Memperkaya Budaya Humanis

Jurnalis : Evita (He Qi Barat), Fotografer : Dady (He Qi Pusat), Evita (He Barat), Indra (Tzu Ching)
doc tzu chi

Interaksi anak-anak yang mengikuti Kamp Bimbingan Budi Pekerti (Er Tong Ban) dengan DaAi Mama.

Kamp Bimbingan Budi Pekerti (Er Tong Ban) yang berlangsung pada 4-5 Maret 2017 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK diikuti oleh 141 peserta dari total 158 peserta terdaftar. Kegiatan ini diadakan saat pertemuan kedua dari kelas budi pekerti. Karena sebelumnya kamp ini  diadakan di akhir pertemuan kelas sebagai acara penutupan.

"Dari pengalaman kami yang sebelumnya diadakan di bulan terakhir, mereka sudah begitu kompak tapi kelasnya sudah mau bubar," jelas Maria Fintje, kordinator kelas budi pekerti komunitas relawan He Qi Pusat. Dengan perubahan ini, diharapkan para xiao pu sha (Bodhisatwa cilik) bisa menjadi lebih akrab dan kelas kita bisa berjalan dengan lebih maksimal.

Anak-anak diajak untuk memilah barang yang bisa didaur ulang dalam Kamp Bimbingan Budi Pekerti (Er Tong Ban) sebagai pembelajaran untuk melestarikan lingkungan.

Pelestarian lingkungan merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam kamp kali ini. Supaya menarik, materi ini dibawakan dalam bentuk permainan. Anak-anak diajak untuk memilah barang yang bisa didaur ulang dahulu sebagai kupon untuk ditukarkan dengan sandwich (roti berlapis-red). Misalnya, kalau seorang anak bisa memilah tiga botol plastik, mereka bisa menukarnya dengan dua sandwich.

“karena banyak orang tua sendiri yang masih belum mengerti tentang pelestarian lingkungan, jadi dengan ini diharapkan anaknya jadi bisa ngasih tau orang tuanya,” jelas Da Ai Mama (orang tua pendamping kelas budi pekerti-red) yang juga mengajar kelas budi pekerti di Cengkareng ini. Para DaAi Mama juga berharap supaya anak-anak dapat mengerti tentang bumi yang harus diselamatkan.

Vanessa (10), peserta dari kelas budi pekerti Tzu Chi Tangerang merupakan salah satu peserta yang paling antusias dalam materi pelestarian lingkungan ini. Ia mengaku senang karena dalam permainan ini dia bisa belajar daur ulang. Tahun ini merupakan tahun pertamanya di kelas budi pekerti setelah diajak oleh teman orang tuanya. Vanessa merasa sangat bersyukur bisa mengikuti kelas budi pekerti ini. “Pengen dapet temen sama pengen makanannya, soalnya makanannya enak-enak,” ungkapnya.

Leticia Maitri (kiri) sedang melakukan koordinasi dalam mengisi acara Kamp Bimbingan Budi Pekerti (Er Tong Ban

Materi yang disampaikan dalam kamp kali ini lebih banyak dari sebelumnya. Selain budi pekerti, ada juga sesi renungan malam yang dibawakan oleh Tim Dhasyat Tung Desem Waringin, salah satu motivator yang terkemuka di Indonesia. “Kita beruntung kita bisa mendapatkan mereka, dan mereka juga bersedia datang, itu sudah luar biasa,” kata Maria. Melalui sesi ini,anak-anak diajarkan untuk lebih bisa menahan emosi, lebih mandiri, dan lebih berbakti.

Sebelumnya DaAi Mama dan DaAi Baba yang mengurus seluruh kegiatan budi pekerti, tetapi dalam kegiatan ini peran DaAi gege dan DaAi jiejie perlahan mulai terlihat. “Sebenarnya dari usul Mei Rong shigu (panggilan untuk relawan komite perempuan-red) kita mau quan chen (warisan), kita melihat gege (kakak laki-laki-red) dan jiejie (kakak perempuan-red) mempunyai potensi yang bisa diandalkan. Tetapi diluar itu para shigu juga tetap mendampingi,” tambah Maria. Beliau mengaku merasa senang karena gege dan jiejie lebih kreatif, anak-anak juga lebih dekat dengan mereka jika dibandingkan dengan shigu.

Vanessa, peserta Kamp Bimbingan Budi Pekerti (Er Tong Ban) dari kelas budi pekerti Tzu Chi Tangerang sedang mencatat beberapa materi dalam kamp.

Salah satunya adalah Leticia Maitri salah satu dari lulusan kelas budi pekerti Tzu Shao Ban yang telah menjadi DaAi jiejie. Selain melatih kemampuan berbicara didepan banyak orang, ia merasa dengan menjadi MC menjadi lebih tau cara berhadapan dengan anak-anak. “Harus tahan emosi kalau sama anak-anak, harus tau kapan kita harus serius kapan bercanda,” ujar Leticia. Ia mengaku sangat senang ketika anak-anak antusias di kelas. “Setelah sekian lama yang tadinya mereka gak mau dengerin kita yang umurnya gak jauh dari mereka akhirnya bisa respect (peduli) sama kita,” ungkap Leticia.

Selain Leticia ada juga jiejie Sherina Bellami (17). Sherina sudah bergabung di Tzu Chi sejak 2012 sebagai Tzu Shao. Sebagai ketua kelas untuk kamp kali ini, ia selalu mengingatkan dan mengevaluasi anak-anak jika tidak berperilaku humanis. "Semoga habis kamp ini anak-anak lebih berbakti sama orang tua dan bisa mengaplikasikan di rumah apa yang udah diajarkan selama dua hari," ucap Sherina.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Memperkaya Budaya Humanis

Memperkaya Budaya Humanis

03 April 2017

Pada 4-5 Maret 2017 diadakan Kamp Bimbingan Budi Pekerti (Er Tong Ban) yang berlangsung di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK. Kegiatan ini diikuti oleh 141 peserta dari kelas budi pekerti.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -