Langkah Kecilmu Selamatkan Bumi

Jurnalis : Virny Apriliand (He Qi Barat), Fotografer : Dimin (He Qi Barat)
 
 

fotoSebelum melakukan kegiatan, relawan melakukan senam pagi terlebih dahulu.

 

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
~ Master Cheng Yen ~

Bertempat di Gedung Serbaguna Citra 5, Yayasan Buddha Tzu Chi Hu Ai Cengkareng Barat kembali mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan. Kegiatan rutin yang diadakan setiap bulan ini bertujuan untuk mengelola sampah yang dikumpulkan oleh warga Perumahan Citra 5 untuk di daur ulang menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Para warga mengumpulkan sampah-sampah rumah tangga mereka dengan sukarela demi tujuan bersumbangsih bagi kelestarian bumi.

Untuk bulan ini, kegiatan pelestarian lingkungan jatuh pada hari Minggu, 3 Maret 2013. Hari masih pagi saat relawan Tzu Chi mulai berdatangan satu per satu. Sambil menunggu kedatangan relawan lain, mereka mengobrol dan bersenda gurau dengan santai. Tepat pukul 08.15 WIB, kegiatan pun dimulai. Ali Tinus shixiong selaku PIC dan MC kegiatan membuka acara dengan senam. Para relawan yang berjumlah 25 orang melakukan gerakan-gerakan pemanasan tubuh sebagai awal kegiatan hari itu.  Lantunan musik yang mengalun merdu juga mengiringi gerakan luwes para relawan yang hadir.

Setelah melakukan senam, para relawan bahu membahu membawa sampah daur ke dalam gedung serbaguna. Mereka juga tidak lupa menggunakan “senjata perang” mereka, yaitu sarung tangan, cutter, dan masker. Maka para relawan pun siap memulai “perang” mereka dengan sampah-sampah yang nantinya akan mereka jadikan emas.

Para relawan dengan gesit membagi diri ke dalam kelompok-kelompok daur ulang. Ada kelompok daur ulang botol, daur ulang kertas koran, daur ulang plastik, daur ulang kaleng, dan beberapa kelompok lain. Pada kelompok daur ulang botol, ada seorang relawan yang luar biasa. Mengapa luar biasa? Karena relawan bernama Tan Giok Eng shigu ini sudah berumur 76 tahun, tapi semangat dan kegesitannya dalam melakukan daur ulang tak kalah dengan yang muda-muda. Ia membuktikan dengan tindakan nyata bahwa usia tidak menjadi penghalang baginya untuk bersumbangsih demi keselarasan bumi. Ia menjadi bodhisatwa pelestarian lingkungan, sebuah contoh luar biasa bagi anak-anak muda.

foto   foto

Keterangan :

  • Setelah melakukan olahraga, para relawn langsung membagi kelompok dan memulai kegiatan daur ulang (kiri).
  • Melihat relawan Tzu Chi yang terus aktif mensosialisasikan mengenai pelestarian lingkungan, warga sekitar pun terinspirasi untuk ikut membantu memilah sampah-sampah rumah tangga mereka yang masih dapat didaur ulang guna diberikan ke Tzu Chi (kanan).

Ada bodhisatwa tua dan ada pula bodhisatwa muda. Bodhisatwa muda yang turut bersumbangsih salah satunya bernama Vivian Utojo. Vivi yang saat ini duduk di bangku kelas 7, kerap kali ikut dalam berbagai kegiatan Tzu Chi, salah satunya adalah pelestarian lingkungan. Sedari dini Vivi telah terbiasa untuk menghargai sampah. Di sekolahnya, murid-murid dilarang menggunakan botol dan kotak makan sekali pakai. Di rumah pun demikian, sejak 4 tahun lalu Mama Vivi dengan sukarela membuka rumahnya sebagai posko penerima sampah dari tetangga, teman, guru, dan siapa saja. Setiap minggu secara rutin mobil daur ulang Tzu Chi datang untuk mengangkut sampah-sampah tersebut. Vivi mengaku dari sampah ia belajar sesuatu. Ia belajar bahwa benda yang terlihat tidak berguna bagi kita mungkin bisa menjadi sangat berguna bagi orang lain. Ia belajar bahwa dengan mendaur ulang Ia dapat membantu orang lain. Dan yang tak kalah penting, Vivi belajar mencintai bumi.

Para relawan lain pun tak kalah luar biasa, tumpukan sampah yang tadinya menggunung, sedikit demi sedikit mulai berkurang. Pekerjaan daur ulang menjadi tidak terasa karena dikerjakan sembari sharing dan bercanda dengan relawan lain. Mulut boleh bicara tapi tangan mereka terus mendaur ulang sampah tanpa henti. Sebuah cara kerja yang menyenangkan dan membuat beban berat terasa ringan.

Selama proses pemilahan, banyak masyarakat sekitar yang datang untuk menyumbangkan sampah mereka. Sebuah pemandangan menarik pun muncul dan untungnya berhasil diabadikan oleh Dimin shixiong selaku fotografer. Foto yang diambil di lokasi tersebut menggambarkan keluarga yang membawa sampah untuk disumbangkan kepada Tzu Chi. Tapi ada yang lebih menarik dari sekedar hal itu. Dari foto tersebut tersirat makna luar biasa, kita dapat melihat gambaran masyarakat yang antusias pada daur ulang, mulai dari remaja, anak-anak sampai balita. Sebuah pemandangan yang luar biasa indah dan penuh makna.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 10.30 WIB. Sampah yang tadinya menggunung pun sudah hampir selesai dikerjakan. Para relawan bersama-sama membersihkan lokasi dari sampah yang tersisa dan juga membersihkan diri. Seperti biasa acara hari itu ditutup dengan makan bersama. Ada banyak hidangan lezat yang telah disiapkan oleh relawan. Sambil makan beberapa relawan duduk melingkar dan sharing berbagai hal. Terlihat sekali raut puas dan bahagia meliputi wajah setiap relawan yang bersumbangsih dalam kegiatan kali ini. Sebuah tindakan kecil relawan diikuti dengan sebuah harapan besar yang digantungkan untuk bumi, agar bumi tercinta kita selalu bebas dari bencana apapun.

 

 
 

Artikel Terkait

Petani Myanmar Membalas Budi

Petani Myanmar Membalas Budi

23 Juni 2014 U Thein Tun memilih untuk tidak menggunakan pestisida dan setiap hari mengucapkan kata-kata baik pada tanaman padinya. Setelah sekian tahun berlalu, kondisi keuangannya meningkat karena hasil panen yang baik. Lalu ia menyewa satu hektar lahan pertanian dan berencana menyumbang beras yang dihasilkan lahan itu untuk Tzu Chi.
Buka Puasa Bersama Kakek dan Nenek

Buka Puasa Bersama Kakek dan Nenek

07 Oktober 2010 Pada tanggal 2 September 2010, relawan Tzu Chi Padang mengunjungi Panti Jompo Sabai Nan Alui Sicincin. Lokasi panti ini cukup jauh dari Kota Padang, sekitar 1 jam perjalanan.
Mari Menabung Berkah

Mari Menabung Berkah

23 Juni 2010
Ini kali keempat Liem Cun Bie pergi mendonorkan darah ke Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Tangerang. Sebelumnya ia juga pernah melakukan hal serupa saat mengantarkan sang istri melahirkan anak kedua
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -