Lebih Percaya Diri

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 

fotoHusnul tak dapat menahan tangisnya tatkala menceritakan pengalaman hidupnya. Setelah dua kali sempat gagal dioperasi, Husnul akhirnya bisa menjalani operasi bibir sumbing dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-63 di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi.

Posisi duduk Nana tampak tak nyaman. Sebentar-bentar, ibu dari Husnul (13) ini bergeser ke kanan ataupun kiri. Matanya lekat memandangi putrinya yang tengah menjalani pemeriksaan pra-operasi bibir sumbing. “Mudah-mudahan kali ini bisa lancar semuanya,” ucapnya setengah berdoa. Wajar Nana cemas, pasalnya dalam dua baksos kesehatan lainnya, putri pertamanya ini selalu gagal menjalani operasi. Selain terkendala masalah administrasi, saat itu juga Husnul dinyatakan mengidap penyakit paru-paru basah.

 

Dijemput Relawan
Sabtu, 21 November 2009 merupakan hari “penting” bagi Husnul dan kedua orangtuanya. Harapan Husnul untuk memiliki bibir yang normal seperti anal-anak lainnya bakal terwujud. Husnul yang tinggal di Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor ini sejak pukul 6 pagi sudah siap menunggu Acun, relawan Tzu Chi yang akan menjemput dan mengantarnya ke RSKB Cinta Kasih Tzu Chi untuk mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-63 yang dilaksanakan dari tanggal 21 – 22 dan 25 November 2009. Mengapa harus sampai menjemput Husnul, Acun punya cerita sendiri. (baca juga: Secercah Harap untuk Husnul). “Selain kendala transportasi yang sulit, mereka juga tidak memiliki (cukup) uang untuk mengantar anaknya berobat jauh,” ungkap Acun beralasan. Jaja, ayah Nurul adalah buruh harian lepas. “Kalo dapat penghasilan lumayan, ditabung untuk jaga-jaga kalo besok nggak ada kerjaan,” terang Jaja, yang berpenghasilan rata-rata Rp 20-30 ribu per hari.

Sebelumnya, saat screening baksos kesehatan pada 28 Oktober 2009 lalu, relawan Tzu Chi juga menjemput Husnul yang diantar ibu dan neneknya. Selain jarak tempuh yang jauh -hampir 3 jam- ke Jakarta, jalan menuju tempat tinggal keluarga ini juga sulit ditempuh lantaran jalan yang belum beraspal. Tidak ada angkutan umum yang masuk, sehingga harus menggunakan ojek untuk sampai ke jalan raya utama yang membelah wilayah Tangerang dan Bogor. “Dari jam 6 pagi sudah berangkat,” terang Nana. Ia bersyukur karena relawan Tzu Chi begitu peduli pada putrinya. “Dijemput, terus waktu Husnul batuk-batuk dikasih obat biar cepat sembuh dan bisa ikut operasi ini,” ungkapnya haru.

foto  foto

Ket: - Berada di tengah-tengah orang yang mengalami penderitaan yang sama (bahkan lebih parah) membuat            Husnul mau sedikit membuka diri. (kiri)
        - Dengan setia Nana selalu mendampingi putrinya. Bagi Nana, kondisi Husnul harus diperjuangkan agar            sembuh sehingga putrinya tersebut bisa bergaul layaknya anak-anak normal lainnya. (kanan)

Kecemasan Nana memuncak mengingat usia Husnul yang mulai menginjak remaja, “Kasihan kalau gitu (sumbing –red), dia jadi minder kalau main sama teman-temannya.” Belum lagi ejekan dari anak-anak kecil yang memang belum mengerti dengan kondisi Husnul. “Kalau anak-anak kecil suka ngeledekin, ‘sumbing…, sumbing!’, tapi kalau orang dewasa nggak, malah pada sayang sama Eneng (panggilan anak gadis-red),” terang Nana.

Saat Operasi Itu pun Tiba
Dengan nomor urut 17, Husnul harus sabar menunggu giliran untuk dioperasi. Di depan Husnul adalah para pasien yang berasal dari Sulawesi Tengah yang juga mengalami bibir sumbing seperti dirinya. Husnul yang awalnya sangat pemalu dan merasa rendah diri, kini mulai mau berbicara dan menatap orang lain. Kondisi pasien-pasien dari Sulawesi ini memang cukup parah, mungkin hal inilah yang membuat Husnul bisa merasa bahwa apa yang dialaminya masih lebih baik ketimbang pasien-pasien baksos lainnya.

foto  foto

Ket: - Karena sering diejek oleh teman-temannya di sekolah, akhirnya Husnul memilih mundur dan tidak              melanjutkan sekolah (SD).   (kiri)
         - Para dokter dan tim medis memberikan dorongan semangat dan keberanian kepada Husnul sebelum              menjalani operasi.

Setelah menunggu cukup lama, giliran Husnul pun tiba. Wajah gadis yang hanya sempat mengenyam pendidikan di sekolah dasar ini tampak tegang, terlebih ketika tim medis mulai memberinya suntikan di sekitar bibirnya. Dokter dan tim medis pun mulai bekerja, memberikan upaya terbaik yang bisa dilakukan untuk mempercantik gadis ini.

Kurang lebih 1 jam berada di ruang operasi, Husnul  keluar dengan sebuah kain kasa yang menempel di bibir bagian atasnya. Nana yang sejak tadi menunggu pun larut dalam kebahagiaan ini. Satu jalan telah dilalui untuk memberikan Husnul kesempatan menjalani kehidupan dengan penuh semangat dan keberanian. Entah melanjutkan sekolah ataupun bekerja, setidaknya kini Husnul punya kesempatan untuk memilihnya. “Eneng sih katanya mau kerja aja,” tandas Nana, menirukan keinginan putrinya.  

 
 

Artikel Terkait

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti : Ajarang Jing Si yang diterapkan dalam Keseharian

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti : Ajarang Jing Si yang diterapkan dalam Keseharian

28 Oktober 2015 Kamp Bimbingan Kelas Budi Pekerti Erdongban selama 2 hari (24-25 Oktober 2015) meninggalkan banyak kesan bagi murid-murid. Tidak hanya kesan, tetapi niat untuk berubah yang dimulai dari diri sendiri pun mulai terbentuk.
<em>Cape </em>Tapi Asyik, Keberkahan Dalam Sukacita

Cape Tapi Asyik, Keberkahan Dalam Sukacita

16 November 2008 Minggu pagi yang cerah, 16 November 2008, sebanyak 71 relawan Tzu Chi telah pun tiba di Perumahan Taman Kasuari Indah, Jalan Kasuari Medan. Relawan terlebih dahulu berkumpul di tenda yang telah disediakan sehari sebelumnya sebagai depo daur ulang sementara. Ternyata di depan tenda sudah ada tumpukan sampah daur ulang yang cukup banyak.
Berlomba-Lomba Berbuat Baik

Berlomba-Lomba Berbuat Baik

03 April 2013 Acara donor darah menghimpun kepedulian serta menyalurkan harapan kepada saudara-saudara kita yang tengah membutuhkan bantuan. Seringkali batas antara sakit dan sembuh hanya berjarak sekantong darah. Oleh karena itu, marilah kita menggalang kepedulian dan meningkatkan kesadaran untuk berdonor darah.
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -