Menabur Benih Cinta Kasih Melalui Pendidikan

Jurnalis : Wismina (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Kuriati, Chia Chai Chua, Santi Mitra Sari (Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

fotoChia Shixiong sedang menjelaskan tentang pelestarian lingkungan kepada anak-anak asuh Tzu Chi Pekanbaru.

 

“Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, melainkan akan tumbuh berkembangkarena diteruskan kepada orang lain.”(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

 

Jalinan jodoh manusia memang sangat unik, dan jalinan jodoh ini dalam dunia Tzu Chi dipersatukan dalam satu ikatan yang dinamakan “Satu Keluarga”. Sabtu sore, tanggal 2 Juli 2011, keluarga besar Tzu Chi Pekanbaru berkumpul kembali dengan anak-anaknya yang selama setahun ini dengan rajin menuntut ilmu demi meraih masa depan, mewujudkan cita-citanya dan menjadi kebanggaan bagi keluarganya.

Untuk lebih mengakrabkan anak-anak yang sebagian baru pertama kali pulang ke rumah Tzu Chi, Lutiana Shijie dengan karakter keibuan yang begitu kental menyapa anak-anak. Namun, hari itu Lutiana Shijie lebih senang anak-anak menyapanya dengan sebutan Kakak. “Adik-adik, kita harus senantiasa mempunyai semangat Tzu Chi, yakni semangat untuk senantiasa memberi dengan cinta kasih, karena secara harafiah Tzu Chi artinya memberi dengan cinta kasih. Caranya pun sangat gampang, misal dengan memberikan seulas senyuman kepada bapak tukang parkir ataupun kepada siapa saja,” kata Lutiana. Dengan bahasa yang sederhana dan sangat mudah dipahami Lutiana Shijie memberi penjelasan mengenai Tzu Chi.

Anak-anak kemudian mendapatkan penjelasan mengenai pelestarian lingkungan dari seorang relawan asal Malaysia, Chia Shixiong. Dalam penjelasannya, anak-anak diberi pemahaman bahwa sesungguhnya bencana alam yang sering terjadi adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri yang bersumber dari ketamakan, kebencian dan kebodohon. Dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan bumi kita yang hanya satu-satunya ini yaitu dengan pelestarian lingkungan. Cara yang paling mudah sebagai wujud nyata dari anak-anak untuk bisa ikut melakukan pelestarian lingkungan, yakni hemat dalam penggunaan air, penggunaan listrik dan mengurangi pemakaian kantong plastik. Apalagi volume terbesar dari sampah adalah sampah plastik.

Chia Shixiong memberikan illustrasi. “Penduduk Indonesia sebanyak lebih kurang 250 juta jiwa, jika dari 250 juta jiwa ini semuanya sering menggunakan kantong plastik, kebayang tidak bumi ini kita akan seperti gimana? Bumi kita cuma ada satu lho,” ucapnya. Mengingat anak-anak ini sebagian besar sudah mulai beranjak remaja, Chia Shixiong tidak lupa membekali anak-anak untuk bisa melakukan pelestarian lingkungan terhadap tubuh. Nah.., bagaimana cara pelestarian lingkungan terhadap tubuh yang disampaikan oleh Chia Shixiong? Yakni Dengan menghindari toksin(racun) yakni Narkoba, alkohol, rokok dan dengan memakan makanan yang bersih.

foto  foto

Keterangan :

  • Lutiana Shijie menjelaskan tentang Visi Misi Tzu Chi agar mereka lebih memahami Tzu Chi.(kiri)
  • Anak-anak menuliskan tekadnya untuk menjaga kelestarian lingkungan.(kanan)

“Sesungguhnya orang yang merokok itu, menurut saya kurang pintar. Rokok itu kan harus dibeli, nah, belinya kan pakai uang, kalau begitu, merokok itu sama artinya membakar uang. Selain itu juga merusak badan,” terang Chia Shixiong. Anak-anak kemudian melihat slide perbandingan kandungan gizi tempe dengan daging. Dari slide tersebut terlihat dengan jelas begitu tinggi kandungan protein, kalsium tempe dibanding dengan daging. Dan dari segi lemak, tempe juga lebih rendah dari daging. Negara Jepang yang begitu maju pun membawa teknologi tempe Indonesia ke negaranya. Jadi, siapa bilang tempe itu makanan orang miskin? Yuk, mari makan tempe bersama.

“Kata orang Tzu Chi itu kaya. Iya, memang benar, Tzu Chi itu kaya, tetapi bukan kaya karena mempunyai banyak uang untuk bisa membangun Perumahan Cinta Kasih bagi warga bantaran Kali Angke, melainkan Tzu Chi kaya karena banyaknya kumpulan cinta kasih dari orang-orang. Uang yang ada di Tzu Chi semuanya adalah sumbangan dari orang-orang yang kaya akan cinta kasihnya,” ucap Chia Shixiong.

Chia Shixiong kemudian mengajak anak-anak untuk bersama-sama lebih membangunkan kesadaran untuk melestarikan lingkungan, dan semuanya haruslah dimulai dari diri sendiri. Semuanya itu tidak bisa ditunda-tunda lagi, seperti yang selalu disampaikan oleh Master Cheng Yen: “Sudah tidak ada waktu lagi”. Masing-masing anak dan orang tuanya kemudian diberi satu lembar daun bodhi untuk menuliskan tekad mereka untuk melakukan tindakan nyata dalam pelestarian lingkungan. Dan nampaknya mereka begitu antusias dalam menuliskan tekadnya. Tidak sedikit yang menuliskan tekad untuk lebih hemat listrik, air dan mengurangi pemakaian kantong plastik.

Nampaknya, apa yang disampaikan oleh Chia Shixiong diterima dengan baik oleh anak-anak dan orang tuanya. Semoga ini menjadi sebuah langkah nyata untuk mewariskan kepada anak-anak kita “Sebuah Dunia yang Bersih ”, yang kemudian diperagakan oleh anak-anak kelas budi pekerti melalui isyarat tangan.

Pada saat sharing, Melda Saragih yang akan naik ke SMK kelas 3 mengucapkan banyak terima kasih atas beasiswa yang telah ia dapatkan dan berjanji akan lebih giat belajar supaya dirinya bisa berhasil di kemudian hari. Melda Saragih yang menuntut ilmu di jurusan Perhotelan, dengan nilai Mandarin yang cukup tinggi, saat Lutiana Shijie mengatakan “Jia You” dan menanyakan artinya, dengan cepat Melda Saragih menjawab, “Semangat.”

Demikian juga dengan Mustofa Husein mengaku sangat senang dan tenang berada di rumah Tzu Chi, yang walaupun dia datang karena untuk menemani temannya, Cindy Tarnando (salah satu anak yang mendapatkan beasiswa pendidikan-red). “Berbuat baik bukan monopoli orang kaya saja, kita semua juga bisa ikut berbuat baik. Bukan nilai uang yang dilihat, melainkan niat tulus kita. Uang lima puluh rupiah ataupun seratus rupiah, sisa uang jajan janganlah dibuang-buang, tetapi disimpan dalam celengan ini, Dana Kecil Amal Besar,” demikian disampaikan oleh Mawie Shixiong pada saat hendak membagikan celengan-celengan kepada anak-anak. Sore itu, anak-anak pulang membawa cinta kasih. Cinta kasih yang telah mereka dapatkan dari keluarganya  di Tzu Chi. Semoga benih-benih ini akan terus tumbuh dan tumbuh.

  
 

Artikel Terkait

Memperkuat Barisan Pencatat Sejarah Tzu Chi

Memperkuat Barisan Pencatat Sejarah Tzu Chi

21 Mei 2010
“Komitmen, Dedikasi, dan Harapan”, tiga hal itulah yang melatarbelakangi realisasi training relawan dokumentasi atau sering disebut 3 in 1 (video, foto, dan tulisan) Tzu Chi kerjasama antara He Qi Utara dan Barat yang berlangsung sejak 8 Januari 2010 hingga 9 April 2010 lalu.
Bentuk Cinta Kasih Universal

Bentuk Cinta Kasih Universal

03 Juli 2017

Pada tanggal 12 Juni 2017 sebanyak 11 orang relawan Tzu Chi Sinar Mas di Xie Li Kalimantan Selatan 1 ini melaksanakan kegiatan pembersihan Masjid Pondok 1 di wilayah kebun Batu Ampar, Kalimantan Selatan. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan lingkungan masjid yang bersih dan nyaman.

Kesempatan Bersumbangsih Adalah Berkah

Kesempatan Bersumbangsih Adalah Berkah

27 Maret 2015 "Setelah mengikuti kegiatan hari ini, saya semakin mantap dan tahu tentang Tzu Chi itu apa sih. Semuanya dan termasuk ajarannya itu bagus sekali ya. Senanglah senang banget saya mengikuti kegiatan ini. Kesan hari ini yaitu melatih diri, saya sangat setuju dengan shijie tadi yaitu kita datang ke Tzu Chi untuk melatih diri,” pungkas Ahok.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -