Mendukung William Bangkit dari Keterpurukan

Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A, dok. Tzu Chi Indonesia.
William Manuel bersama ayahnya Jony Sugiarto tampak bahagia menerima kunjungan relawan ke rumahnya di wilayah Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Sempat berniat berhenti kuliah, kini William Manuel akhirnya bisa kembali meneruskan studinya di salah satu perguruan tinggi di Jakarta dengan bantuan beasiswa dari Tzu Chi. Dari beasiswa ini, William juga berubah dari pribadi yang tadinya pendiam dan pemurung menjadi seorang yang terbuka, mudah berdiskusi, dan tentunya bersemangat.

Sebelumnya, William dan keluarga memiliki kondisi finansial yang stabil karena usaha yang dijalankan keluarga prospeknya cukup menjanjikan. “Keluarga kita bisa dibilang mencukupi, kita buka bisnis makanan. Sampai pas pandemi kita tutup,” cerita William. Ketika banyaknya aturan pembatasan seiring meluasnya Covid-19, bisnis makanan yang dijalankan tersebut juga mulai meredup sampai akhirnya tutup.

Akibat dari pandemi Covid-19 inilah kehidupan William dan keluarga berubah drastis dalam waktu beberapa bulan saja. “Bahkan penghasilan kita sampai di titik nol, nggak ada pemasukan,” kata William. Dengan berbagai cara akhirnya William dan keluarga mencoba untuk tetap survive hingga pandemi berakhir.

Saat disurvei relawan, William beserta ayah dan kakak dari ibunya masih sering terlihat murung karena cobaan yang dihadapi keluarganya.

Namun cobaan belum berakhir, disaat keluarga ingin bangkit dari keterpurukan, Lilik Lestari (mama dari William) pun sakit. “Mama kena penyakit, tumor di sebelah ginjal. Jadi salah satu ginjalnya harus diangkat bersama tumornya,” kata William. Hingga dua bulan pascaoperasi, Lilik tiba-tiba tidak bisa mengontrol kakinya (terkadang bergerak sendiri). Akibatnya Lilik sempat terpeleset dan jatuh hingga kakinya tidak bisa bergerak sepenuhnya.

“Akhirnya kita bawa ke rumah sakit, dan ternyata mama itu juga menderita tumor otak. Kita kaget kok tumor lagi,” kenang William. Dengan kondisi finansial keluarga yang belum membaik dan dihadapkan dengan kesehatan orang tua, akhirnya Wiliam cuti kuliah. Tetapi karena pandemi yang saat itu tak kujung usai, akhirnya William membulatkan tekadnya untuk berhenti kuliah untuk meringankan beban keluarga. “Saya cuma bisa berserah dan sepenuh hati mengurus mama saja. Memang sudah bulat tekadnya, sudah terpojok dengan keadaan biaya juga,” ungkap William.

Benda-benda berharga yang dimiliki keluarga juga mulai dijual untuk biaya pengobatan. Motor yang setiap hari digunakan William juga harus ia relakan demi mamanya. Hingga akhirnya keluarga membuka donasi untuk membantu meringankan beban biaya pengobatan yang begitu besar dan salah satunya juga mengajukan bantuan ke Tzu Chi.

Perlahan-lahan William dan keluarga mulai bangkit. Bisnis di dunia makanan mulai dirintis lagi dari awal. Ia pun tampak bersemangat membantu ayahnya mempersiapkan masakan.

Pengajuan permohonan bantuan ke Tzu Chi pada November 2021 kemudian ditindaklanjuti dengan proses survei oleh relawan. Saat dikunjungi, Jony Sugiarto (ayah William) juga bercerita tentang kondisi keluarga dan anak-anaknya, termasuk William yang memutuskan untuk berhenti kuliah. Akhirnya setelah dirapatkan, Tzu Chi membantu dengan menanggung biaya obat yang tidak ditanggung oleh BPJS untuk mamanya serta disusul dengan bantuan beasiswa untuk William supaya bisa melanjutkan kuliah. “Membantu (bantuan dari Tzu Chi), karena untuk hariannya juga mama perlu banyak obat,” kata William.

Lebih Membuka Diri di Tzu Chi
Setelah menjalani proses pengobatan dan lainnya, takdir berkata lain. Lilik Lestari akhirnya meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakitnya. Tentunya pukulan hidup yang dialami William pun semakin keras dan emosi William saat itu juga menjadi labil karena kehidupannya berubah dan keluarga belum siap dengan cobaan yang datang.

“Jadi tertutup, karena tepuruk banyak cobaan yang hadir. Banyak hal yang lebih kepikiran di otak aja. Jadi tidak banyak mengungkapkan dengan kata-kata karena terpukul dengan keadaan tersebut, cukup down,” kenang William.

Mulai membuka diri, William mau berinteraksi dengan orang lain. Ia pun ikut juga berkeliling Aula Jing Si saat kegiatan gathering anak asuh beasiswa Tzu Chi.

Sejalan dengan bantuan yang diberikan untuk mamanya, William juga dihubungi oleh Tzu Chi terkait dengan bantuan beasiswa untuk kuliahnya. “Jujur, campur aduk perasaannya. Kaget banget (ditawarkan beasiswa oleh Tzu Chi) karena aku bukan orang yang kompeten,” cerita William saat dihubungi oleh Tzu Chi. Tawaran beasiswa tersebut tidak langsung diiyakan oleh William, hatinya diliputi banyak keraguan termasuk memikirkan kondisi ekonomi keluarga.   

Tim dari Tzu Chi yang menghubungi William juga tak patah arang, lewat beberapa kali sambungan telepon juga berusaha meyakinkan William tentang manfaat dari beasiswa. Akhirnya berkat dorongan dari tim Tzu Chi dan pesan dari mamanya, Willliam mau menerima beasiswa tersebut. “Almarhum mama sempat bilang juga, ‘terima aja beasiswa dari Tzu Chi, toh juga suatu saat bakal berguna buat kamu. Bisa dapat pekerjaan yang lebih layak kedepannya’,” ungkap William.

Dari sinilah, perlahan-lahan William bangkit dari keterpurukannya. “Saat bangkit mungkin pertama-tama terbesarnya dari bantuan Tzu Chi, itu cukup membantu banget, itu bener-bener membuka aku. Lingkungan Tzu Chi juga cukup membangun aku juga,” kata William. Saat gathering anak asuh beasiswa Tzu Chi, William juga sudah mulai mau membuka diri.

“Pengaruhnya bisa lebih membuka diri aku, dari yang tertutup gara-gara banyak cobaan hidup jadi lebih open minded. Lebih lega sekarang berkat Tzu Chi juga. Untuk Yayasan Buddha Tzu Chi, aku mau ngucapin terima kasih banyak banget tentunya karena cukup berpengaruh besar buat hidup aku, benar-benar mengubah hidup aku,” ucap William.

Denasari Yandi beserta tiga relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Bekasi memberikan bingkisan saat kunjungan kasih ke rumah William.

Saat dikunjungi relawan Tzu Chi pada Kamis, 25 Januari 2024 di rumahnya di wilayah Kelurahan Setia Mulia, Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, William pun tampak bersemangat. Mereka saling berdiskusi terkait kondisi keluarga yang sudah mulai bangkit dari keterpurukan dan perkuliahan William yang saat ini sudah memasuki masa-masa skripsi.

“Waktu gathering 2023 lalu, ketemu William lagi mukanya udah cerah. Terus terang saya senang, ada perubahan dalam sikap William. Dulu dia pendiam, ditanya juga ogah-ogahan,” ungkap Denasari Yandi, salah satu relawan Tzu Chi. “Mudah-mudahan kedepannya kalau William sudah bekerja bisa ikut membantu juga anak asuh yang lain atau jadi relawan Tzu Chi,” harap Denasari.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

"Satu Keluarga" Bersama Anak -Anak Santri

08 Mei 2014 Berkah bukan hasil dari bermohon, tetapi harus diciptakan sendiri. Jika dalam hati memiliki cinta kasih, bersumbangsih secara nyata untuk membantu orang yang menderita agar terbebas dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan, itulah menciptakan berkah bagi orang banyak.
Pelajaran dari Sebuah Kunjungan Kasih

Pelajaran dari Sebuah Kunjungan Kasih

14 Januari 2011 Minggu tanggal 9 Januari 2011, relawan Tzu Chi dari He Qi Utara mengadakan kegiatan kunjungan kasih pertama di awal tahun 2011. Sejak pukul 8 pagi relawan mulai berkumpul di Jing Si Books and Café Pluit, dan tepat pukul 9 perjalanan pun dimulai.
Kursi Roda Khusus untuk Almira

Kursi Roda Khusus untuk Almira

02 Maret 2021

Minggu, 28 Februari 2021 menjadi hari yang membahagiakan bagi orang tua Almira. Kursi roda yang mereka ajukan ke Tzu Chi untuk anak bungsu mereka yang Cerebral Palsy sudah berada di genggaman. “Saya bahagia sekali sampai-sampai mau menangis. Kalau beli kan nggak kebeli karena harganya mahal,” kata Mut Mainah. 

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -