Menerapkan Budaya Humanis dalam Kehidupan Sehari-hari

Jurnalis : Sphatika Winursita, Shelvi (He Qi Utara 2), Fotografer : Aris Widjaja (He Qi Utara 2)

Para relawan Tzu Chi yang mengikuti kegiatan pelatihan.

Saat memutuskan untuk menjadi relawan Tzu Chi, dapat disimpulkan bahwa seseorang telah menumbuhkan tekad dalam dirinya untuk menjadi seorang humanis. Kata humanis dalam KBBI berarti orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan, atau juga pengabdi kepentingan sesama umat manusia.

Makna humanis inilah yang menjadi tema besar dalam acara Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 yang bertempat di Aula Fu Hui Ting lantai 2 Tzu Chi Center, Minggu 2 Oktober 2022. Pelatihan yang diikuti oleh 60 peserta dan mentor, melibatkan 42 orang panitia dengan mengusung tema “Budaya Humanis dalam Kehidupan”. Tujuannya tak lain adalah melatih diri relawan untuk menjadi lebih baik lagi dalam bersikap.

Kemanusiaan di Atas Segalanya

Anie Widjaja menjelaskan misi pengobatan yang ada di Tzu Chi.

Dalam pelatihan ini, peserta diingatkan kembali bahwa Master Cheng Yen mengawali niatnya untuk membangun rumah sakit. Kala itu, beliau menyaksikan wanita hamil yang ditolak untuk bersalin di rumah sakit hanya karena tidak mampu membayar uang muka. Berangkat dari hal ini, Master ingin mengingatkan semua orang bahwa kemanusiaan harus didahulukan dibandingkan apapun.

Ketua He Qi Utara 2, Anie Widjaja, menegaskan bahwa seluruh rumah sakit yang telah dibangun oleh Tzu Chi, termasuk di Indonesia, tidak akan meminta pembayaran awal bila ada pasien yang membutuhkan bantuan. Jalinan jodoh baik tersebut diharapkan mampu menginspirasi semuanya bahwa kita sebagai manusia juga harus memanusiakan manusia lainnya.

Penerapan Budaya Humanis dalam Kehidupan

Lo Hok Lay memaparkan materi tentang Budaya Humanis.

Tzu Chi memiliki empat misi utama sebagai landasan pergerakan, yaitu misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan dan misi budaya humanis. Lo Hok Lay mengatakan bahwa misi terakhir inilah yang paling sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan budaya humanis harus tumbuh dari diri masing-masing dan perlu pelatihan diri yang bisa dikatakan tidak mudah untuk dilakukan.

Tersenyum kepada relawan lain maupun para Gan En Hu saja sudah termasuk budaya humanis yang seringkali lupa untuk dilakukan. Bahkan, akan ada kala di mana seorang relawan merasa kesal atau tidak sabar terhadap Gan En Hu yang bersikap kurang menyenangkan. Lo Hok Lay pun berpesan bahwa relawan sudah sepatutnya membantu yang tidak mampu dan mendidik yang mampu.

Tzu Chi Mengubah Hidup Para Relawan
Hundayani, Yuliana, Verawaty dan relawan lainnya mengikuti pelatihan dengan baik.

Banyak yang menganggap bahwa menjadi relawan itu sulit dilakukan dan memakan banyak waktu. Tapi, jika niat untuk menciptakan ladang kebajikan di hati terbangun, semua itu bisa saja dilakukan dengan sukacita. Sama halnya dengan Hundayani, Vera dan Yuliana yang merasa bahwa hidup mereka berubah setelah bergabung dengan Tzu Chi.

Hundayani dan Vera mengaku bahwa mereka bisa membagi waktu untuk berkegiatan sosial dan juga untuk keluarga. “Hidup saya menjadi lebih bahagia dan banyak teman, serta merasa sukacita setiap melakukan kegiatan,” kata Hundayani. Menurut Yuliana, bersama Tzu Chi dirinya bisa melatih pikiran dan ucapan sehingga belajar lebih tenang dan bisa menyadari ketidakkekalan dalam hidup.

Sila Menjadi Landasan dalam Bertindak

Christine saat mewawancarai Bambang mengenai sila Tzu Chi.

Sebagai organisasi kemanusiaan, Tzu Chi berlandaskan 10 sila yang merupakan pedoman bagi relawannya. Master Cheng Yen berujar bahwa sila bagaikan jalur kereta yang membuat kereta api berjalan stabil. Jika para relawan tidak menjalankan 10 sila dalam hidupnya, seperti tidak membunuh, tidak berbohong, dan lain-lain, maka organisasi pun akan sulit berjalan sesuai visi.

Tzu Chi telah tersebar di 62 negara dan telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada 126 negara. Padahal, awalnya hanya berkembang di Taiwan saja. Christine menegaskan bahwa Tzu Chi bisa berkembang karena adanya relawan. Cinta kasih akan senantiasa mengakar di hati dan tersebar ke seluruh dunia bila setiap relawan mampu menerapkan budaya humanis dan juga 10 sila dalam hidupnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Pelatihan Relawan yang Begitu Bermanfaat

Pelatihan Relawan yang Begitu Bermanfaat

14 Juni 2013 Kegiatan yang dihadiri oleh kurang lebih 140 relawan ini dimulai pukul 08.00 – 15.00 WIB. Hari itu relawan abu putih yang mengikuti training diberi banyak pelajaran dan pengetahuan baru tentang Tzu Chi.
Semangat dalam Pelatihan Relawan Abu Putih II

Semangat dalam Pelatihan Relawan Abu Putih II

11 Juli 2024

65 relawan Tzu Chi Jambi mengikuti pelatihan relawan Abu Putih 2 untuk menyatukan visi dan misi dalam menjalankan kegiatan Tzu Chi. Pada pelatihan ini relawan diperkenalkan budaya berpakaian, cara makan, mencatat dan mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi.

Pelatihan Relawan: Dharma Tak Bersuara

Pelatihan Relawan: Dharma Tak Bersuara

24 Juni 2013 Pelatihan kali ini terkesan menarik dan unik, pasalnya pelatihan yang biasanya berlangsung di dalam ruangan dengan peserta yang duduk diam serta disuguhi dengan materi dan sharing relawan, saat itu justru hanya terjadi dalam sedikit sesi.
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -