Meneguhkan Keyakinan di Jalan Bodhisattwa

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Juliana Santy
 
 

foto
Minggu, 23 September 2012 adalah hari yang penting bagi sejarah Tzu Chi Indonesia karena untuk pertama kalinya sekitar 420 relawan Tzu Chi berkumpul di Tzu Chi Center untuk mengadakan ritual Chao Shan

Subuh jam 4, alarm berbunyi, saya pun segera bangun. Hari ini, Minggu, 23 September 2012 adalah hari yang penting bagi sejarah Tzu Chi Indonesia karena untuk pertama kalinya sekitar 420 relawan Tzu Chi akan berkumpul di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, untuk mengadakan ritual Chao Shan. Chao Shan adalah kegiatan San Bu Yi Bai, yaitu tiga langkah satu namaskara. Para relawan akan berjalan dari luar gedung yaitu samping gedung Jing Si Tang, hingga memasuki Jing Si Da Ting (Lobby Jing Si) di Lantai 2 Jing Si Tang.

Pukul 5.30 para relawan sudah berkumpul dan berbaris rapi, saya termasuk salah satunya. Ada perasaan sangat menantikan momen ini, melakukan Chao Shan dan ikut mengukir sejarah Tzu Chi Indonesia. Namun itu bukanlah hal yang paling utama. Satu hari sebelumnya, 22 September 2012, dalam acara training relawan, Livia Lie Shijie selaku koordinator yang mengadakan acara ini memaparkan makna namaskara yang akan dilakukan dalam Chao Shan ini. Yaitu menumbuhkan keyakinan, membina kegigihan, dan melatih keberanian. Makna kedua, mematahkan kesombongan dan menaklukkan kebencian. Makna ketiga, mengasah keyakinan yang tulus.

Livia Shijie pada kesempatan itu juga menyampaikan pesan dari Master Cheng Yen, agar saat melakukan Chao Shan, setiap orang tidak lupa untuk merenung dalam keheningan pikiran saat itu, di jalan Bodhisattwa dunia ini, langkah demi langkah dijalani dengan mantap. Saya yang awalnya tidak begitu mengerti mengapa melakukan Chao Shan akhirnya mulai memahami. Dalam ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Juli 2009, Master mengatakan "Pada saat Chao Shan, selangkah demi selangkah maju ke depan, walaupun kaki melangkah dengan perlahan, pada akhirnya pasti akan mencapai tujuan. Belajar Dharma juga demikian, bila dapat memegang teguh pandangan benar serta mengambil langkah pertama, perjalanan sejauh apapun dan butuh waktu berapa lamapun, tujuan pasti akan tercapai." Master juga menegaskan, mendalami Dharma harus benar dan tidak menyimpang, dengan adanya pengetahuan benar dan pandangan benar, maka arah yang ditempuh sudah pasti tidak akan menyimpang.

foto  foto

Keterangan :

  • Chao Shan adalah kegiatan San Bu Yi Bai, yaitu tiga langkah satu namaskara (kiri).
  • Master mengatakan "Pada saat Chao Shan, selangkah demi selangkah maju ke depan, walaupun kaki melangkah dengan perlahan, pada akhirnya pasti akan mencapai tujuan" (kanan).

Berbekal pengetahuan itu dan disertai dengan niat bertobat setiap saat, lagu Lu Xiang Zan (Gatha Pendupaan) mulai terdengar, saya beserta ratusan relawan lainnya mulai berkonsentrasi sambil melafalkan Lu Xiang Zan. Hujan rintik-rintik yang sudah turun dari tadi terasa makin deras, namun tidak ada satupun relawan yang beranjak dari barisan. Hujan hanyalah hujan, dalam pikiran positif para relawan menganggap air hujan ini ibarat air dharma yang mengguyur segenap batin. Tepat sebelum lantunan Lu Xiang Zan selesai, hujan mendadak berhenti, seakan-akan menjawab niat tulus dan tekad para relawan yang telah bersatu hati dengan niat murni melakukan Chao Shan.

Keyakinan yang Teguh dan Hati yang Tulus
Setelah lantunan Lu Xiang Zan selesai, San Bu Yi Bai pun dimulai. Para relawan mulai bergerak, sambil melafalkan nama Buddha Sakyamuni Namo Ben Shi Shijia Mou Ni Fo secara berulang-ulang, para relawan berjalan tiga langkah kemudian bernamaskara, tiga langkah namaskara lagi, dan seterusnya hingga memasuki Jing Si Da Ting. Namaskara dilakukan dengan sujud penuh di lantai, lima titik yaitu kepala, dua tangan, dan dua kaki sepenuhnya menyentuh lantai, menandakan lima racun atau noda batin yang harus disingkirkan. Walaupun lantai basah karena hujan, para relawan tidak ragu-ragu untuk menundukkan kepalanya dan menyentuh lantai, kedua kaki dan tangan juga tidak terkecuali ikut basah dan sedikit kotor. Hal itu sama sekali tidak mengusik relawan, keyakinan yang teguh dan hati yang tulus membuat ritual tetap berjalan khidmat.

foto  foto

Keterangan :

  • Hujan rintik-rintik turun saat kami akan memulai, namun tidak ada satupun relawan yang beranjak dari barisan. Hujan ini ibarat air Dharma yang mengguyur segenap batin (kiri).
  • Ritual Chao Shan, bagi setiap relawan mungkin berbeda efeknya, namun yang terpenting adalah setiap orang dapat menyucikan hati dan pikirannya (kanan).

Sekitar satu jam, San Bu Yi Bai pun selesai, semua relawan yang sudah berkumpul di Jing Si Da Ting melanjutkan ritual, yaitu San Gui Yi, Gatha Perlindungan kepada Tiga Mustika Buddha, Dharma, Sangha. Setelah itu dilanjutkan dengan Ceramah Master Cheng Yen dan diakhiri dengan Gatha Pelimpahan Jasa.

Bagi saya, bisa ikut dalam barisan Chao Shan adalah suatu berkah, suatu kesempatan yang cukup langka. Bukan hanya semata-mata merasa bangga karena ikut mengukir sejarah, namun makna di balik itulah yang saya peroleh. Manfaat melakukan Chao Shan bagi saya sangat luar biasa. Saat berjalan tiga langkah, kita sepenuhnya mengheningkan diri, mengosongkan pikiran, seperti bermeditasi. Saat bernamaskara, kita sepenuhnya merendahkan hati kita, sepenuhnya bertobat atas segala noda batin yang telah membelenggu batin kita sejak masa tanpa awal. Segala karma buruk seolah bermunculan dalam pikiran, niat bertobat agar batin tidak lagi terusik membuat saya sesekali hendak mengeluarkan air mata. Namun, inilah dharma, tanpa disadari saya telah melatih kegigihan dan keberanian, berlatih mematahkan kesombongan dan menaklukkan kebencian, sesuai dengan makna namaskara yang dipaparkan Livia Shijie. Dan yang paling utama adalah meneguhkan keyakinan kita di jalan Bodhisattwa, seberapa panjang pun perjalanan yang hendak ditempuh, walaupun sheng sheng shi shi (di kehidupan-kehidupan yang akan datang), kita yakin inilah arah dan jalan yang benar.

Ritual Chao Shan, bagi setiap relawan mungkin berbeda efeknya, namun yang terpenting adalah setiap orang dapat menyucikan hati dan pikirannya. Selain itu juga mendoakan agar rumah baru insan Tzu Chi, Jing Si Tang yang akan diresmikan 7 Oktober 2012 nanti, dapat berfungsi sepenuhnya dan memberi manfaat bagi orang banyak. Sebagai relawan, tentu harus mempersiapkan diri dengan baik, bukan hanya secara materi, namun secara batin juga. Dengan adanya rumah baru, tentu banyak pe-er yang sudah menanti. Melalui Chao Shan, setiap relawan meneguhkan keyakinan dalam menempuh jalan Bodhisattwa ini, seperti yang dikatakan Master Cheng Yen, seberapa jauh dan lamapun perjalanan, walaupun berjalan perlahan, bila memegang teguh pada pandangan benar, maka tujuan pasti akan tercapai.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menanam Akar Kebajikan

Suara Kasih: Menanam Akar Kebajikan

08 Agustus 2011
Setelah Jepang hancur akibat gempa bumi dan tsunami 11 Maret lalu, banyak negara di Amerika Selatan yang mengulurkan tangan untuk membantu. Contohnya Paraguay. Para relawan di Ciudad del Este menggalang dana di jalanan untuk korban bencana di Jepang.
Banjir Jakarta: Kekuatan Sebuah Cinta Kasih

Banjir Jakarta: Kekuatan Sebuah Cinta Kasih

29 Januari 2014 Dengan penuh pengorbanan dan perjuangan di tengah hujan dan jalanan yang macet penuh gengangan air, relawan pagi itu datang dan segera menyiapkan segala keperluan yang akan dibagikan ke Kelurahan Tegal Alur, Cengkareng, Jakarta Barat.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -