Memperkenalkan Pelestarian Lingkungan Sejak Dini

Jurnalis : Indarto (He Qi Barat 1), Fotografer : Indarto, Markus (He Qi Barat 1)

Seperti yang kita ketahui saat ini bumi sedang dilanda sakit yang sudah cukup parah yaitu pemanasan global (Global Warming). Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer bumi, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global dapat dikurangi efeknya terhadap bumi dan penghuninya dengan berbagai cara. Salah satu hal yang dapat kita lakukan di antaranya dengan bervegetaris dan menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya. Untuk menjaga kelestarian lingkungan, cara termudah adalah dengan hemat menggunakan sumber daya alam seperti air dan listrik. Agar kesehatan bumi dapat terjaga terus dengan cara pelestarian lingkungan, maka sedini mungkin pelestarian lingkungan harus diperkenalkan kepada anak-anak yang merupakan sumber penerus bangsa untuk menjaga bumi ini.

Pada Minggu, 01 juli 2018, kelas budi pekerti diadakan dengan tema pelestarian lingkungan. Acara ini dimulai sejak pukul 08.30 sampai dengan pukul 12.00 WIB di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi gedung B lantai 2 (dua) Cengkareng. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan relawan komunitas He Qi Barat 1 dan 2. Pada kesempatan ini, acara yang disiapkan sebanyak 31 orang relawan ini memperkenalkan bagaimana cara untuk melakukan pelestarian lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara menghemat sumber daya alam seperti air dan listrik serta melakukan kegiatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).


Para siswa tergabung dari kelas Qin Zi Ban, Er Thong Ban, dan Tzu Shao Ban sedang mendengarkan arahan dari para relawan pendidikan pembimbing kelas.


Para siswa melakukan empat kegiatan sekaligus dengan menggunakan 600 ml air untuk menggosok gigi, cuci muka, cuci tangan, dan minum.

Kelas budi pekerti dibagi ke dalam tiga kelompok yang terdiri dari kelas budi pekerti kecil (Qin Zi Ban), kelas budi pekerti besar (Er Thong Ban), dan kelas Tzu Sao Ban dengan total sebanyak 50 siswa. Sebelumnya para siswa diminta membawa air minum dalam kemasan 600 ml, handuk kecil dan peralatan untuk menyikat gigi dari rumah. Di dalam kegiatannya, siswa diminta untuk melakukan 4 kegiatan sekaligus yaitu menyikat gigi, mencuci muka, mencuci tangan, dan air minum. Kebanyakan dari anak-anak berhasil mempraktekan keempat kegiatan itu dengan menggunakan air mineral yang dibawanya. Rata-rata mereka masih memiliki sisa air dari total air yang dibawanya.

Salah satu siswa hanya menggunakan sedikit sekali air untuk melakukan keempat kegiatan itu. Zukko Wong hanya menggunakan kurang lebih ¼ dari total 600 ml air yang dibawanya. Saat ditanya bagaimana cara menggunakan sedikit air untuk melakukan keempat kegiatan tersebut, siswa yang saat ini tengah berada di kelas Er Thong Ban tersebut menjawab dengan polosnya, “Setelah selesai gosok gigi, saya hanya kumur-kumur 1 kali, kemudian saya menggunakan sedikit air untuk mencuci muka sekalian mencuci tangan saya, kemudian saya minum 1 teguk air.”


Zukko Wong menjelaskan bagaimana hanya menggunakan ¼ jumlah air dari total 600 ml air mineral yang dibawanya untuk dipergunakan dalam empat kegiatan sekaligus.

Selain melakukan berbagai kegiatan tersebut, para siswa juga diajak untuk melakukan salah satu dari gerakan 3R (Reduce, Reuse, & Recycle). Reuse yakni menggunakan kembali barang yang sudah dipakai atau mendaur ulangnya kembali. Botol air mineral yang dibawa oleh siswa, setelah habis digunakan, sisa botol air mineral tersebut dipergunakan kembali. Para siswa diberikan tutorial untuk membuat sebuah karya berbentuk pekerjaan tangan melalui tayangan video. Para siswa yang dibantu orang tua dan relawan kemudian membuat botol yang telah habis dipakai menjadi sebuah hasil karya berupa celengan dalam bentuk babi.

Dari serangkaian kegiatan kelas budi pekerti tersebut, para relawan juga menyisipkan tiga video yang masing-masing mengajarkan kepada kita bahwa pentingnya menghemat sumber daya alam untuk kelangsungan hidup orang banyak. Memperkenalkan kondisi bumi yang semakin tidak baik karena pemanasan global, dan bagaimana menjaga bumi serta mengurangi pemakaian plastik dalam kehidupan sehari-hari.


Para siswa mempraktikkan kegiatan daur ulang dengan membuat sebuah karya celengan berbentuk babi dari botol bekas air minum yang dibawanya.


Beberapa siswa menunjukkan hasil dari karya tangan daur ulang mereka.

Kelas budi pekerti ditutup dengan penuangan celengan bambu oleh para siswa. Seperti dalam Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Melestarikan lingkungan yang sesungguhnya adalah mencintai gunung, lautan, dan segala sesuatu di dunia ini. Kegiatan pelestarian lingkungan selain membersihkan gunung, lautan, dan daratan juga harus membersikan lingkungan batin. Jika tidak ingin kekurangan sumber daya alam, kita seharusnya mulai belajar untuk menghargainya.” Semoga dengan diperkenalkannya pelestarian lingkungan sejak dini bisa membuat lingkungan di sekitarnya menjadi lebih baik.

Editor: Yuliati

1.      Para siswa mempraktikkan kegiatan daur ulang dengan membuat sebuah karya celengan berbentuk babi dari botol bekas air minum yang dibawanya.


Artikel Terkait

Mengembangkan Rasa Kasih Sayang Kepada Semua Makhluk Hidup

Mengembangkan Rasa Kasih Sayang Kepada Semua Makhluk Hidup

29 November 2023

Siswa-siswi Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini belajar apa itu Kasih Sayang. “Kasih sayang adalah perasaan mengasihi secara universal kepada sesama makhluk hidup tanpa membedakan latar belakangnya.” Terang Lisa Mama.

Mengenalkan Cinta Kasih Sejak Dini

Mengenalkan Cinta Kasih Sejak Dini

03 Oktober 2016
Minggu, 25 September 2016, pukul 09.00 WIB, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan Kelas Tzu Shao (kelas budi pekerti bagi siswa SMP dan SMA).
Menerapkan Pendidikan Melalui Kegiatan Sehari-hari

Menerapkan Pendidikan Melalui Kegiatan Sehari-hari

21 Oktober 2014 Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan kamp Ertongban (Kamp kelas budi pekerti) selama 2 hari satu malam. Adapun para peserta kamp adalah anak-anak usia 8 – 12 tahun. Acara diadakan di Aula Jing Si lantai 2, Ruang Fu Hui Ting, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara (18-19 Oktober 2014). Sebanyak 288 anak datang untuk mengikuti kamp.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -