Menanamkan Rasa Syukur pada Anak

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

fotoSephyani Utomo, Wali Kelas N2 mengajak para murid N2 untuk bermain mencari anggota tubuh yang hilang.

“Dewasa ini banyak orang yang menganggap penurunan moral di dunia semakin hari semakin parah. Sesungguhnya adalah banyak orang dari pelbagai usia, seperti para anggota Tzu Chi, masih dengan diam-diam dan dengan teguh melakukan perbuatan-perbuatan bajik untuk menanamkan tatakrama, etika, dan norma-norma positif dalam masyarakat. Saya setulusnya percaya pada apa yang Buddha sabdakan, ‘Apakah seseorang memiliki kebijaksanaan atau tidak, bukan bergantung pada usianya.’ Kebijaksanaan hidup adalah murni dan abadi,” demikian kata Master Cheng Yen dalam salah satu ceramahnya.

Mengacu pada perkataan Master Cheng Yen di atas, anak-anak sekalipun dapat memiliki tingkat kebijaksanaan yang bisa jadi lebih dalam dibanding orang dewasa. Dalam hubungan orang tua dan anak, keduanya saling belajar dan memberi, sungguh indah.

Tanggal 14 Desember 2011, Sekolah Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan peringatan Hari Ibu. Peringatan tersebut dilaksanakan di ruang kelas N2 dan K2. “Kegiatan ini bertujuan untuk memberitahu kepada para murid bagaimana jerih payah ibu mengandung dan membesarkan kita,” ujar Sephyani Utomo, Wali Kelas N2 (tingkat Kelompok Bermain –red). Agar para murid N2 dapat memahami jerih payah ibu, maka sebelum tampil hari ini, para murid diajak untuk ikut merasakan bagaimana para ibu yang sedang mengandung harus beraktivitas. Setiap anak diminta mengenakan celemek yang didalamnya diisi sebuah balon, kemudian para murid harus merapikan meja belajar dan berjalan melewati rintangan dengan tetap mengenakan celemek berisi balon tersebut.

foto    foto

Keterangan :

  • Para murid N2 menghibur para mama mereka yang datang mengikuti peringatan Hari Ibu (kiri).
  • Monika, ibunda Kay-kay seorang siswi N2 mengatakan merasa bahagia karena dapat mengikuti kegiatan ini (kanan).

Dalam peringatan yang mengundang mama dari para murid untuk hadir, anak-anak yang sangat polos dan lucu itu menyambut orang tua mereka, menyuguhkan teh dan makanan, juga menyanyi. Selain itu, itu para murid juga diajarkan untuk mempersiapkan sebuah hadiah berupa lukisan Mama, kartu ucapan kepada Mama yang akan diberikan pada hari peringatan tersebut. Persiapan para guru dalam mengadakan acara ini, membuat para mama yang datang merasa terharu sekaligus bangga.  Salah satunya ialah Monika, ibu dari Kaylee atau yang biasa disapa dengan Kay-kay siswi kelas N2. Monika merasa kegiatan ini sangat bermakna bagi dirinya. “Sangat berarti ya, soalnya belum pernah ada acara seperti ini. Biasanya perayaan hari ibu cuma dirayakan biasa saja tanpa harus dirayakan bersama anak. Tapi kali ini di Sekolah Tzu Chi dirayakan bersama dengan anak sehingga jadi meaningfull banget,” ujar Monika.

Monika sempat menitikkan air mata ketika melihat buah hatinya Kay-kay menyanyi sambil memeragakan gerakan isyarat tangan lalu menghampiri dirinya dan berkata, ”Mama, Wo Ai Ni. Mama Gan En.” (Mama, aku sayang kamu. Mama, terima kasih –red) Mendengar kedua kalimat ini, Monika yang biasanya melihat anaknya bermain seperti layaknya anak kecil tiba-tiba melihat Kay-kay sekejap menjadi dewasa. ”Terharu banget, biasanya di rumah kita urus dari kecil. Karena masih kecil mereka belum bisa menunjukkan perhatiannya kepada kita, tapi tiba-tiba tadi dia menghampiri saya, memberi saya makanan dan minuman serta mengatakan ‘Mama, Wo Ai Ni’, saya jadi terharu dan menangis terharu,” ungkap Monika.

foto  foto

Keterangan :

  • Para murid N2 dengan waswas menanti kedatangan para mama mereka yang akan mengikuti kegiatan Hari Ibu di Sekolah Tzu Chi Indonesia (kiri).
  • Imelda menangis terharu melihat perubahan buah hatinya, Winstan yang hari itu ganti memberi pelayanan pada sang mama (kanan).

Begitu juga yang dirasakan oleh Imelda, ibunda Winstan. “Terharu sekali pas dengar ia menyanyi. Biasanya kita yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang ke mereka, tetapi hari ini mereka yang menunjukkan perhatian dan sayang mereka kepada kami melalui cara mereka menyambut kami yang baru datang dengan memberikan minuman, makanan, dan memijat bahu,” ungkap Imelda.

Begitu melihat Winstan, buah hatinya menyanyikan lagu Mama, ia langsung menangis terharu. ”Biasanya Winstan paling suka menyanyi lagu Bahasa Inggris, tetapi tiba-tiba dia menyanyikan lagu mandarin dan maknanya sungguh indah. Padahal di rumah dia tidak pernah berlatih. Saya yang mendengarnya merasa sangat bahagia,” jelas Imelda.

Dengan adanya pelatihan sejak kanak-kanak yang diberikan pada murid-murid Sekolah Tzu Chi, mengingatkan pada Kata Perenungan Master Cheng Yen, ”Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.”

 


Artikel Terkait

Menjaga Harapan Terus Menyala

Menjaga Harapan Terus Menyala

09 Agustus 2019

Penampilan My Dream masih begitu melekat di sanubari, terutama bagi masyarakat Medan, kota terakhir yang disambangi My Dream pada 3 dan 4 Agustus 2019 di Selecta Ballroom, Jl. Listrik No. 2, Medan. Semua pemain My Dream tampil dengan penampilan menawan. Termasuk Wang Qi pemain saksofon berusia 35 tahun ini.

Kesempatan Kedua yang Sangat Berarti

Kesempatan Kedua yang Sangat Berarti

22 Februari 2023

Rasa syukur yang begitu mendalam dirasakan Herlina Astuti (43) yang akhirnya bisa menjalani operasi pengangkatan tumor yang menempel di pembuluh darah otaknya. Dengan menjalani operasi Gamma Knife, kesakitan luar biasa yang bertahun-tahun menghinggapinya, kini berangsur hilang.

Sosialisasi Relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Pusat

Sosialisasi Relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Pusat

16 Juni 2022

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat kembali mengadakan acara sosialisasi Tzu Chi secara tatap muka (offline) di ITC Mangga Dua, Jakarta Pusat. Kegiatan ini diikuti oleh 52 peserta.

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -