Kunjungan Kasih Tzu Ching

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

foto"Aku berprinsip, kalau aku masih mampu, aku akan mengusahakan semaksimal mungkin tanpa meminta bantuan. Ketika uangku sudah habis, barulah aku mengajukan bantuan ke Tzu Chi," ujar Eny, anak The Hong Kheng.

“Ada dua hal yang tidak dapat ditunda di dunia ini, berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan”. (Master Cheng Yen)

 

Kegiatan apa yang sering dilakukan para mahasiswa di kala sedang liburan semester? Ada yang bekerja sambilan, ada yang mengambil percepatan semester atau ada yang pulang ke kampung halamannya. Namun tak sedikit pula yang hanya bermalas-malasan dan membuang waktu dengan kegiatan yang tak terarah, misalnya tidur sampai siang, bermain game online atau berfoya-foya dengan berbelanja ke malseharian.

Tzu Ching atau muda-mudi Tzu Chi merupakan kelompok anak muda berusia 18-25 tahun yang berasal dari berbagai universitas. Mereka mengadakan suatu kamp atau pelatihan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia pada 16-18 Agustus 2010 lalu. Pelatihan ini terdiri dari berbagai acara yang menarik dan menggugah para peserta untuk memahami sisi lain kehidupan selain kehidupan perkuliahan yang mereka alami sehari-hari.

Kunjungan Kasih
Pada tanggal 15 Agustus, Jhonny Chang, yang merupakan relawan Tzu Chi dalam misi Kesehatan, menerangkan kegiatan yang akan dilakukan para Tzu Ching hari itu, dimulai sejak jam 2 siang sampai jam 4. “Hari ini, kalian akan mengunjungi pasien-pasien yang menerima bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Banyak keluarga dari pasien kasus yang kemudian menjadi relawan Tzu Chi. Jadi, mereka pada dasarnya sangat senang dengan adanya kehadiran kita mengunjungi mereka,” ujar Jhonny Chang.

foto  foto

Ket : - The Hong Kheng, pasien yang menerima bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi merasa terharu ketika             para muda-mudi Tzu Chi mengunjunginya. (kiri)
         - Dengan lagu "Yi Jia Ren", Para anggota Tzu Ching ini ingin memberikan kekuatan dan dorongan              semangat agar Eny dan Oma Kheng tegar dan dapat terus maju. (kanan)

Pembagian kelompok pun dilakukan. Karena keterbatasan sarana transportasi, beberapa duifu (ketua kelompok) akhirnya mengalah dan tetap duduk manis menunggu di Aula RSKB Cinta Kasih agar para Tzu Ching dapat melakukan kunjungan kasih. Tiap kelompok memiliki 1 relawan misi kesehatan, 1 relawan 3in1, dan beberapa anggota Tzu Ching.
Berkendaraan selama 15 menit, sampailah tim 30 di sebuah gang di Jalan Kartini. Gang itu tampak sepi dan sempit. Kami tetap bersemangat menapaki jalanan yang becek dan penuh lumpur. Tibalah pada sebuah rumah mungil yang ditinggali oleh seorang ibu dan anaknya.
Adalah The Hong Kheng, seorang pasien kanker mesotelioma, sebuah kanker yang disebabkan terlalu dekat dengan partikel asbes. “Karena udah lebih dari stadium 2, Tzu Chi memberikan bantuan kehidupan sehari-hari setiap bulannya,” ujar Eny, anak satu-satunya The Hong Kheng.

Eny yang berusia 27 tahun merupakan anak yang sangat berbakti. Sejak memasuki universitas, Eny pun berkuliah sambil bekerja. Dengan hemat, Eny mengumpulkan penghasilannya untuk ditabung dan hanya dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mendengar kabar sang ibu divonis kanker, Eny menguras semua tabungannya untuk membayar kemoterapi dan obat-obatan yang dirujuk oleh Dinas Kesehatan. Eny pun tak lagi melanjutkan kuliahnya yang saat itu sudah memasuki semester akhir.

foto  foto

Ket : - Para anggota Tzu Ching menghibur Oma Kheng dengan bernyanyi dengan lagu isyarat tangan "Yi Jia             Ren" (Satu Keluarga). (kiri)
         - Dengan harapan dan kasih, Oma Kheng senantiasa mengharapkan kehadiran para Tzu Ching ini di             kemudian hari. (kanan)

Selang beberapa waktu ketika tabungan Eny sudah habis, barulah Eny mengajukan permohonan bantuan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Proses pemberian bantuan pun sangat cepat, namun yang disayangkan adalah The Hong Kheng sudah lebih dari stadium 2 sehingga bantuan yang diberikan yaitu dana bantuan hidup sehari-hari. Tidak gentar, dengan tambahan uang bulanan yang diterima, Eny mampu menghemat seminim mungkin agar dana tersebut juga dapat dialokasikan untuk tambahan pembelian obat.

Membeli obat pun tak semudah yang dibayangkan. “Obat-obatan itu harus nawar dulu, dan belum tentu ada. Apalagi kemo, kalau di RS Cipto, antriannya panjang, karena banyak orang yang tidak mampu dan membutuhkan,” ujar Eny dengan bersemangat.
Dua jam bersama Eny dan sang ibu, membuat Ting-Ting,  peserta kamp dari Biak mengajak kami semua untuk menyanyikan dan mempersembahkan bahasa isyarat tangan “Satu Keluarga” agar Eny dan sang ibu menjadi lebih tegar dan merasa lebih hangat dalam satu keluarga Tzu Chi.

Salah seorang Tzu Ching dari Medan yang berkunjung ke rumah Eny merasa sangat terharu dengan kegigihan dan kasih sayang Eny kepada ibunya. “Baru pertama kali lihat, orang yang bener-bener sayang sama mamanya dan mengusahakan segala sesuatunya buat mamanya. Kelak ketika saya kembali ke Jakarta lagi, saya akan mengunjungi beliau.”
  
 
 

Artikel Terkait

Sembuh Fisik, Sembuh Batin

Sembuh Fisik, Sembuh Batin

24 Juni 2010
Kelainan mata Angga bermula ketika ia terjatuh dari sepeda saat kelas 5 SD. “Setelah jatuh, dia (Angga-red) memang tidak langsung mengeluh tentang matanya. Tapi lama-kelamaan saya perhatikan muncul bintik putih pada mata kanannya. Bintik itu lama-lama semakin besar, dan baru-baru ini ia mengeluh kalau matanya seperti berpasir,” ucap Tajudin, ayah Angga.
Belajar Menata Berkesinambungan

Belajar Menata Berkesinambungan

11 November 2016
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat ini diresmikan pada 25 Agustus 2003 yang menampung warga yang terkena normalisasi Kali Angke oleh Pemda DKI Jakarta pada tahun 2002. Setelah 13 tahun lebih, banyak kemajuan dan perubahan hidup warganya, khususnya dalam bidang pendidikan.
Melatih Diri

Melatih Diri

07 Februari 2017

Relawan Tzu Chi mementaskan kembali drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak (SBSA) yang kali ini melibatkan para relawan dari berbagai wilayah di Jakarta. Pementasan yang dipentaskan 260 pemain ini melibatkan dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua berlatih bersama di Aula Jing si pada (5/2/2017)

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -