Letusan Merapi : Perhatian untuk Pengungsi

Jurnalis : Mika Wulan (DAAI TV), Fotografer : Dok. Tzu Chi
 
 

foto Pasca letusan Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010, keesokan harinya relawan Tzu Chi mengunjungi lokasi pengungsian untuk menyurvei dan memberikan bantuan darurat kepada warga di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Pasca letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober lalu, warga dari 4 desa di Kelurahan Kepuharjo, yaitu Desa Kaliadem, Jambu, Petung, dan Kopeng mengungsi di Pos Pengungsian Kepuharjo. Warga menempati dua titik pengungsian di SMK Negeri 1 Cangkringan dan gedung aula Pekerjaan Umum (PU) Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Warga di sekitar Gunung Merapi masih bertahan di pos-pos pengungsian. Meski masih merasa was-was para pengungsi sudah mulai tenang, setelah evakuasi yang dilakukan sehari sebelumnya tepat sebelum Merapi meletus. Jumlah warga yang memadati pos pengungsian Kepuharjo diperkirakan sekitar 1.598 jiwa. Para pengungsi terpaksa tidur berdesakan di ruangan ataupun di emperan.

Kebutuhan Para Pengungsi
“Yang paling parah memang di Desa Umbulhardjo dari segi kerusakan. Jumlah korban yang meninggal dunia sekitar tiga puluhan orang,” kata Camat Cangkringan, Samsul Bahri, “ya pertama memang status Gunung Merapi sendiri sudah dinyatakan pulih. Mungkin mereka yang rumahnya masih ada bisa kembali, tetapi yang rumahnya hancur dan rata dengan tanah, mereka mau kemana? Otomatis mereka akan kembali jika rumahnya sudah terbangun kembali.” Menurut Samsul Bahri, meski bantuan logistik dan kesehatan telah berdatangan, namun beberapa kebutuhan masih dirasa kurang. Menurut Wignyo, warga Kaliadem, “Di barak masih membutuhkan obat-obatan, juga pakaian karena banyak masyarakat yang tidak sempat membawa pakaiannya.”

foto  foto

Keterangan :

  • “Yang paling parah memang di Desa Umbulhardjo dari segi kerusakan. Jumlah korban yang meninggal dunia sekitar tiga puluhan orang,” kata Camat Cangkringan, Samsul Bahri. (kiri)
  • Karena panik, banyak warga yang mengungsi tanpa membawa pakaian dan harta bendanya. (kanan)

Rabu, 27 Oktober 2010, relawan Tzu Chi Yogyakarta telah turun ke lokasi pengungsian untuk melakukan survei untuk kemudian memutuskan bantuan apa yang selanjutnya akan diberikan. “Kendala selama di sini, air untuk shalat sangat susah. Pasta gigi dan sabun juga belum tersedia, baju-baju juga. Mereka pun masih tidur beralas seadanya,” kata Reni, relawan Tzu Chi Yogyakarta. Reni merasa prihatin dengan kondisi para pengungsi, “Untung  nggak hujan, kalau hujan kan kasihan. Setelah kita tanya-tanya yang kurang bantuan untuk kebutuhan wanita dan peralatan mandi. Jadi besok kita akan coba pikirkan bantuan seperti apa yang dibutuhkan.”

Sebelumnya sebanyak 10 orang relawan Tzu Chi juga telah memberikan bantuan kepada para pengungsi di Desa Glagah Harjo, Kepoharjo, dan Umbulhardjo  di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Bantuan yang diberikan berupa 10.000 buah masker dan 287 selimut. Meski harus kehilangan harta benda, dan bahkan keluarga, warga desa di sekitar Merapi hanya bisa pasrah dan bertahan dengan kondisi seadanya, sembari berharap bahwa Merapi tak lagi memuntahkan lahar dan awan panas.

  
 

Artikel Terkait

Kunjungan Penuh Arti

Kunjungan Penuh Arti

14 Agustus 2009 Kesan Yu Chiu Min datang pertama kali ke Indonesia adalah berbeda dengan apa yang di dalam pikirannya. Ia berpikiran Indonesia semestinya merupakan tempat yang ramai dan bagus, tetapi pada kenyataannya masih ada penduduk yang tempat tinggalnya begitu sempit. Baginya, yang paling membuatnya terharu adalah relawan Tzu Chi Indonesia sangat aktif dan tekun dalam melakukan kegiatan Tzu Chi.
Suara Kasih: Batin yang Murni

Suara Kasih: Batin yang Murni

16 Juni 2011
Kapankah kita dapat mengubah dunia ini menjadi Tanah Suci? Sesungguhnya, saat batin kita murni, maka lingkungan kita akan bagaikan Tanah Suci. Jika semua orang memiliki keyakinan dan menaati ajaran agamanya, maka dunia akan menjadi Tanah Suci.
Suara Kasih: Memahami dan Mempraktikkan Dharma

Suara Kasih: Memahami dan Mempraktikkan Dharma

18 Juli 2012 Untuk menciptakan keharmonisan dalam masyarakat, setiap orang hendaknya bersumbangsih bersama. Sedikit demi sedikit kekuatan yang terhimpun dari setiap orang dapat digunakan untuk membantu banyak orang. Saya berharap setiap orang dapat menyerap Dharma yang benar ke dalam hati. Janganlah berjalan menyimpang. Berjalan menyimpang sedikit saja, kita akan jauh tersesat.
Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -