Mendengar untuk yang Kedua Kalinya, Kisah Nando Penerima Bantuan Implan Koklea
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, dokumentasi He Qi Tangerang
Egidius Gertas Nandhito atau yang akrab dipanggil Nando kini sudah bisa mendengar lagi. Agus dan Wina sangat bersyukur anaknya dapat merasakan kembali dunia yang tak lagi sunyi.
Hati orang tua mana yang tak hancur menyaksikan anak yang dikasihinya tiba-tiba tak bisa mendengar. Saat berusia lima tahun, Nando terserang demam berdarah dan dirawat intensif selama sepekan di sebuah rumah sakit. Beberapa hari kemudian pendengaran Nando berangsur hilang.
“Saya baru ngeh waktu dia enggak bisa mengidentifikasi suara hujan. Dia kaget kok tiba-tiba di luar basah, ‘tadi hujan ya? kok aku enggak dengar’,” kata Wina, ibunya.
Biasanya kalau penjual roti lewat depan rumah dengan jingle khasnya, Nando pasti keluar untuk membeli. Juga kalau penjual susu lewat, meski sedang asyik di kamar, ia pasti keluar. Tumben sekali Nando tak beranjak.
Nando dan sepupunya yang tinggal di Kota Surabaya kerap bermain game online bersama. “Kakak ngomong apa sih kok suaranya kecil banget?” seloroh Nando. Sepupunya pun meninggikan nada suaranya dan heran, ‘Nando kenapa?’ Malah Nando tak menyahut.
Benar saja, dari pemeriksaan dokter, Nando mengalami Sudden deaf atau tuli mendadak. Telinga kanannya mencapai 100 dB, yang berarti Nando mengalami gangguan pendengaran berat hingga sangat berat. Suara di bawah 100 dB tak dapat terdengar jelas, bahkan tak terdengar sama sekali.
Sementara telinga kirinya di angka 30 dB yang berarti gangguan pendengaran ringan. Namun suara di bawah ambang ini sulit terdengar dan dapat menyulitkan percakapan, terutama di lingkungan bising atau saat orang berbicara dengan pelan.
Sudden deaf lebih sering terjadi pada salah satu telinga dan termasuk darurat medis yang harus segera ditangani untuk mencegah tuli permanen. Penyebabnya beragam namun sering tak diketahui pasti. Beberapa kemungkinan antara lain infeksi virus, gangguan aliran darah ke telinga bagian dalam, juga efek samping obat tertentu.
Orang tua Nando menduga telah terjadi malpraktik berupa pemberian dosis obat yang yang melebihi kebutuhan. Meski sangat terguncang, pada akhirnya mereka memutuskan tak menuntut pihak rumah sakit dan fokus pada pemulihan pendengaran Nando.
“Kalau kami menuntut, akan jadi bola liar karena permasalahannya kami tak pernah mengetes pendengarannya sebelumnya. Jadi kami tak punya bukti data, angka dan lainnya. Kalau kami maju ke pengadilan ini terlalu menghabiskan energi,” ujar Agus, sang ayah.
Berupaya dengan Segenap Jiwa

Pada Sabtu 18 Oktober 2025, Rita Malia mengunjungi Nando untuk melihat perkembangannya. Nando mengaku sangat senang bisa dibantu oleh Tzu Chi sehingga bisa menjalani operasi implan koklea.
Karena telinga kanan mencapai 100 dB, dokter menyarankan agar Nando operasi implan koklea yang semua orang tahu biayanya ratusan juta rupiah. Agus sendiri punya background pekerja media yang cukup senior di sebuah stasiun televisi. Sementara Wina sejak menjadi ibu mengabdikan dirinya menjadi ibu rumah tangga.
Meski biaya implan koklea belum terjangkau bagi keluarga ini, berbagai upaya telah dilakukan. Nando menggunakan alat bantu dengar di kedua telinga, meski untuk telinga kanan sama sekali tak membantu. Nando juga menjalani terapi oksigen hiperbarik selama enam bulan yang biayanya cukup mahal. Terapi ini untuk meningkatkan aliran darah ke telinga dalam. Tak cuma itu, Nando juga masuk ke kelas gimnastik dengan harapan aktivitasnya itu dapat menstimulasi sel syarafnya, meningkatkan perkembangan mental, sosial, dan kepercayaan dirinya. Nando pun sering bermain futsal, basket, berenang, yang membuat energinya fit.
Nando anak yang ceria, cenderung easy going. Meski tak bisa dengar lagi, ia tak patah semangat. Hanya saja ia mempertanyakan kapan bisa mendengar lagi.
“Mama, ayah, aku ingin dengar lagi, aku pengen dengar kayak waktu itu,” kata Nando.
Harapan yang Baru

Bagi Rita, perjuangan orang tua Nando adalah sebuah inspirasi yang dapat menjadi motivasi untuk keluarga yang lain yang tengah berjuang bagi anaknya.
Suatu hari teman Agus yang seorang dokter mengundangnya datang ke sebuah seminar. Di sana hadir anak-anak yang menggunakan implan koklea, namun berprestasi dan menunjukkan bakatnya. Padahal anak-anak tersebut tuli sejak lahir.
Agus dan Wina sekali lagi menyadari bahwa anak dengan implan koklea dibarengi dengan terapi punya harapan untuk meraih mimpi dan masa depan. Apalagi Nando sebelumnya sudah pernah mendengar, sudah bisa bicara lancar, tak ada spelling atau ejaan yang hilang, tak ada suara sengau. Teman tersebut lalu menyarankan mereka mengajukan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Keduanya ragu karena secara ekonomi mereka tak berada di bawah garis kemiskinan, mereka di tengah-tengah. Agus dan Wina berpikir bahwa faktor ekonomi jadi syarat mutlak. Padahal salah satu pertimbangan Tzu Chi dalam bantuan implan koklea adalah kedua orang tua harus memastikan anak mereka dapat menjalani berbagai terapi yang dibutuhkan setelah implan. Terapi ini membutuhkan komitmen orang tua baik dari segi waktu, perhatian dan biaya.
“Kamu kan selama ini sudah berusaha, tidak ada salahnya semua cara dicoba,” ujar temannya itu.
Akhirnya pada Mei 2024 orang tua Nando mengajukan bantuan ke Kantor Tzu Chi Indonesia di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pada Juni 2024, tim relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Tangerang mendatangi rumah mereka di Ciledug, Tangerang untuk survei yang bakal menentukan diterima atau tidaknya pengajuan tersebut.
“Waktu itu saya datang bersama dengan Susi Shijie dan Husen Shixiong. Kami bilang pada orang tua Nando, kalau memang ada jadinan jodoh tentu akan dibantu. Hasil survei ini akan kami bawa meeting, karena ini kan butuh biaya besar. Memang prosesnya agak panjang, tapi kami minta orangtua bersabar,” kata Rita Malia.
Ada satu pertimbangan yang membuat keputusan pengajuan bantuan kali ini relatif lebih lama dibanding kasus serupa. Tim divisi Bakti Amal memastikan dahulu apakah kondisi Nando yang sebelumnya bakal mempengaruhi fungsi implan koklea-nya nanti di masa depan.
Nando lahir dengan caesar emergency, dengan kelainan darah dan pembengkakan limpa serta hati. Ia dirawat di ICU selama satu bulan, full dipegang oleh beberapa dokter bahkan ada satu professor yang menangani masalah hatinya. Di usia dua pekan Nando didiagnosa kanker L1 yakni leukemia tapi masih dalam tahap rendah. Perawatan intensif dilalui Nando selama enam bulan. Bahkan transfusi darah saat itu sampai 15 kantong darah. Enam bulan pengobatan akhirnya Nando sembuh.
“Jadi tak semudah ‘oke kita bantu’. Selain kami survei ulang, kami juga pendampingan dulu nih dari staf Bakti Amal untuk bertemu dokter ahli kenapa sampai dia harus tetap pasang implan. Kondisi Nando perlu dipantau dulu apa ada penurunan dari proses yang dia jalani dulu, termasuk dari terapi oksigen hiperbarik selama enam bulan itu,” jelas Rita.
Dalam penantian jawaban itu, orang tua Nando semakin mantap bahwa Nando harus implan koklea bagaimanapun caranya. Karena itu mereka tak boleh mengandalkan Tzu Chi saja. Keduanya berusaha mengumpulkan penghasilan tambahan. Agus menjalani beberapa pekerjaan sampingan. Bahkan keduanya akhirnya memutuskan untuk menjual rumah mereka yang sebenarnya masih dalam tahap mencicil.
“Enggak mau, saya maunya rumah ini tetap. Saya mau tinggal di sini,” seru Nando berulang-ulang yang justru membuat Agus dan Wina merasa sangat sedih.

Rita Malia bersama tim relawan dari He Qi Tangerang saat survei langsung ke rumah Nando di bilangan Ciledung, Tangerang pada 15 Juni 2024.
Sebagai pemeluk Katolik yang taat, keluarga ini, yang juga didukung oleh keluarga besar dan sahabat baik, mereka juga mengiringi ikhtiar mereka dengan doa. Hingga kabar baik itu pun tiba. Dokter menyatakan kondisi Nando di masa lalu sudah clear sehingga tak akan memengaruhi implan koklea-nya nanti.
“Mungkin kalau orang lain langsung meledak, tapi waktu itu saya tahan-tahan,” kata Agus tersenyum mengenang hari itu.
“Melihat Pak Eko (tim Bakti Amal) di RSCM menemani kami saat Nando operasi, itu membuat saya terharu, oh begini ya rasanya kalau doa dikabulkan,” kata Wina. Apalagi tim dari Bakti Amal sering memberinya semangat.
Operasi tersebut berjalan lancar. Atas saran dokter, Nando menjalani operasi implan koklea di telinga kanan saja. Sementara telinga kiri masih bisa menggunakan ABD (alat bantu dengar). Sebagai wujud syukur, Nando pun mendonasikan alat bantu dengar miliknya ke Tzu Chi agar lebih bermanfaat.
Nando lalu menjalani berbagai terapi seperti terapi auditori verbal (EVT) untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Hasilnya dapat disaksikan, Nando yang kini duduk di bangku SD kelas 3, semakin bisa menyerap pelajaran dengan baik. Melihat Nando yang sekarang bagi Agus dan Wina adalah sebuah hadiah yang indah.
“Bantuan dari Tzu Chi jelas sangat ber-impact karena itu kan angka yang gede banget. Tapi bantuan itu juga menyelamatkan jiwa anak saya sebenernya. Dengan mendengar itu kan ada harapan baru lagi, anak saya bisa bergaul lebih baik lagi. Kalau harus menunggu ya mungkin kami bisa menabung, saya bisa kerja lagi tapi kami bertaruh dengan waktu yang harus cepat,” tutur Wina berlinangan.
Sebagai relawan yang sedari awal mengawal pengajuan bantuan ini, Rita bahagia karena bantuan Tzu Chi telah memberikan Nando kesempatan untuk meraih masa depannya.
“Walaupun mereka sudah hampir di titik yang apapun akan dilakukan. Tapi justru dengan kehadiran Tzu Chi itu memberi secercah cahaya untuk keluarga ini, oh ternyata masih ada orang-orang yang peduli pada mereka. Dan ini yang membuat mereka lebih kuat lagi,” pungkas Rita.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Membuka Jalan Panjang Indah
08 Desember 2017Indah Wulan
Purnamasari menjalani operasi pemasangan rumah siput akibat tuli sensorineural
yang dideritanya. Implan koklea ini dilakukan di kedua telinga Indah di RS
Cinta Kasih Tzu Chi Jakarta Barat (10/11/17).
Mengingat Xavier, Si Kecil dengan Implan Koklea
07 Maret 2017Relawan Tzu Chi dan dokter dari Rumah Sakit Cinta
Kasih (RSCK) Tzu Chi mengunjungi pasien kasus Xavier (4,5 tahun). Sebelumnya,
ia menderita congenital hearing loss atau ketulian total yang diderita sejak lahir.
Tzu Chi membantu Xavier dengan mengaktifkan implant koklea yang dipasang di
kedua telinganya pada 18 September 2015.
Bukan Cinta yang Sekadarnya, Kisah Penerima Bantuan Implan Koklea
05 November 2025Bantuan implan koklea mengubah hidup Christin. Banyak sekali perkembangan menggembirakan darinya. Christin yang dulu hanya bisa berinteraksi lewat gerak bibir, kini sudah bisa mendengar dan kemampuan bicaranya juga terus berkembang.







Sitemap