Melukiskan Kebahagiaan Dalam Hati

Jurnalis : Dina (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen (He Qi Utara)

Tanggal 13 September 2015, relawan komunitas Hu Ai Jelambar kembali melakukan kunjungan ke panti Tresna Werdha Sasana.

“Dua hal yang tidak bisa di tunda yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan”, itulah kata-kata Master Chen Yen yang selalu di tanamkan dalam hati relawan Tzu Chi, demi mempraktikkan hal tersebut maka relawan komunitas Hu Ai Jelambar mengadakan kunjungan ke Panti Jompo Sasana Tresna Werdha, Jelambar, Jakarta Barat. Hari Minggu, tanggal 13 September 2015, terdapat 29 relawan yang terlibat dalam kunjungan tersebut. Selain relawan, juga ada beberapa calon relawan yang untuk pertama kalinya mengikuti kegiatan ini. Salah satunya adalah Adelin dan Stephani yang berasal dari Medan yang kini bermukim di wilayah Cilandak, Jakarta Selatan. Walaupun tempat tinggal mereka jauh, namun mereka memiliki semangat yang kuat untuk datang dan memberikan kebahagiaan serta menghibur oma dan opa yang ada di panti.

Terpancar kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dari para relawan maupun oma opa yang ada panti, ada yang mengunting kuku, memotong rambut, atau memijat oma opa. Salah satu oma yang ada di panti yaitu Oma Siti Sundari (82), mendengar akan ada kunjungan dari relawan Tzu Chi, ia sangat bahagia dan antusias. Sejak pukul 4 subuh ia sudah bangun dan mandi, bersih hingga kukunya. Ia ingin agar relawan merasa nyaman saat memotong kukunya.

Panti Jompo ini merupakan milik pemerintah yang menampung para lansia yang terlantar di jalanan, jumlah penghuninya kurang lebih 91 orang dengan usia antara 50-85 tahun. Di antaranya juga terdapat beberapa lansia yang sakit dan tidak bisa berjalan sehingga mereka membutuhkan bantuan kursi roda. Selain insan Tzu Chi yang memberi perhatian, juga terdapat beberapa donatur dari warga sekitar yang rutin memberikan sumbangan berupa materi.

Relawan membimbing Adelin dan Stephani yang baru pertama kali mengikuti kunjungan kasih ke panti jompo

Oma Jumini mendapat perhatian dari relawan. Tidak dendam terhadap adik–adiknya yang tidak mau menerimanya, dan menjalani hidup dengan penuh optimis adalah pesan yang ingin Oma Jumini sampaikan kepada setiap orang.

“Memberikan kebahagiaan dan mengisi kekosongan batin para oma dan opa adalah tujuan dari kunjungan rutin ke panti jompo ini,” kata Veronica Shijie, koordinator kegiatan ini. Kunjungan ini rutin dilakukan setiap dua bulan sekali, jalinan jodoh antara Tzu Chi dengan panti jompo sudah berjalan lebih kurang 1 tahun sehingga oma opa di sini sudah kenal dengan beberapa relawan. Oma opa dan relawan bersama-sama bernyanyi dan menari, melakukan isyarat tangan Satu Keluarga, sehingga membuat suasana lebih meriah dan hidup.

Optimis menjalani hidup

Oma Jumini (73) sudah 4 tahun tinggal di panti jompo, ia adalah anak pertama dari 3 saudara yang berasal dari Indramayu. Karena suami dan anaknya sudah meninggal, Oma Jumini merasa sebatang kara karena adik-adiknya tidak ada yang mau mengurus dan menerimanya. Maka demi kelangsungan hidup Oma Jumini akhirnya memutuskan untuk ke Jakarta untuk mencari nafkah. Namun sesampainya di Jakarta, ia harus berjuang keras untuk bisa menyambung hidup dengan bekerja serabutan. Semua pekerjaan sudah dilakukan, namun nasib berkata lain. Empat tahun lalu, Oma Jumini menderita katarak yang membuat kedua matanya tidak bisa melihat, sehingga tidak bisa bekerja lagi. Selama di Jakarta, ia tinggal di dekat asrama salah satu SMA di Cikini karena kebaikan seorang kepala sekolah tersebut yang menampungnya. Namun karena ia tidak bisa bekerja lagi, kepala sekolah tersebut pun tidak bisa menanggung biaya hidupnya sehingga Oma Jumini diserahkan ke kecamatan Cikini untuk ditampung di salah satu panti jompo milik pemerintah. Akhirnya Oma Jumini diantar ke panti jompo ini dan atas bantuan dari kecamatan tersebut, Oma Jumini bisa melakukan operasi katarak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan operasinya berhasil sehingga Oma dapat melihat kembali.

Memperhatikan dan menjawab kebutuhan sesama adalah jalinan ketulusan antarsesama.

Oma Opa dalam panti bersama dengan relawan bernyanyi dan menari bersama, suasana menjadi lebih akrab dan hidup.

Tidak dendam terhadap adik-adiknya yang tidak mau menerimanya dan menjalani hidup dengan penuh optimis adalah pesan yang ingin Oma Jumini sampaikan kepada semua orang yang berbincang dengannya. Di usianya yang semakin renta, ia masih memiliki semangat untuk mengisi hidupnya dengan membuat keset, dimana pelatihannya diberikan oleh pengurus panti. Dalam sebulan oma bisa membuat 6 buah keset yang ia jual kepada para donatur yang datang, hasil penjualan dapat ia gunakan apabila sewaktu-waktu ia harus berobat ke dokter di luar panti. 

Walaupun oma opa bukanlah orang tua kita, namun mereka merupakan orang tua bagi anak-anak mereka, kebahagiaan mereka terlukiskan dalam hati setiap relawan.


Artikel Terkait

Perhatian Bersama Sentuhan Cinta Kasih

Perhatian Bersama Sentuhan Cinta Kasih

25 Juli 2014
Pada hari Minggu pagi tanggal 20 Juli 2014, sebanyak 53 orang  relawan Tzu Chi beserta Tzu Ching melakukan kunjungan kasih ke Panti Jompo Santa Anna di Jalan M No 40 Gang Mazda, Teluk Gong. Sejak pukul 08.00 WIB mereka sudah mulai berdatangan.

 

 

Perasaan Seperti Pulang ke Rumah Sendiri

Perasaan Seperti Pulang ke Rumah Sendiri

08 April 2014
Opa dan oma yang sudah tahu kami akan datang segera bergegas ke teras panti menunggu kami. Alunan musik dangdut seakan menyambut relawan yang datang disertai senyum bahagia di wajah mereka. Pelukan dan ciuman di kening relawan segera mendarat seakan melihat cucu datang mengunjungi mereka.
Melukiskan Kebahagiaan Dalam Hati

Melukiskan Kebahagiaan Dalam Hati

22 September 2015

Walaupun tempat tinggal mereka jauh, namun mereka memiliki semangat yang kuat untuk datang dan memberikan kebahagiaan serta menghibur oma dan opa yang ada di panti.

Walaupun tempat tinggal mereka jauh, namun mereka memiliki semangat yang kuat untuk datang dan memberikan kebahagiaan serta menghibur oma dan opa yang ada di panti.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -