Mengasah Bakat untuk Menjadi Juara

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Danny Oey (DAAI TV), Yuliati


Edy Wirantoro, Board of Director (BOD) DAAI TV berfoto bersama usai menyerahkan hadiah kepada para juara lomba menyanyi Voice of DAAI pada Sabtu, 28 April 2018.

Alunan lagu Sang Mahadaya dari kelima finalis yang lolos babak semifinal menggema di ruang Gou Yi Ting lantai 3, Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara pada Sabtu sore, 28 April 2018. Mereka adalah Shabrina Leonita, Made Agastya, Satrio Lahskart, Anna Purba, dan Marvella. Ratusan penonton pun menanti penampilan masing-masing finalis tersebut dalam perebutan panggung juara dalam grandfinal Voice of DAAI.

Sejak enam bulan lalu, DAAI TV telah menyiapkan acara ini mulai dari audisi hingga puncak acara grandfinal Voice of DAAI. Acara bertajuk Voice of DAAI ini pun diadakan untuk pertama kalinya pada tahun 2018 ini yang lebih menyasar pada talenta bernyanyi anak-anak muda. “Kita berusaha menciptakan idola baru dengan suara-suara indahnya yang bernyanyi untuk menyebarkan kebaikan tapi juga bisa menjadi teladan untuk kebaikan,” ujar Widyatmika, koordinator acara.


Kelima finalis bersama-sama menyanyikan Sang Mahadaya sebagai pembuka grandfinal Voice of DAAI.

Kegiatan pencarian bakat ini pun mendapat sambutan hangat dari para peserta, terbukti lebih dari 400 peserta yang mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba nyanyi dan 200 peserta untuk lomba cipta lagu. Audisi pun diadakan di masing-masing kota yakni Surabaya, Medan, dan Jakarta. Dari hasil audisi tersebut, panitia membawa 30 nama peserta dari masing-masing kota. “Kemudian kita seleksi lagi menjadi 10 besar, lalu kita ambil lagi 3 besarnya (yang menjadi juara),” kata Widyatmika, yang akrab disapa Mika.

Lima finalis yang lolos dari semifinal pun dikarantina selama satu minggu sebelum akhirnya menunjukkan bakat-bakat menyanyi mereka. Selama menjalankan karantina, kelima peserta tidak hanya mendapatkan bagaimana mengasah teknik menyanyi sesuai dengan karakter masing-masing mereka, sharing bersama dewan juri, namun juga diberikan bekal dengan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai Tzu Chi. Kelima finalispun diajak untuk melakukan kunjungan kasih ke rumah penerima bantuan Tzu Chi (gan en hu) bersama relawan.

Menampilkan yang Terbaik


Ratusan penonton memadati ruang Guo Yi Ting lantai 3 Aula Jing Si sangat antusias menantikan penampilan dari jagoan mereka masing-masing.

Dalam perebutan menjadi sang juara, masing-masing finalis pun membawakan dua lagu yang merupakan satu lagu wajib yang ditentukan panitia dan lagu pilihan sendiri. Mereka sama-sama menampilkan yang terbaik pada hari itu. Dari kelima finalis pada grand final ini, terdapat tiga peserta yang menjadi juara: juara I, II, dan III.

Satrio Lahskart yang merupakan finalis dari Surabaya, Jawa Timur telah berhasil menyabet juara Voice of DAAI lewat lagu Senyuman Terindah dan sebuah lagu yang berkolaborasi langsung dengan pemain saksofon. Pujian demi pujian pun dilontarkan oleh para juri usai penampilan apiknya, terutama saat membawakan lagu wajib yang dirasa tidak familiar dengan lagu tersebut.

“Saya salut karena tidak mudah membawakan lagu (Senyuman Terindah) yang tidak familiar dan kamu membawakan lagu dengan prima,” ungkap Addie MS, salah satu juri Voice of DAAI. “Di lagu pertama (Senyuman Terindah) saya sangat merinding ya. Sesuai dengan lagu Senyuman Terindah kamu telah membuat hati saya sangat dahsyat,” timpal Irvyn Wongso yang juga juri Voice of DAAI.

Pujian ini diperolehnya berkat kerja keras yang dilakukannya selama ini untuk bisa mendalami dan membawakan lagu tersebut dengan sangat apik. “Setelah saya dapat lagu dari panitia saya buru-buru mencari referensi lagunya, liriknya. Setelah itu terkuasai, saya kemudian coba mencari suasana lagunya, pesannya sehingga saya tidak sekadar bernyanyi tapi pendengar betul-betul bisa merasakan apa yang saya ungkapkan dari nyanyian tersebut,” ungkap Satrio Lashkart.


Satrio Lahskart yang merupakan finalis dari Surabaya, Jawa Timur telah berhasil menyabet juara I Voice of DAAI.

Pemuda yang baru saja lulus bangku SMA ini pun diganjar menjadi juara pertama Voice of DAAI dengan mendapatkan hadiah berupa tropi, uang tunai sebesar tujuh juta rupiah, dan tiket perjalanan berlibur ke Taiwan. 

“Saya nggak nyangka bisa berada di titik ini, saya sangat bersyukur,” ucap Satrio. Ia pun akan mempersembahkan hadiah yang diperolehnya kepada keluarga.

Satrio yang sejak usia empat tahun sudah mulai bernyanyi ini pun tampil di panggung pencarian bakat tanpa kehadiran keluarga. “Saya datang sendiri, saya berharap sih sebetulnya orang tua bisa datang tapi mungkin karena biaya belum ada jadi saya tetap berjuang di sini meskipun tanpa dukungan dari orang tua. Keluarga selalu mendukung dari rumah,” ungkap pemuda 18 tahun ini.


Addie MS, Irvyn Wongso, Andrea Miranda, dan Marchell Siahaan (kanan kekiri) yang menjadi juri Voice of DAAI.

Sebelum mengikuti Voice of DAAI, kegiatan Satrio setiap minggunya bernyanyi di lokasi objek wisata di kotanya. Selain Voice of DAAI, ia juga sempat mengikuti kegiatan serupa yakni bintang radio di Ambon, festival lomba siswa seni nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta ajang pencari bakat di televisi swasta yang masuk dalam 20 besar.

Selain mendapatkan pengalaman bernyanyi pada ajang Voice of DAAI, bungsu dari enam bersaudara ini pun mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari nilai-nilai Tzu Chi yang ia peroleh. Salah satunya melalui kunjungan kasih yang diikutinya semasa karantina. “Saya merasa bersyukur sekali dengan apa yang saya punya sampai saat ini,” akunya.

Usai mengikuti grandfinal Voice of DAAI, Satrio pun mamasang target dalam membawakan sebuah nyanyian bagi para pendengarnya. “Target saya bernyanyi bisa menginspirasi dan mengubah kita meskipun dari lagu. Dengan menyanyikan lagu semoga hati mereka tersentuh untuk melakukan kebaikan,” pungkasnya.

Supaya Banyak yang Terinspirasi

Selain grandfinal Voice of DAAI, juga diumumkan pemenang lomba cipta lagu yang berhasil meraih juara I, II, dan III. Mereka adalah Stephanie Leoni, Sobarudin, dan Heri. Pemenang juara pertama, Stephanie Leoni merasa senang tak terkira karena karyanya menjadi juara. Ia pun menerima hadiah berupa tropi, uang tunai sebesar lima juta rupiah, dan tiket perjalanan berlibur ke Taiwan.

“Senang banget. Katanya setelah ini akan diproduksi dan dicetak berarti akan lebih banyak orang yang bisa terinspirasi. Semoga pesan itu bisa nempel jadi saya senang (lagu) akan tersebar lebih luas,” ungkap Stephanie.

Stephanie memang sudah seringkali menciptakan lagu-lagu, namun karyanya di Voice of DAAI ini cukup berbeda bagaimana isi dari lagu harus mengandung unsur kebajikan. Ia pun mengaku terinspirasi membuat lagu tersebut ketika liburan ke suatu tempat, dimana depan hotel saat ia menginap terdapat sungai yang jernih dan bersih namun berdampingan dengan tumpukan sampah yang kotor. Muncullah ide karya lagu berjudul Kita Peduli.


Stephanie Leoni (dua dari kiri) menjadi pemenang lomba cipta lagu yang berjudul Kita Peduli.

“Lagu ini saya buat karena menurut saya sebenarnya semua orang tahu nggak boleh buang sampah, semua orang tahu kalau keluar ruangan harus mematikan lampu, nggak boleh boros air tapi nggak ada yang peduli untuk melakukan itu, jadi itu hal kecil tapi berharga. Lagu ini saya dedikasikan untuk menuangkan hal-hal tersebut,” ujarnya tersenyum.

Andrea Miranda yang merupakan juri Voice of DAAI di penghujung acara membawakan lagu ciptaan Stephanie telah memukau para penonton yang hadir. Ia pun terkesan dengan lirik lagu tersebut. “Lirik lagu yang diciptakan Stephanie menyadari apa yang baik, apa yang benar. Hal yang biasa belum tentu benar. Apa yang kita lakukan yang terpenting adalah membahagiakan orang dan tidak boleh membiasakan sesuatu yang salah,” ujar Andrea Miranda.

Bagi Addie MS, kegiatan Voice of DAAI ini merupakan perlombaan yang berbeda dengan perlombaan lainnya karena ingin menyampaikan dan menebarkan cinta kasih di tengah gejolak masyarakat saat ini. “Saya sangat prihatin dengan situasi bangsa kita yang menempatkan kepentingan dan lainnya sehingga yang dikorbankan semangat toleransi perbedaan. Nah, saya sangat bahagia ada DAAI TV yang peduli dan membuat suatu upaya menekankan pentingnya persatuan dengan untaian cinta kasih ini,” ungkapnya. “Nggak banyak orang yang bisa melakukan sesuatu yang baik ditengah masyarakat yang seperti ini. Saya sangat berterima kasih karena diberi kesempatan untuk berbuat baik juga,” tambah Marchell Siahaan, yang juga menjadi juri dalam kegiatan ini.

Salah satu Board of Director (BOD) DAAI TV, Edy Wirantoro menyampaikan pesan cinta kasihnya di akhir kegiatan. “Pemenang sejati adalah pemenang untuk bisa membawa inspirasi kebaikan kepada orang lain. Marilah kita bersama-sama semua sebarkan kebajikan cinta kasih untuk kegiatan sehari-hari,” ucapnya. Ia pun mengajak finalis yang belum menjadi pemenang pada malam itu agar tidak patah semangat dan terus mencoba. “Kami harapkan agar selalu semangat dan terus berkarya,” pesannya.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Mengasah Bakat untuk Menjadi Juara

Mengasah Bakat untuk Menjadi Juara

30 April 2018
Dalam perebutan menjadi sang juara, masing-masing finalis pun membawakan dua lagu yang merupakan satu lagu wajib yang ditentukan panitia dan lagu pilihan sendiri. Mereka sama-sama menampilkan yang terbaik pada hari itu.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -