Menerima dengan Lapang Dada

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 

fotoSaat bedah buku bertema "Suara Bodhisatwa", Acun Shixiong mengisahkan bagaimana ia berjodoh dengan Tzu Chi dan bagaimana ia menjalani kehidupannya sebagai staf Tzu Chi yang bertugas membantu para pasien kasus Tzu Chi yang berobat di RSCM.

Suara Bodhisatwa, itulah tema yang menjadi topik bahasan utama bedah buku relawan Tzu Chi He Qi Utara pada tanggal 24 Desember 2009 lalu. Bedah buku yang biasanya dilangsungkan di lantai dasar Jing Si Books and Café Pluit Jakarta Utara, kini telah dipindahkan ke ruangan utama gedung Jing Si Books. Jika di lantai dasar pemandangannya lebih banyak didominasi oleh dinding gedung, di ruangan utama, tatanan buku yang tertata rapi, dan suasana yang tenang menjadi teman yang asyik untuk mengikuti bedah buku mingguan ini.

Sharing di Malam Natal
Hal lain yang berbeda adalah jika biasanya relawan Tzu Chi yang hadir cukup banyak, namun karena sebagian relawan ada yang merayakan Natal, maka jumlahnya tidaklah sebanyak acara bedah buku sebelumnya. Meski begitu, para peserta tetap antusias mengikuti bedah buku yang menghadirkan Acun dan Aan Shixiong.

Di awal sesi, Acun dengan gamblang menceritakan bagaimana ia berjodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Hingga saat ini, Acun sudah hampir 15 tahun bergabung di dalam barisan relawan cinta kasih Tzu Chi. Dalam kurun waktu itu, berbagai pengalaman di lapangan khususnya saat berada di rumah sakit telah menempa dirinya agar dapat lebih menerima tingkah laku para pasien dengan lapang dada, penuh rasa syukur, dan dapat membayangkan bagaimana jika pasien itu adalah dirinya sendiri.  

“Rasa suka, rasa suka, jenuh, rasa boring pasti dirasakan semua orang. Cuma kita harus ingat lagi, kalau kita sudah di jalan Tzu Chi, itu sudah jodohnya. Kita harus terima,” kata Acun yang lahir di tahun 1972 tersebut, saat ditanya bagaimana melihat suka dan duka di dalam menjalani rutinitas kesehariannya.

Saat sharing, Acun pun menceritakan bagaimana ia pernah bertemu dengan seorang pasien kasus Tzu Chi yang sukanya marah-marah. Saat pertama kali Acun bertemu dengan pasien kasus ini, si pasien rupanya tidak senang dengan berbagai persyaratan yang ada di Tzu Chi. Oleh si pasien, kertas-kertas administrasi yang dipegangnya lantas diremas-remas dan dilemparkan ke Acun. Mendapati hal ini, Acun pun terkejut, demikian pula orang lain yang melihatnya. Bahkan oleh seorang petugas keamanan, pasien ini hendak diamankan karena membahayakan Acun. Namun Acun berkata kepada petugas keamanaan ini, “Jangan, mungkin orang ini depresi. Biar bagaimanapun orang ini adalah pasien Tzu Chi.”

foto  foto

Ket : - Kesabaran dan keteguhan hati dalam menjalankan sesuatu, merupakan inti pesan yang ingin disampaikan            oleh Acun dan Aan dalam sharing mereka di acara bedah buku di Jing Si Books and Cafe Pluit Jakarta.             (kiri)
       - Dengan penuh perhatian, para peserta bedah buku mendengarkan dan menyimak sharing yang disampaikan            oleh Acun Shixiong. Dari bedah buku ini, para peserta belajar untuk mengenal lebih dalam Tzu Chi. (kanan)

Berselang satu jam setelah kejadian itu, pasien itu lantas mengirimkan sebuah pesan singkat lewat telepon genggam kepada Acun. “Eh Acun, loe pernah ngerasain sakit ga,” demikian pesan yang masuk ke telepon genggam Acun. Oleh Acun pesan itu dijawab dengan jawaban pernah. Oleh si pasien pesan itu dijawab lagi, “Loe tau ga penderitaan gua. Jangan perlakukan gua seperti itu.” Mendapati pesan singkat seperti itu, Acun pun kaget, pasien yang tadi marah-marah dan melemparkan berkas-berkas kepadanya, mengapa bisa berbicara seperti itu. Maka Acun pun berpikir ada apa dengan pasien kasus ini. Bahkan hingga di rumah, ia terus termenung dan berpikir hendak bagaimana menghadapinya. “Apa disamperin aja ya, dia laki-laki gua juga laki-laki,” pikirnya waktu itu.

Jalinan Jodoh
Acun pun lantas berkonsultasi dengan Lulu shijie perihal tingkah laku pasien kasus itu. Oleh Lulu shijie, pasien itu lantas dirayu untuk datang kembali. Saat datang dan bertemu Acun kembali, si pasien itu masih cuek dan marah-marah. Bahkan di hari kedua, bukan lagi kertas yang ia lemparkan, melainkan sampah medis yang ada di sampingnya dilemparkan ke Acun. Acun yang mendapatkan perlakuan seperti itu lantas berpikir, ada apa dengan pasien ini. Dari sini, ia menyadari jika yang dibutuhkan oleh pasien ini bukanlah sekadar bantuan medis, namun juga bantuan batin. Karena itu ia lantas berpikir bagaimana juga mengobati penyakit batin si pasien. Untuk menemukan jawabannya, setibanya di rumah, Acun selalu bermeditasi dan berintropeksi diri. Namun ia lantas berpikir inilah ladang berkah yang harus terus ia semai.

Keesokan harinya saat bertemu dengan pasien itu kembali, ia selalu mengucapkan terima kasih walau si pasien mengucapkan kata-kata yang tidak enak untuk didengar. Begitu terus berulang-ulang dilakukan oleh Acun. Si pasien yang tadinya memperlakukan Acun tidak baik itu lama-lama berpikir, “Nih orang baik juga, tetap bilang terima kasih padahal dah gua maki-maki, lempar dengan sampah dan kertas. Kenapa selalu bilang terima kasih?” Si pasien ini perlahan-lahan berubah. Dari wajahnya yang kemerahan pertanda memendam kemarahan kini mulai berubah menjadi lebih lembut.

Di saat itulah, Acun mulai melakukan pendekatan dengan si pasien. “Ada apa pak?” tanya Acun. “Kalau antri kepala saya sakit sekali,” katanya. Dari situlah Acun mulai paham keadaan si pasien ini termasuk keadaan keluarganya yang ternyata broken home. Terakhir Acun bertemu dengannya, si pasien malah menyambutnya, meminta maaf atas kelakuannya terhadap Acun dan mengucapkan terima kasih. Sharing seputar kisah di rumah sakit yang disampaikan Acun ini lantas mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari para peserta bedah buku yang hadir.

 

foto  foto

Ket::  - Di akhir sesi, Johan Shixiong yang telah mengenal Acun shixiong cukup lama turut memberikan sharing             seputar kedekatan dan jodoh Acun shixiong dengan Tzu Chi. (kiri).
         - Di akhir acara, para peserta bedah buku membungkukkan tubuh pertanda ungkapan terima kasih kepada            Acun dan Aan Shixiong yang telah berbagi kisah bersama mereka.  (kanan)

Aan yang juga salah satu pasien kasus yang pernah ditangani Acun malam itu turut berbagi sharing kepada para peserta. Tak kalah dengan Acun, dengan energik Aan berbagi cerita bagaimana ia berjodoh dengan Tzu Chi dan bagaimana ia sekarang telah bergabung menjadi salah satu relawan di barisan cinta kasih Tzu Chi.

Malam itu, Johan Shixiong yang cukup lama mengenal Acun juga tak ketinggalan diminta oleh Poshan Shixiong untuk memberikan sedikit komentar. “Jika dahulu Acun tidak banyak omong karena memang perbuatan dan tindakan nyata lebih nyaring daripada ucapan. Kini sudah lebih berani ngomong. Kebijakannya sudah lebih meningkat” katanya. Selain itu, Johan juga mengatakan pemaparan yang diberikan oleh Acun juga kini lebih teratur, panjang lebar, dan dharmanya sangat jelas. Di akhir komentarnya, Johan berkeyakinan bahwa setiap perbuatan bajik yang dilakukan oleh setiap orang termasuk yang dilakukan oleh Acun tidak akan sia-sia.

“Meski kecil namun jika dilakukan dengan sepenuh hati maka hasilnya akan dapat dirasakan oleh siapapun yang melakukannya,”tukas Johan Shixiong. Acara bedah buku bertema suara bodhisatwa malam itu pun diakhiri oleh Poshan Shixiong selaku pembawa acara dengan mengajak para peserta untuk membungkukkan badan ke Acun dan Aan Shixiong sebagai pertanda ungkapan rasa terima kasih karena telah berkenan berbagi cerita, dan kisah yang berisikan perlunya semangat dalam menjalani kehidupan ini.

 
 

Artikel Terkait

Bergembira Bersama Oma dan Opa

Bergembira Bersama Oma dan Opa

21 Januari 2019

Meluangkan waktu untuk berbagi kasih bersama para opa dan oma di Panti Wreda Karitas dan Panti Sosial Rumah Pemulihan Permata untuk melayani dan menghibur mereka.

Koin untuk Kemanusiaan

Koin untuk Kemanusiaan

16 Desember 2015
Paulus Moleonoto, Wakil Direktur Utama PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. (tengah) turut menuangkan celengannya bersama karyawan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis ini.
Gempa Palu: Aliran Cinta Kasih Terus Mengalir untuk Palu

Gempa Palu: Aliran Cinta Kasih Terus Mengalir untuk Palu

04 Oktober 2018
Relawan Tzu Chi Makassar memberikan uang pemerhati (dukacita) kepada 37 pasien luka berat korban gempa dan tsunami yang dirujuk dari Palu ke Makassar di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo. 
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -