Seorang mahasiswi dari Universitas Tzu Chi Taiwan berkesempatan membagikan paket sembako kepada warga sekitar Rusun Barokah di Palmerah, Jakarta Barat. Paket sembako yang diberikan terdiri dari 5 kg beras, 1 kg gula pasir, dan 1 liter minyak goreng.
Setahun setelah meresmikan Rumah Susun Barokah dengan model Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV) pertama di Indonesia pada 3 Juli 2024, relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama mahasiswa-mahasiswi dari Tzu Chi University Taiwan datang berkunjung menyambangi warga Palmerah, Jakarta Barat, pada 9 Juli 2025. Kunjungan ini bukanlah nostalgia, melainkan menjadi wujud nyata perhatian relawan Tzu Chi yang tak terputus terhadap kehidupan para penghuni rusun.
Dalam kunjungan ini, para relawan bersama mahasiswa-mahasiswi dari Tzu Chi University Taiwan membagikan 300 paket cinta kasih yang berisi 5 kg beras, 1 kg gula, dan 1 liter minyak goreng kepada penghuni Rusun Barokah serta warga di sekitar lingkungan rusun. Suasana hangat dan penuh syukur menyelimuti halaman depan masjid saat kegiatan berlangsung.
Yayasan Buddha Tzu Chi telah menanam benih kebajikan melalui program Bebenah Kampung dengan model Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV) yang melahirkan Rusun Barokah untuk sembilan kepala keluarga. Kini, jalinan kebaikan itu tumbuh makin kuat.
“Hubungan baik Tzu Chi dengan warga di sini sudah dimulai sejak program Bebenah Kampung dengan model KTV. Kali ini kami ingin memperluas jalinan itu dengan berkunjung dan membagikan paket cinta kasih kepada 300 KK lainnya agar semua dapat merasakan kebahagiaan yang sama,” ujar Teksan Luis, Koordinator Program Bebenah Kampung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Para mahasiswa dan mahasiswi dari Tzu Chi University dengan sukacita membagikan setiap paket sembako kepada warga yang didampingi oleh relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2.
Dosen dari Tzu Chi University yang mendampingi para mahasiswa dan mahasiswi berkesempatan untuk melihat langsung kondisi Rumah Susun Barokah milik Bapak Sukanta yang berda di lantai 2.
Salah satu kisah paling menyentuh datang dari Sukanta (59), seorang warga yang kini menempati unit di lantai dua Rumah Susun Barokah. Sebelum tinggal di rusun, ia dan keluarganya hidup dalam kondisi memprihatinkan di sebuah rumah sempit dengan atap rendah, pengap dan gelap, kotoran tikus di mana-mana, serta rasa khawatir atap akan roboh setiap kali hujan turun.
“Siang dan malam sama saja. Tidak ada sinar matahari masuk, tidak ada sirkulasi udara. Lampu harus menyala terus, bahkan di siang hari,” kenang Sukanta lirih.
Selama puluhan tahun, ia tinggal di ruangan yang gelap dan pengap. Rumahnya tidak memiliki kamar mandi, memaksanya dan keluarga untuk antre menggunakan WC umum. Atap bocor, dinding berlubang, dan lantai yang nyaris rapuh menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Semua itu terpaksa dijalani karena penghasilan hanya cukup untuk kebutuhan makan.
Namun kini, semuanya berubah. Dengan penuh semangat, Sukanta menceritakan betapa berbeda kehidupannya sejak menghuni Rusun Barokah. Sebuah unit berukuran 18 meter persegi yang bersih, terang, memiliki sirkulasi udara yang baik, dan terasa nyaman.
“Saya berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang hingga saat ini masih terus memberi perhatian dan bantuan. Seperti sekarang ini ada pembagian paket sembako. Saya sangat berterima kasih, sudah dibuatkan rumah yang mewah. Buat saya, rumah ini mewah, Pak. Kuat dan terus diperhatikan oleh relawan,” tutur Sukanta dengan mata berbinar.

Teksan Luis, koordinator program Bebenah Kampung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sedang menjelaskan sejarah Tzu Chi Indonesia membangun Rusun Barokah di Palmerah, Jakarta Barat.
Huang Chi Ning dengan semangat memberikan paket-paket sembako kepada warga di sekitar Rusun Barokah Palmerah, Jakarta Barat.
Salah satu dari 13 mahasiswa Tzu Chi University Taiwan yang hadir, Huang Chi Ning, mengatakan bahwa perkembangan lingkungan Rusun Barokah sangat baik. “Di Taiwan tidak ada yang seperti ini. Tapi tahun lalu, ketika saya ke Filipina, saya juga melakukan kunjungan seperti ini. Ketika saya masuk ke rumah mereka, sebelumnya kondisi air dan kesehatan mereka benar-benar buruk,” ujar Huang Chi Ning.
Ia mengungkapkan bahwa Tzu Chi membangun rumah ini dengan tujuan membantu warga prasejahtera agar memiliki tempat tinggal yang layak huni. “Tzu Chi ingin memperbaiki keadaan tempat tinggal warga dan membantu orang-orang yang dalam kesulitan agar memiliki hunian yang lebih baik,” ucapnya.
Elly Wijaya relawan dari komunitas He Qi Barat 2 mendampingi dan membantu penerima manfaat membawakan 5 kg beras.
Bagi para relawan Tzu Chi, pembangunan fisik hanyalah langkah awal. Yang terpenting adalah membangun kehidupan dan semangat baru bagi para penerima manfaat. Kunjungan satu tahun Rusun Barokah ini bukanlah akhir dari perhatian Tzu Chi kepada para penghuninya, melainkan penguat komitmen untuk terus hadir, mendampingi, agar warga senantiasa sehat dan mampu melahirkan generasi penerus yang berkualitas.
Editor: Metta Wulandari