Melengkapi Kebahagiaan

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto

doc tzu chi

Di tengah rintik hujan, relawan Tzu Chi dan guru Sekolah Tzu Chi Indonesia mengecat rumah Uri, salah seorang warga penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Jagabita, Parung, Bogor.

Lengkap sudah kebahagiaan Uri siang itu. Ditemani rintik hujan yang mengguyur, paras wajah wanita berusia 60 tahun ini terlihat sangat bahagia. Laksana rintik hujan yang membasahi tanah, hati Uri pun basah oleh bulir-bulir perhatian yang diterimanya. Uri adalah salah satu dari penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Desa Jagabita, Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hari itu paripurna sudah berkah yang diterimanya, tatkala relawan Tzu Chi menyempurnakan bangunan rumahnya dengan cat berwarna putih yang melapisi tembok rumahnya. Rumah itu pun kini tampak lebih bercahaya.

Setelah pada pertengahan tahun lalu (23 Juli 2016) rumahnya dibongkar untuk dibangun kembali, tiga bulan kemudian rumah baru Uri pun selesai. Warga RT 01/04 ini pun mulai dapat menempati rumahnya pada tanggal 2 Oktober 2016. Rumah baru ini pun sudah cukup membahagiakan dan menenteramkan batin wanita yang sehari-hari bermata pencaharian sebagai buruh tani ini. “Kalau dulu mah kalo mau tidur dan pas hujan saya sering menangis karena kebocoran, tetapi sekarang alhamdulillah dah tenang,” ungkapnya. Dan pagi ini, Uri bersama 10 orang penerima bantuan Bebenah Kampung Tahap 1 di Desa jagabita ini kedatangan 91 orang relawan (56 relawan dan 35 guru dari Sekolah Tzu Chi Indonesia) yang akan memperindah rumahnya dengan cat berwarna putih.

Uri semakin terharu karena siang itu, Sabtu, 14 Januari 2017, hujan tak hentinya mengguyur desanya. Tak ayal, relawan yang bekerja pun harus mengenakan jas hujan agar dapat mengecat dinding rumahnya. “Terima kasih banyak, saya terharu banget ngeliatnya, meski hujan tetap pada mau bantu saya,” ungkapnya.

doc tzu chi

Uri dengan penuh semangat mengantarkan relawan yang akan mengecat rumahnya.

doc tzu chi

Vissia Budi Apriliana, guru bahasa Inggris Sekolah Tzu Chi Indonesia merasa bersyukur bisa ikut berpartisipasi membantu mengecat rumah warga.

Hal yang sama diungkapkan Amsori, warga lainnya yang juga menantu Uri. “Alhamdulillah, saya banyak terima kasih sama Tzu Chi, dulu nggak enak makan nggak enak tidur, alhamdulillah sekarang pikiran lebih tenang,” ungkapnya bahagia setelah melihat rumahnya dicat relawan. Bapak empat orang anak ini juga berjanji untuk merawat dan menjaga rumah barunya. “Yah nanti ke depannya kalo ada kerusakan-kerusakan kecil (bocor) bakal langsung saya betulin,” janjinya.

Mengabdikan Diri di Masyarakat

Sebagai seorang guru, kemampuan Vissia Budi Apriliana tampaknya tak perlu diragukan lagi. Pengalaman mengajarnya lebih dari 12 tahun. Di Sekolah Tzu Chi Indonesia sendiri guru bahasa Inggris ini mengajar sudah dua tahun. Tapi, untuk urusan “mengecat” rumah, tampaknya ia mesti beberapa kali mencoba hingga akhirnya terbiasa melapisi dinding rumah dengan cat. “Iya, ini pengalaman pertama kali, dan ternyata tidak semudah yang dibayangkan,” ungkapnya. “Untungnya saya nggak sendirian, yang lain juga banyak yang baru pertama kali ngecat,” katanya sembari tersenyum. Sambil mengenakan jas hujan, Vissia terus melapisi dinding depan rumah Ibu Uri dengan cat putih meski dibayangi tetesan air hujan yang cukup deras membasahi tubuhnya.

Vissia hadir bersama rekan-rekannya, sesama pengajar di Sekolah Tzu Chi Indonesia tak lain untuk ikut berpartisipasi bersama relawan Tzu Chi dalam membantu masyarakat kurang mampu. “Ini sebenarnya program dari departeman bahasa Inggris juga agar kita bisa berpartisipasi dalam program ini,” terangnya, “kebetulan tahun ini saya juga bertekad untuk bisa mengaplikasikan ilmu saya di masyarakat dan juga ikut membantu masyarakat kurang mampu.” Meski merupakan kegiatan bakti sosialnya yang pertama, namun Vissia merasa tak kesulitan untuk berpartisipasi. “Di sini ada relawan yang membimbing, kebersamaannya terasa dan bagus sekali. Lagi pula segala sesuatunya sudah dipersiapkan dengan baik, jadi kita hanya menjalankannya saja. Tzu Chi program jangka panjangnya sudah jalan, terlihat dari kegiatan baksos yang dilaksanakan,” kata Vissia.

Selama dua tahun mengajar di Sekolah Tzu Chi Indonesia (Tzu Chi School), Vissia merasakan banyak perbedaan dari tempat mengajarnya dulu. Selain jumlah murid yang lebih banyak, di Tzu Chi School juga para guru maupun staf diberikan kesempatan untuk mengabdikan diri di masyarakat, seperti mengikuti bakti sosial maupun kunjungan kasih ke panti maupun warga kurang mampu lainnya. “Bisa membantu orang itu sangat membahagiakan, kita sering bilang ke anak-anak (murid –red), ayo kita bantu orang yang kurang mampu, dan kali ini kita dikasih kesempatan untuk mempraktikkannya, jadi nggak hanya teori saja, tetapi kita juga bisa bercerita tentang pengalaman kita,” ujarnya.

doc tzu chi

Yuli Natalia, Ketua He Qi Utara 1 juga ikut mengecat rumah warga. Meski turun hujan, menurut Yuli hasilnya akan tetap baik jika dilakukan dengan sepenuh hati.

doc tzu chi

Relawan berfoto bersama sebelum mengecat rumah Uri.

Lebih Menyadari Berkah

Sebagai Ketua He Qi Utara 1 yang mengoordinasikan kegiatan dan relawan di wilayahnya, Yuli Natalia sebenarnya cukup teliti dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Maka ketika ia dan relawan di wilayahnya diajak untuk berpartsipasi dalam pengecatan rumah warga di jagabita ini, ia pun melakukan berbagai persiapan untuk pelaksanaannya, termasuk menyiapkan peralatan, prosedur mengecat, hingga teknik melapisi dinding hingga merata dan sempurna. “Dua hari sebelumnya kita adakan briefing di rumah saya, untuk ajari cara ngecat, nyampur catnya, berapa persen air dan catnya, kayak bikin adonan kue gitu, tapi ternyata tidak semudah itu melakukannya di lapangan,” ujarnya sembari tersenyum.

Ditambah hujan yang mengguyur, semakin lengkaplah tantangan kegiatan ini bagi relawan dan guru-guru dari Sekolah Tzu Chi Indonesia. Meski begitu, Yuli yakin jika dilakukan dengan sepenuh hati hasilnya pasti akan tetap baik. “Karena hujan mungkin hasil kerjanya nggak terlalu maksimal, tapi kita bersyukur juga dengan kondisi ini akhirnya kita jadi nggak kepanasan. Kita lihat di sisi positifnya,” ungkapnya. Menurutnya, kondisi hujan juga bisa membawa “berkah”, dimana relawan yang mengenakan jas hujan jadi tak kegerahan. “Karena awalnya kita persiapkan jas hujan ini juga bukan karena antisipasi hujan saja, tetapi juga agar seragam relawan dan guru tidak terpercik cat yang akan susah dihilangkan nantinya,” jelasnya.

Komunitas He Qi Utara 1 sendiri terdiri dari para relawan yang tinggal di sekitar Aula Jing Si (Pantai Indah Kapuk) dan Muara Karang, karena itu mereka jarang menangani program-program seperti bebenah kampung. Karena itulah Yuli berinisiatif mengajak relawan di komunitasnya, termasuk para guru Tzu Chi School untuk ikut berpartisipasi dalam pengecatan rumah warga Desa Jagabita ini. “Nggak cuma ngecat aja, tetapi yang penting adalah rasa bersyukur atas berkah yang mereka miliki, bisa interaksi bersama warga.  Para guru juga diajak agar mereka lebih mengerti Tzu Chi dan lebih aktif ikut dalam komunitas Tzu Chi. Karena itu relawan yang ikut juga penting agar bisa bisa mendampingi para guru,” ungkapnya.

doc tzu chi

Kondisi rumah Uri setelah dicat.

Bentuk Kepedulian

Awaludin, Sekretaris Desa Jagabita menyampaikan apresiasinya terhadap perhatian dan kerja relawan Tzu Chi untuk warganya. Menurutnya, apa yang dilakukan relawan Tzu Chi ini merupakan bentuk kepedulian kepada sesama. Terlebih di tengah kondisi cuaca hujan relawan tetap bersemangat mengecat rumah warga. “Kalau semua pihak bisa seperti ini (saling membantu) maka saya yakin bangsa Indonesia ini akan lebih maju,” ujarnya di Balai Desa jagabita. Dari data yang dimilikinya, di Desa Jagabita ini terdapat 300 rumah yang kurang layak huni, dimana 150 unit rumah akan diperbaiki oleh pemerintah, dan sekitar 40 unit akan dibantu Tzu Chi, sementara sisanya menjadi tugas dan tanggung jawab aparat pemerintahan Desa Jagabita. “Semoga Tzu Chi bisa terus membantu warga desa kami, dan tahun 2018 diharapkan tidak ada lagi rumah yang kurang layak huni, sehingga kesejahteraan dan kesehatan masyarakat lebih terjamin. Mereka tidak lagi khawatir akan tempat tinggalnya, tetapi sudah harus mulai memikirkan peningkatan pendidikan dan kualitas hidup anak-anaknya,” terang Awaludin.


Artikel Terkait

Survei Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Semanan

Survei Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Semanan

09 Maret 2020

Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2 melakukan survei Program Bebenah Kampung Tzu Chi di wilayah RW 01, Kelurahan Semanan, Kali Deres, Jakarta Barat. Dalam kegiatan pada Sabtu, 7 Maret 2020 ini, relawan mensurvei 23 rumah yang tidak layak huni di wilayah tersebut.

Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah

Dimulainya Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah

12 Oktober 2023

Program Bebenah Kampung kerja sama antara Tzu Chi Indonesia dengan Pemprov DKI Jakarta di Palmerah, Jakarta Barat dimulai hari ini (12/10/2023). Kegiatan diawali dengan pembongkaran 2 rumah yang akan dibangun.

Program Bebenah Kampung di Kamal Muara

Program Bebenah Kampung di Kamal Muara

28 November 2019
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali melaksanakan Program Bebenah Kampung di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Berkat jalinan jodoh yang baik, 10 rumah yang tidak layak huni dibangun kembali oleh Tzu Chi. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu masyarakat memiliki rumah yang layak untuk di huni sehingga kualitas kehidupan mereka dapat meningkat.
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -