Melatih Kepekaan Melestarikan Lingkungan

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 

fotoDibekali sebuah kantong plastik, sarung tangan, dan masker, siswa-siswi SMP Santo Yoseph ini dengan semangat melakukan pemilahan sampah di Posko Daur Ulang Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat.

Lagi nyari-nyari daur ulang kertas. Misahin sampah tujuannya buat lingkungan biar lebih bersih,” pungkas Tania (11) siswa kelas 1 SMP Santo Yoseph Jakarta. Selasa 15 Desember 2009, ia bersama dengan teman-temannya di Santo Yoseph datang berkunjung ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta. Selain siswa-siswi SMP Santo Yoseph, siswa-siswi SMP Budi Mulia Jakarta juga turut hadir dalam kunjungan itu.

Mengenal Sampah
Tania yang saat memilah sampah ini selalu bersama Vera (12), sahabatnya di kelas mengatakan selama ini selalu membuang sampah pada tempatnya. Namun untuk memilah sampah belum pernah sekalipun dilakukan. “Tidak pernah terbayang sampah bisa seperti ini,” ujarnya.

Karena pemilahan ini menjadi yang pertama bagi mereka berdua, maka tak heran jika awalnya mereka pun ragu-ragu dalam mengambil kertas-kertas yang hendak dikumpulkan. Ragu-ragu karena mereka tidak terbiasa dengan kecoa. “Engga takut sih sebenernya, cuma geli aja,” ungkap Vera sambil tersenyum. Meski begitu, mereka pun tetap bertemu dengan kecoa saat mengambil kertas-kertas yang akan dimasukkan ke dalam kantong plastik. “Sempet ketemu kecoa, tidak geli karena sudah dimasukin ke dalam plastiknya. Berani, karena tidak megang langsung,” kata mereka berdua kompak.

Samuel, seorang siswa kelas 1 dari SMP Budi Mulia yang ikut dalam pemilahan sampah juga mengatakan, ia merasa warga Jakarta itu bak (tempat sampah-red) sampahnya banyak sekali. Padahal jika dipikir sekilas, ia merasa tidaklah sebanyak itu. Dari presentasi lingkungan yang disampaikan ia pun mengambil sebuah kesimpulan bahwa kita harus menjaga kelestarian lingkungan. “Melatih kita melestarikan lingkungan agar Jakarta makin bersih,” tandasnya.  

foto  foto

Ket : - Sebuah pertunjukan bahasa isyarat tangan ditampilkan oleh siswa-siswi SD, SMP, dan SMK Cinta Kasih Tzu             Chi kepada para siswa dan siswi SMP Santo Yoseph Jakarta dan SMP Budi Mulia. (kiri)
         - Siswa-siswi dari 3 sekolah berbeda ini berbaur menjadi satu melakukan pemilahan sampah. Jika biasanya            sampah di rumah mereka hindari, hari itu dengan antusias mereka malah mengambil dan memilah sampah            yang dapat didaur ulang. (kanan)

Kolaborasi Tiga Sekolah
Usai memilah sampah, para peserta kunjungan ini diajak untuk menyaksikan presentasi beberapa kegiatan pelestarian lingkungan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang disampaikan oleh para guru dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Salah satu contohnya adalah bagaimana siswa dan siswi Sekolah Cinta Kasih diwajibkan membawa alat makan sendiri saat hendak membeli makanan dan minuman di kantin sekolah. Dengan menggunakan alat makan pribadi, tentu akan lebih bersih, sehat, higienis dan tentunyan mengurangi banyak pemakaian plastik sebagai wadah makanan.

“Coba hitung, kalau sekali istirahat 250 anak membeli makanan dan minuman maka sudah 500 kantung plastik yang digunakan. Kalau istirahatnya 2 kali sudah 1000 kantung plastik. Itu dalam sehari, coba dikali 6 hari saja, sudah berapa banyak kantung plastik yang dipakai dan terbuang. Sementara untuk mendaur ulang kantung plastik dibutuhkan waktu yang sangat lama,” jelas Eko, salah satu guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Siswa-siswi peserta kunjungan ini pun lantas mengganggukkan kepala pertanda mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan.

Di akhir kunjungan, Sigit, salah satu perwakilan dari SMP Budi Mulia mengucapkan terima kasih karena kedatangan mereka dilayani begitu baik. “Ini menjadi pengalaman yang berharga karena bisa diterapkan di sekolah dan di rumah. Dari pengalaman hari ini kami menjadi terbuka,” paparnya.

foto  foto

Ket : - Tumpukan sampah yang menggunung yang ada di hadapan siswa-siswi SMP Budi Mulia ini seakan berkata            kepada mereka betapa banyaknya sampah yang telah dihasilkan oleh perilaku kita sehari-hari. (kiri).
        - Usai memilah sampah, para peserta pun membersihkan tangan mereka. Di saat inilah, siswa-siswi Sekolah            Cinta Kasih Tzu Chi mengajarkan cara mencuci tangan yang hemat air kepada mereka. (kanan)

Dalam kesempatan itu, ia juga mengaku terkesan dengan cara mencuci tangan yang dicontohkan oleh siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. “Saya terkesan dengan cara mencuci tangan diperagakan, sedikit sekali memakai air. Berbeda dengan di Budi Mulia, jika mereka pipis air keran yang keluar sama derasnya dengan air pipis mereka,” kata Sigit. Mendengar gurauan tersebut siswa-siswi Budi Mulia pun tertawa.

Sementara itu, Jerry, guru dari SMP Santo Yoseph mengatakan hari ini mereka sudah banyak belajar dari pemilahan sampah. “Jika selama ini kita menjadi orang yang membuang sampah. Hari ini kita belajar merawat sampah. Sehingga baiklah kita mulai terbuka hatinya dan menjadi lebih rendah hati,” ungkapnya.

Ia pun juga mengucapkan terima kasih karena dengan adanya kunjungan hari ini, anak-anak dapat lebih peduli akan pentingnya pelestarian lingkungan, serta menumbuhkan kesadaran bahwa sampah itu juga berguna. “Semoga dengan belajar di Tzu Chi kita bisa mengerti bahwa sampah bisa bermanfaat,” ungkapnya.

“Saya kira lingkungan Budi Mulia dan Santo Yoseph sama, jika kita bekerjasama (saya) rasa Mangga Besar akan bersih,” ajaknya kepada seluruh siswa-siswi yang kemudian disambut tepuk tangan meriah semua peserta. Sebelum meninggalkan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Jerry mewakili kedua sekolah memberikan plakat pertanda ungkapan terima kasih kepada Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, dan tanda persaudaraan di antara ketiga sekolah. Usai belajar memilah sampah, para siswa dan siswi pun kini memahami betapa kelestarian lingkungan perlu dijaga demi anak cucu  dan generasi mendatang.

 

 
 

Artikel Terkait

 Cinta Kasih dan Rasa Syukur dalam Tindakan Nyata

Cinta Kasih dan Rasa Syukur dalam Tindakan Nyata

11 Januari 2019

Sebagai wujud rasa syukur dan juga sebagai momentum untuk saling bersilaturahmi, Minggu 6 Januari 2019, Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan Pemberkahan Akhir Tahun Gan En Hu. Sebanyak 31 orang penerima bantuan merasakan sukacita kala para relawan menyambut mereka bagaikan menyambut kepulangan keluarga sendiri.

Menyambung Kembali Jalinan Jodoh

Menyambung Kembali Jalinan Jodoh

20 November 2014

17 relawan komunitas Hu Ai Kelapa Gading yang di dikoordinir oleh Wie Siong Shixiong dan Yusdeli Shijie. Mereka akan melakukan kunjungan kasih ke rumah-rumah relawan yang terdapat di Kelapa Gading dan Bekasi. Terdapat tiga relawan di Kelapa Gading, Tjan Rita, Inge Linarty, dan Margaretha, sementara itu di Bekasi juga ada Kartini yang akan dikunjungi. 

Aliran Cinta Kasih Tiada Henti

Aliran Cinta Kasih Tiada Henti

25 Februari 2011 Karya cinta kasih Tzu Chi telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dan jutaan relawannya pun telah melaksanakan misi-misi Tzu Chi yang merupakan tekad Master Cheng Yen di saat hendak mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi 45 tahun silam.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -