah surut.
Sebelum kehilangan penglihatannya, hidup Pak Rojali berjalan normal. Ia bekerja, berkeluarga, dan membesarkan dua anaknya. Namun segalanya berubah ketika suatu hari cairan dari cicak jatuh ke matanya.
“Saya kucek, besoknya muncul bola-bola hitam,” Setelah beberapa kali operasi yang gagal, penglihatannya pun hilang sepenuhnya.
“Waktu itu saya benar-benar terpukul. Bingung bagaimana membiayai keluarga,” katanya. Istrinya pun memiliki kondisi kesehatan serius seperti hipertiroid, darah tinggi, dan jantung. Sementara anak bungsunya mengalami gangguan penglihatan glaucoma sejak lahir. Di tengah tekanan itu bantuan dari Tzu Chi datang seperti harapan baru.
Pak Rojali menerima bantuan bulanan Tzu Chi dengan penuh rasa syukur.
Kisah Pak Rojali jadi cerminan bahwa dalam keterbatasan selalu ada ruang untuk tumbuh.
Sejak 2011 Tzu Chi membantu biaya kontrakan dan tahun demi tahun ditambah untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Namun bagi Pak Rojali bantuan itu bukan untuk bergantung selamanya. “Saya ingin berdiri di kaki sendiri. Belum bisa sekarang, tapi saya berusaha,” ucapnya dengan nada yakin.
Perjalanan hidup Pak Rojali tak lepas dari peran para relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Pusat yang setia mendampinginya, salah satunya Lilis Koniati (66). Lilis yang warga Depok tahu betul jika di wilayahnya ada pelatihan pijat professional yang gratis untuk tunanetra. Ia pun memberitahu Tri, relawan Tzu Chi yang lebih banyak mendampingi Pak Rojali.
“Waktu dikasih tahu oleh Tri Shixiong, Pak Rojali langsung antusias. Dia semangat sekali dan enggak pernah absen datang.” Kata Lilis.
Pak Rojali menunjukkan teknik pijat yang dipelajarinya selama pelatihan bagi tunanetra di Depok. Ia sudah menguasai berbagai teknik pijat seperti tradisional, Thailand massage, shiatsu, dan bekam angin.
Sejak itu keterampilan Pak Rojali berkembang pesat. Ia kini mampu memberikan layanan pijat tradisional, Thailand massage, kop, dan shiatsu. “Saya senang punya keterampilan baru. Sekarang lebih percaya diri,” katanya meski penghasilan belum besar, ia bangga karena bisa mengandalkan kemampuan sendiri.
“Biasanya pelanggan saya pengemudi ojek. Tarifnya tujuh puluh ribu, tapi mereka kasih seikhlasnya. Saya enggak tega maksa.”
Baginya Tzu Chi bukan hanya pemberi bantuan, tapi juga keluarga yang menumbuhkan harapan. Gathering penerima bantuan Tzu Chi selalu membawa kebahagiaan tersendiri baginya Rojali. “Setiap bulan saya ikut. Rasanya senang bisa kumpul, ngobrol, hilang kejenuhan,” tuturnya sambil tersenyum. Ia memang dikenal para relawan sebagai pribadi ceria dan penuh percaya diri, meski hidupnya tidak mudah.
Pak Rojali bersama istri dan anak bungsunya tersenyum hangat, tanda syukur atas pendampingan penuh kasih dari Tzu Chi.
“Dia enggak pernah kelihatan minder. Dia datang dengan semangat, selalu bersyukur. Melihat dia berusaha maju, rasanya bahagia sekali.” Kata Lilis.
“Saya senang di Tzu Chi. Banyak perubahan dalam hidup saya, bukan cuma ekonomi, tapi juga hati,” ujar Rojali.
Kini di usianya 52 tahun Pak Rojali terus berusaha mandiri dan bertekad suatu hari bisa menolong orang lain. “Kalau nanti sudah mampu, saya juga ingin bantu orang lain seperti Tzu Chi bantu saya,” katanya.
Editor: Fikhri Fathoni