Terdapat 94 biku sangha yang terdiri dari biku, bikuni, samanera, samaneri yang turut hadir dalam prosesi pindapata, yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Sanghadana Kathinakala Keluarga Buddhayana Indonesia.
 
Dalam rangka memperingati Hari Kathina Nasional 2025 yang akan dilaksanakan di Prasadha Jinarakkhita, Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan Pindapata sebagai salah satu rangkaian Sanghadana Kathinakala KBI. Rangkaian ini dimulai dari Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk (PIK) pada Sabtu, 1 November 2025.
Kegiatan tahunan ini menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antarumat beragama, menumbuhkan semangat kebersamaan, serta menanamkan kepedulian dan rasa saling menghormati di tengah masyarakat.
Bermula dari pertemuan Lucy Salim, Ketua Panitia Sanghadana Kathinakala KBI, dengan Master Cheng Yen di Hualien, Taiwan. Saat itu, Master Cheng Yen berpesan agar Lucy mengadakan kegiatan yang melibatkan masyarakat, terutama umat Buddha, sekaligus menjalin jodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Saya terpikir untuk mengadakan Pindapata Kathinakala di Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk,” kenang Lucy.
Lucy kemudian bertemu Liu Siu Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, yang menyambut hangat gagasan tersebut. “KBI akan terus bekerja sama dengan Yayasan Tzu Chi setiap tahun dalam kegiatan Pindapata Kathina bagi umat Buddha di wilayah Pantai Indah Kapuk, termasuk bagi umat yang belum sempat berdana di bulan Kathina. Kami juga akan melakukan evaluasi agar kegiatan ini semakin baik dan menjangkau lebih banyak umat,” tutur Lucy.
Bersama mamanya, Ricardo Hantanto (12), ikut dalam rombongan umat menuturkan di bulan Kathina, para umat Buddha dapat memberikan obat-obatan serta makanan atau minuman, untuk diberikan kepada biku sangha.
 
KBI pun menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Tzu Chi yang telah menyediakan sarana dan prasarana dalam setiap pelaksanaan Sanghadana Kathinakala. Para relawan Tzu Chi juga merasa bersyukur dapat berpartisipasi dan mendukung kegiatan penuh makna ini. Prosesi Pindapata telah terlaksana sejak tahun 2019, 2022, 2023, dan 2024, dan kini memasuki tahun kelima.
“Antusiasme umat sangat luar biasa. Kami bersyukur dapat menyambut 94 anggota Sangha, yang terdiri atas biksu, biksuni, samanera, dan samaneri, di Tzu Chi Center untuk mengawali prosesi Pindapata 2025,” ujar Hong Tjin, Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Hong Tjin juga menyampaikan apresiasi kepada Keluarga Besar Majelis Buddhayana Indonesia yang terus bersinergi dengan Yayasan Tzu Chi dalam berbagi Dharma di Nusantara. “Semoga kegiatan ini terus berlanjut dan menjadi ladang subur untuk menanam jasa kebajikan,” harapnya.
Sebagai umat Buddha, kita diajarkan untuk senantiasa mengembangkan kesempurnaan hidup, salah satunya melalui berdana. Pindapata menjadi bagian dari perjalanan hidup para biksu Sangha dalam memperoleh dana makanan dan menopang kehidupan mereka.
Hanjaya The Chun Chai (berbaju hitam), bersama anaknya, berderma uang (angpau) dan buah anggur kepada 94 biku sangha di pindapata.
 
Drs. Supriyadi, M.Pd., Dirjen Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI, turut hadir dan menyampaikan rasa syukur. “Pagi ini kita melakukan transformasi, bukan hanya dalam bentuk makanan, tetapi juga dalam memenuhi berbagai kebutuhan para rohaniwan dan bhikkhu,” ujarnya.
Menurut beliau, kegiatan ini memperdalam pemahaman umat akan makna kebersamaan dan mempererat kolaborasi antar komunitas agama Buddha di Indonesia. “Kami, Bimas Agama Buddha, memberi dukungan penuh atas kerja sama antara Keluarga Buddhayana Indonesia dan Yayasan Tzu Chi. Semoga semua makhluk berbahagia,” tuturnya.
Pindapata: Menyokong Kehidupan Sangha
Sejak zaman Buddha, pindapata merupakan salah satu Buddhatica  kegiatan rutin yang dilakukan Sang Buddha Gautama. Sebagai seorang Pabbajita atau Brahmacari, kehidupan yang benar dijalankan melalui pindapata, memberikan kesempatan bagi umat untuk menanam kebajikan sekaligus mengikis kekikiran.
Y.M. Bhante Thanavaro, Mahathera, Wakil Ketua Umum DPP Sangha Agung Indonesia, menjelaskan bahwa pindapata merupakan bagian dari rangkaian Sanghadana Kathinakala 2025. “Prosesi ini hendaknya tidak hanya kita pandang sebagai tradisi atau sekadar acara, tetapi sebagai wujud nyata dari cinta kasih dan kemurahan hati yang terus kita kembangkan dalam diri,” ujar Y.M. Bhante Thanavaro.
 

 
Lucy Salim (keempat dari kanan) selaku Ketua Panitia Sanghadana Kathinakala Keluarga Buddhayana Indonesia sangat berterima kasih kepada Tzu Chi telah menyiapkan sarana dalam Sanghadana Kathinakala setiap tahun.
 
Menurut Y.M. Bhante Thanavaro, praktik berdana sejatinya bertujuan mengikis keserakahan (lobha), menumbuhkan cinta kasih, mengikis kebencian (dosa), dan akhirnya menjadi sebab (paccaya) yang menuntun kita keluar dari lingkaran penderitaan.
“Pindapata adalah rutinitas bagi seorang bhikkhu. Melalui momen ini umat mendapat kesempatan untuk berderma dan berbagi, sementara para Sangha memberi ladang kebajikan bagi umat,” lanjut Y.M. Bhante Thanavaro.
Y.M. Bhante Thanavaro mengajak umat Buddha untuk terus mengembangkan cinta kasih, tidak hanya kepada Sangha, tetapi juga kepada sesama. “Mari kita tingkatkan kemurahan hati antar sesama, bukan hanya di kalangan Sangha, tetapi juga kepada umat lainnya,” pesannya.
“Atas nama Sangha Agung Indonesia dan Keluarga Besar Buddhayana Indonesia, kami berterima kasih atas dukungan penuh dari keluarga besar Tzu Chi Indonesia yang telah menyambut dengan penuh kehangatan. Semoga semua makhluk hidup berbahagia,” tutupnya.
Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin (kiri) berdoa bersama dengan para Sangha. Hong Tjhin memberikan apresiasi kepada Keluarga Besar Majelis Buddhayana Indonesia yang terus bersinergi dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
 
Manfaat Berdana di Masa Kathina
Dalam kehidupan umat Buddha, praktik pindapata adalah tradisi luhur yang patut dilestarikan. Drs. Supriyadi, M.Pd. menjelaskan bahwa bentuk berdana kini terus berkembang. “Hari ini, umat tidak hanya berdana makanan, tetapi juga empat kebutuhan pokok dan amisa dana berupa materi, yang nantinya dapat disalurkan kembali oleh para bhiku kepada masyarakat yang membutuhkan,” jelas Drs. Supriyadi.
Salah satu umat, Ricardo Hantanto (12), datang bersama orang tuanya untuk berdana. “Kemarin mama mengajak berdana makanan dan minuman. Senang sekali bisa berdana ke bhante saat Kathina, itu kebaikan dan kesempatan bertemu para bhante,” ujar siswa kelas 7 Sekolah Yos Sudarso, Karawang.
Perasaan serupa diungkapkan Hanjaya The Chun Chai (55) yang kembali mengikuti Pindapata Kathina bersama keluarga. “Ini kali kedua kami ikut. Di sini kita belajar berbagi dan menghormati para biksu Sangha. Hidup ini singkat, dan berbagi adalah kebahagiaan. Terima kasih kepada KBI dan Tzu Chi yang telah menyediakan ladang ini untuk berdana,” ucapnya dengan penuh syukur.
Drs. Supriyadi, M.Pd., Dirjen Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI dalam sambutannya mengatakan praktik pindapata adalah tradisi luhur yang patut dilestarikan.   
 
Sementara itu, Andi Putra (50), yang baru pertama kali ikut, mengetahui kegiatan ini dari anaknya yang bersekolah di Tzu Chi School. Ia bersama istrinya berdana seratus botol madu kepada para Sangha. “Kami senang bisa ikut berbagi lewat dana madu ini,” katanya singkat namun tulus.
Melalui kegiatan Pindapata Kathina 2025 ini, semangat kebersamaan, cinta kasih, dan praktik berdana kembali tumbuh subur. Seperti ladang yang ditanami dengan benih kebajikan, semoga setiap tindakan penuh welas asih yang ditanam berbuah kebahagiaan bagi semua makhluk.
Editor: Anand Yahya