Letusan Merapi : Memberi yang Terbaik
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
|
| ||
Tidak hanya sampai di sana, jalinan jodoh pun kembali terjalin dengan adanya kegiatan pembagian beras cinta kasih Tzu Chi pada tahun 2003, yang dilanjutkan dengan kegiatan penanaman pohon, bantuan bencana korban gempa tahun 2006 hingga pemasangan pipa air bersih di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Merapi Kembali Bergejolak Tanggal 26 November 2010, tepatnya pukul 17.02 WIB, Merapi kembali bergejolak. Seolah memuntahkan kekuatan yang lama terpendam, tanpa terduga gunung yang tengah berada dalam status awas ini akhirnya menyemburkan awan panas atau yang lebih dikenal dengan wedhus gembel, yang menghanguskan beberapa desa di sekitar lereng gunung dan menelan korban jiwa sebanyak 32 jiwa. Dengan saling bergotong-royong, masyarakat yang dibantu oleh relawan dari beberapa lembaga sosial dan pihak TNI melakukan evakuasi. Beberapa posko pengungsian berdiri dan ditata maksimal guna memenuhi keperluan seluruh pengungsi. Tidak hanya itu, simpati dan bantuan untuk para korban pun terus berdatangan.
Keterangan :
Apa yang Dibutuhkan Mengingat letusan Gunung Merapi yang terjadi ini masih dapat terus berlanjut, maka para relawan Tzu Chi berinisiatif untuk melakukan survei kembali mengenai kebutuhan yang dibutuhkan oleh para pengungsi. “Tidak ada yang bisa memprediksi kapan Merapi akan kembali aman. Oleh karena itu, kami ingin meyakinkan bahwa kebutuhan para korban pengungsi sudah terpenuhi dengan baik. Dan menurut informasi yang diperoleh dari Tim Tanggap Darurat Tzu Chi yang pertama kali datang ke lokasi bencana, para korban membutuhkan hygiene pack (paket untuk kebersihan seperti sabun, sikat gigi, ember, dll - red),” ungkap Hoklay, salah satu relawan Tzu Chi Jakarta. Namun setelah Tim Tanggap Darurat Tzu Chi kedua melakukan survei kembali pada Selasa, 2 November 2010, kebutuhan para korban bencana mulai bergeser. “Hari ini kami mengadakan survei di tiga lokasi, yakni posko pengungsian di Desa Wukirsari, Glagahrejo, dan Kepuharjo. Lokasi ini sengaja kami pilih dengan alasan para pengungsi di lokasi ini merupakan mereka yang terkena dampak paling parah akibat bencana ini,” jelas Hoklay. Hoklay menambahkan bahwa ternyata kebutuhan utama para pengungsi tidak lagi hygiene pack, namun lebih banyak kepada bahan pangan dan alas tidur. Meskipun demikian, beberapa relawan dari posko-posko ini mengaku masih membutuhkan beberapa peralatan mandi untuk melengkapi WC umum yang sudah ada. “Selain ember, gayung, dan perlengkapan mandi lainnya, mereka juga membutuhkan sarung untuk menghalau dingin saat malam hari,” tambah Hoklay.
Keterangan :
Distribusi Paket Bantuan Hujan yang turun saat melakukan survei, tidak menyurutkan hati para relawan untuk memberikan yang terbaik kepada para korban bencana. “Bantuan yang diberikan harus tepat sasaran sehingga bisa maksimal digunakan oleh para korban bencana,” ucap Frananto Hidayat. Dan berdasarkan hasil survei, rencananya, Rabu, 3 November 2010, relawan Tzu Chi akan membagikan paket bantuan di 3 posko pengungsian di Desa Wukirsari (444 paket), Glagahrejo (1.328 paket), dan Kepuharjo (1.556 paket). Pembagian paket ini rencananya akan dilakukan pada sore hari. “Masalahnya kalau dibagikan pada siang hari, banyak pengungsi yang tengah kembali ke rumah mereka masing-masing untuk memberi makan ternak, maupun membersihkan rumah,” tambah Frananto. | |||
Artikel Terkait

Semangat dan Kebahagiaan Satu Keluarga
07 Juni 2018
Titik Balik Kehidupan
25 Maret 2014 Kabar bahagia seperti ini bahkan tak berani diimpikannya. “Saya hanya berharap Aep bisa lihat, bisa keluar rumah seperti teman-temannya,” ujarnya. Aep sendiri telah tumbuh menjadi anak yang sangat pemalu dan tertutup, meski senyum terus terukir di wajahnya yang polos.
Pelatihan 4 in 1: Bahagia Karena Melayani
14 Maret 2023Suksesnya kegiatan pelatihan 4 in 1 selama dua hari pada 11-12 Maret 2023 lalu didukung oleh banyak relawan, terutama di bagian pelayanan dan konsumsi yang menyiapkan makanan dan akomodasi bagi 700 peserta dan panitia.