Kunjungan Persahabatan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto, Eric Yudo
 
 

fotoSiswa siswi sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menyambut meriah kedatangan 27 pengusaha dari Taiwan yang hendak mengenal Tzu Chi lebih dekat dan mendalam.

Hari Rabu, tanggal 3 Maret 2010, sebanyak 27 pengusaha dari Taiwan dalam rangka jalinan persahabatan dan mengenal Tzu Chi berkunjung ke Yayasan Buddha Tzu Chi di Indonesia. Pada dasarnya, sebagian besar peserta rombongan ini telah mengenal Tzu Chi di Taiwan. Bahkan beberapa di antara mereka, sudah ada yang menjadi relawan Tzu Chi.

Menurut Huang Hua De, salah satu relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator rombongan, kegiatan ini lebih bertujuan agar para peserta dapat mengenal Tzu Chi lebih mendalam, terutama bagi teman-teman pengusaha yang belum bergabung di Tzu Chi. Kegiatan ini juga sekaligus menggambarkan bahwa cinta kasih Tzu Chi telah tersebar di berbagai penjuru dunia.

Saat tiba di Jakarta, rombongan langsung diajak menuju Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat. Di sini, secara seksama diberikan kepada mereka penjelasan tentang profil Kali Angke hingga berdirinya Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang juga kemudian dilengkapi dengan sarana rumah sakit dan sekolah.

Dalam presentasi kurang lebih 1 jam ini, rombongan disuguhi kondisi Kali Angke yang pada saat itu dipenuhi dengan sampah dan selalu banjir jika musim penghujan tiba. Saat normalisasi kali dilakukan, Pemerintah DKI Jakarta yang bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia lantas merelokasi warga ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Presentasi ini  sesungguhnya memperlihatkan bahwa Perumahan Cinta Kasih adalah sebuah prototipe penanganan masalah pemukiman padat secara bijak dalam membangun lingkungan hidup yang asri di tengah kehidupan perkotaan padat di Indonesia. 

foto  foto

Ket : - Menurut Huang Hua De, apa yang telah dikerjakan oleh relawan Tzu Chi Indonesia sudah sesuai               dengan misi Tzu Chi. (kiri)
           - Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sedang menerangkan proyek pembangunan               Aula Jing Si. Dalam kesempatan itu, ia juga menyambut gembira adanya kunjungan para pengusaha               Taiwan ke Tzu Chi di Indonesia. (kanan)

Qiu Hong Ji, salah satu anggota Tzu Chi Medical Assosiation (TIMA) dari Taiwan yang ikut dalam rombongan menilai masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang sederhana, polos, dan bersahabat. Hal itu dia lihat dari begitu besarnya antusiasme warga saat melihat kehadiran mereka. Dari pengamatannya, dia juga berpendapat, relawan Tzu Chi Indonesia telah menghargai dan membantu masyarakat setempat dengan sangat baik. Karena itu, dia berharap Tzu Chi dapat mempertahankan kemampuannya dalam merangkul masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan etnis. 

Selesai berkeliling di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, rombongan ini lantas diajak untuk mengunjungi Aula Jing Si yang masih dalam tahap pembangunan di Pantai Indah Kapuk, Pluit. Setelah itu, perjalanan pun berlanjut menuju kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Mangga Dua Jakarta untuk bersantap malam dan berbagi kisah. 

Manusia Makhluk Sosial
Roger Seymour, seorang pakar biologi dari Universitas Adelaide Australia, menyatakan bahwa sekitar 900 spesies tumbuhan diketahui menghasilkan panas di dalam bunganya. Panas ini, menyebabkan tersebarnya aroma yang menarik perhatian serangga-serangga penyerbuk bunga. Laporan yang diterbitkan oleh Seymour dan rekan-rekannya di majalah Nature ini juga mengungkapkan bahwa panas tersebut dapat berperan sebagai perangsang bagi serangga-serangga penyerbuk.

Seymour menyatakan bahwa serangga-serangga kecil seperti C. colasi membayar "harga sangat mahal" agar tetap hangat, sebab mereka kehilangan panas dengan sangat cepat. Berkat tumbuh-tumbuhan penghasil panas ini, serangga-serangga tersebut dapat mengalihkan lebih banyak energi untuk keperluan makan dan berkembang biak. Tumbuhan ini menyediakan lingkungan yang sedemikian nyaman dan berguna bagi para serangga sehingga mereka pun menghabiskan 90% waktu dalam kehangatan bunga-bunga.

foto  foto

Ket : - Salah seorang pengusaha Taiwan sedang melihat salah satu bahan produk yang dikerjakan para ibu             rumah tangga di gudang hasta karya Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. (kiri).
         - Menurut Peng Yun Xin, memiliki sifat welas asih berarti memiliki batin yang dipenuhi oleh surga,             sedangkan memiliki sifat egois sama halnya dengan neraka. (kanan)

Perilaku saling memberi di antara tumbuhan dan serangga memperlihatkan satu contoh mengagumkan tentang kerja sama. Pada titik ini berlangsunglah sebuah proses timbal balik yang memenuhi kebutuhan kedua makhluk hidup tersebut. (Harun Yahya.com)  

Demikian pula dengan manusia. Manusia yang terlahir sebagai makhluk sosial dan memiliki kehidupan yang tidak kekal sesungguhnya memiliki tugas utama, yaitu saling tolong menolong. Karena itu, Peng Yun Xing, salah satu anggota di perkumpulan pengusaha Taiwan menilai, bersumbangsih dalam masyarakat bagaikan kehidupan di surga. “Jika Anda memiliki banyak harta benda dan dapat disumbangkan untuk membantu orang yang kurang mampu, maka kelak Anda akan menerima lebih banyak lagi,” ujarnya.

Menurutnya, kekuatan yang terbesar di dunia ini adalah rasa welas asih. Dengan welas asih seseorang dapat menghimpun kekuatan cinta kasihnya untuk disebarkan ke seluruh penjuru dunia. “Di Tzu Chi kita dapat belajar banyak. Menurut saya, dengan tumbuhnya welas asih, cinta kasih semua orang dapat terkumpul dan tersebarkan ke seluruh penjuru dunia,” katanya.

Qiu Hong Ji juga sependapat dengan Peng Yun Xing. Menurutnya, welas asih dan cinta kasih adalah media yang membuat banyak orang merasa terharu dan terinspirasi untuk bergabung di Tzu Chi. “Di mana ada bencana, di situ ada Tzu Chi. Relawan Tzu Chi selalu sampai di lokasi bencana pertama kali. Karena itu banyak orang yang terharu dengan kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Chi, sehingga terinspirasi untuk bergabung dalam Tzu Chi,” kata Hong Ji.

Singkat dan Jelas
Dari kunjungan singkat ini, Huang Hua De menyatakan rasa kagumnya terhadap relawan Tzu Chi yang begitu bersemangat dalam menyambut kedatangan mereka. Ia juga merasa terkesan dengan relawan Tzu Chi Indonesia yang telah menjalankan misi Tzu Chi dengan mantap. 

Huang Hua De juga kembali berpendapat, bahwa pertemuan ini merupakan sebuah jodoh baik. Karena itu, dia berharap agar insan Tzu Chi yang berkemampuan dapat terus bersumbangsih kepada masyarakat seperti yang diharapkan oleh Master Cheng Yen. “Para relawan di Taiwan juga akan terus menyebarkan cinta kasih. Seperti yang dikatakan oleh Master, tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan di dunia ini.” jelasnya.

  
 
 

Artikel Terkait

Gemerincing Koin Cinta Kasih

Gemerincing Koin Cinta Kasih

19 Oktober 2015 Sabtu, 17 Oktober 2015, Agung Sedayu Grup (ASG) melalui program ASG Berbagi, kembali mengadakan acara penuangan celengan bambu di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Dengan motto Segenggam Harapan ‘tuk Mereka Bahagia, penuangan ini telah diadakan untuk keempat kalinya.
Suara Kasih: Makna Hari Cengbeng

Suara Kasih: Makna Hari Cengbeng

10 April 2012 Kita harus senantiasa bersyukur kepada leluhur kita. Kita harus senantiasa mengenang kebajikan leluhur dan orang tua kita. Kita harus senantiasa bersyukur. Berbakti adalah pangkal dari segala kebajikan.
Tzu Chi Tanjung Balai Karimun Tanam 5 Ribu Pohon Mangrove Di Pantai Desa Pongkar

Tzu Chi Tanjung Balai Karimun Tanam 5 Ribu Pohon Mangrove Di Pantai Desa Pongkar

28 Juli 2022

Relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun bersama Jajaran TNI Angkatan Laut dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia menanam lima ribu batang tanaman mangrove di pantai Desa Pongkar.

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -