Mendidik Melalui Kelas Budi Pekerti

Jurnalis : Dea Paramita, Wismina (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Kho Ki Ho, Wismina, Noverina (Tzu Chi Pekanbaru)

Dewi (tengah) dengan tulus menjadi Duifu sebagai bentuk pelatihan diri.

Minggu, 10 Juli 2022 menjadi hari yang penuh sukacita bagi Tim Pendidikan Tzu Chi Pekanbaru, karena kelas budi pekerti kembali diadakan secara tatap muka dengan dua kelas yakni Qin Zi Ban Kecil untuk murid kelas 1-3 SD dan kelas Tzu Shao untuk murid SMP-SMA. Di kelas ini berlangsung secara bersamaan di waktu yang sama, bertempat di Kantor Tzu Chi Pekanbaru, di Jalan Rajawali.

Yang berbeda dari dua kelas ini adalah kehadiran orang tua dalam mendampingi buah hatinya selama pembelajaran berlangsung di kelas Qin Zi Ban Kecil. Sedangkan kelas Tzu Shao dengan murid-murid usia remaja mengikuti pembelajaran dengan mandiri. Sesuai dengan namanya, kelas Budi Pekerti merupakan kelas yang mengajarkan tentang moralitas dan budi pekerti.

“Sebagai orang tua dari anak yang mengikuti kelas budi pekerti, saya melihat ada perubahan pada anak saya. Anak saya tahu tentang moral dan etika. Karena itulah, saya mau menjadi duifu( mentor). Dengan menjadi duifu, saya bisa ikut belajar juga menjadi pribadi yang lebih baik,” ujar Dewi, yang dulunya hadir mendampingi anaknya di kelas, sekarang hadir menjadi salah satu mentor kelas Tzu Shao.

Para Huo Ban Men dengan semangat memeragakan isyarat tangan di depan kelas.

Clarine Tristan tengah menjawab pertanyaan Yanti mengenai teman-teman yang ia dapatkan dari Kelas Budi Pekerti.

“Selamat pagi Xiao Pu Sa. Ervyna sebagai MC menyapa dengan semangat. Xiao Pu Sa merupakan sebutan bagi murid Qin Zi Ban Kecil yang artinya Bodhisatwa cilik. Untuk murid Tzu Shao disapa dengan sebutan Huo Ban Men yang artinya Partner.

Sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada Kakek Guru (sebutan murid budi pekerti untuk Master Cheng Yen) yang telah menciptakan dunia Tzu Chi, sebelum memulai kelas para murid terlebih dahulu memberikan penghormatan dan dilanjutkan berdoa. Agar suasana kelas menjadi lebih bersemangat, murid-murid diajak untuk menyanyikan mars sambil memperagakan isyarat tangan. Setelah itu, murid-murid dibawa untuk menyelami sejarah Tzu Chi dan juga semangat serta teladan nyata dari Kakek Guru.

Jesselin Yang (kedua dari kanan) bersama Duifu dan Huo Ban Men lainnya.

Berdoa bersama menjadi bagian dari setiap pertemuan nantinya.

Untuk keseragaman dan tata tertib selama kelas budi pekerti, para murid Qin Zi Ban Kecil yang harus didampingi orang tua atau wali, serta murid Tzu Shao, dibekali mengenai budaya humanis Tzu Chi terutama dalam berpenampilan. Salah satu materi yang tidak pernah absen dari kelas adalah pembelajaran Kata Perenungan Master Cheng Yen yang menjadi pedoman atau dasar dalam mengemas materi setiap pembelajaran.

Selain itu, salah satu materi yang bisa menjadi daya tarik murid Qin Zi Ban Kecil adalah menonton video kartun Petualangan Xiao Li Zi. Tim Pendidikan berupaya untuk mengemas materi sehingga bisa disukai dan diterima dengan baik oleh para murid.

“Dari kelas budi pekerti, saya belajar tentang cara bersosialisasi, belajar tentang berdana, tentang berbuat kebajikan, dan banyak lagi. Kelas budi pekerti sangat seru, materi-materinya bagus,” kata Clarine Tristan, salah satu Huo Ban Men.

“Di kelas budi pekerti, kami belajar tentang cara berbakti dan diajarkan untuk berbuat baik, bukan hanya pada semua makhluk, tetapi juga berbuat baik dengan menjaga lingkungan,” ungkap Jesselin Yang juga merupakan murid Tzu Shao.

Xiao Pu Sa diajarkan cara memberikan salam penghormatan dan beranjali.

Foto bersama Xiao Pu Sa dan para mentor serta koordinator kelas Qin Zi Ban Kecil.

Berhubung antar sesama murid belum saling mengenal, para murid diajak untuk berkenalan, memperoleh teman baru melalui permainan yang cukup antusias diikuti oleh para murid. Suasana pun menjadi lebih hangat. Hal ini menjadi pembeda yang paling jelas di antara kelas budi pekerti luring dan daring, karena dalam sesi luring, para murid dapat saling berinteraksi secara langsung dan memperoleh banyak teman.

Kelas budi pekerti merupakan bagian dari misi Pendidikan Tzu Chi. Melalui Pendidikan penuh cinta kasih oleh para relawan, para Xiao Pu Sa dan Huo Ban Men diharapkan bisa menjadi anak-anak yang baik dan berbakti, serta menjadi anak-anak yang mampu menjadi penerang jalan di masa depan.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Prestasi yang Terus Berkesinambungan

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Prestasi yang Terus Berkesinambungan

26 Oktober 2015

Tahun ini kamp bimbingan diadakan selama dua hari, 24 - 25 Oktober 2015 di Jing Si Tang, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Sebanyak 270 anak mengikuti kegiatan ini. Di usinya yang genap 10 tahun ini, banyak kisah anak-anak yang terlibat di dalamnya. Bahkan relawan pendamping juga memiliki kesan yang mendalam.

Menerapkan Pendidikan Melalui Kegiatan Sehari-hari

Menerapkan Pendidikan Melalui Kegiatan Sehari-hari

21 Oktober 2014 Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan kamp Ertongban (Kamp kelas budi pekerti) selama 2 hari satu malam. Adapun para peserta kamp adalah anak-anak usia 8 – 12 tahun. Acara diadakan di Aula Jing Si lantai 2, Ruang Fu Hui Ting, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara (18-19 Oktober 2014). Sebanyak 288 anak datang untuk mengikuti kamp.
Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti

Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti

21 November 2019

Di Tahun 2019, Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban sudah memasuki tahun ke 14, dan Kelas Pendewasaan Tzu Shao Ban memasuki usia ke 11. Tentunya perjalanan panjang khususnya pendidikan Budi Pekerti bagi para murid, banyak memberikan perubahan dalam pembentukan karakter anak yang lebih baik.

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -