Mengembalikan Senyum Maulidia Putri

Jurnalis : Canti Yohana (Tzu Chi Sinar Mas), Fotografer : Dok. Tzu Chi Sinar Mas
Diah Ayu dan Ginanjar, dua orang relawan Xie Li Kalimantan Tengah 1 saat pertama kali melakukan survei ke rumah Maulidia Putri.

“Bersatu hati menebar cinta kasih di dunia, dengan kasih sayang menghibur dunia.”  
(Master Cheng Yen)

Juli 2024 lalu, Diah Ayu dan Ginanjar, dua relawan Xie Li Kalimantan Tengah 1 melakukan survei calon anak beasiswa di Desa Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Saat itulah, relawan mendapat informasi jika ada balita bernama Maulidia Putri yang berusia 9 bulan menderita bibir sumbing. Informasi ini membulatkan tekad relawan untuk melakukan survei lebih lanjut pada 15 Juli 2024.

Maulidia Putri tinggal di rumah kontrakan bersama orang tua dan ketiga kakaknya. Muhammad Syarifudin, sang ayah bekerja serabutan. Sementara ibunya Suriani Wardani ibu rumah tangga.

Sejak saat itu, relawan terus memberikan pendampingan. Relawan juga berbagi waktu mengunjungi Maulidia. Veranita Sinuraya dan Erni Retnosari membantu pengurusan kartu BPJS yang belum dimiliki Maulidia Putri. Proses pengurusan kartu BPJS memakan waktu hingga 2 bulan. Kartu BPJS ini dimanfaatkan untuk mendapat rujukan ke dokter bedah mulut. Selanjutnya pada 16 Oktober 2024, relawan membawa Maulidia bertemu dokter. “Hasil konsultasi dokter sebetulnya kondisi Maulidia termasuk sudah terlambat untuk ditangani, namun beruntungnya adik Maulidia ini hanya mengalami sumbing di bagian bibir dan tidak sampai ke langit langit mulut maupun hidung, sehingga kita diperbolehkan untuk rontgen dan cek lab,” ujar Erni Retnosari.

Maulidia Putri digendong Suraini Wardani saat pertama kali konsultasi ke dokter.

Pada 21 Oktober 2024, relawan kembali membawa Maulidia bertemu dokter anak. Dari konsultasi ini disepakati Maulidia akan menjalani tindakan operasi bibir sumbing pada 29 Oktober 2024. Ridwan Ashari, Ketua Xie Li Kalimantan Tengah 1 berkoordinasi dengan relawan lainnya untuk menyiapkan segala keperluan operasi ini. Mulai dari akomodasi, pendampingan, pemesanan kamar, dan juga koordinasi dengan tim medis di RS. Sultan Immanudin, Pangkalan Bun.

Di tengah persiapan tindakan operasi Maulidia, pada 24 Oktober 2024 orang tuanya mengabarkan jika Maulidia jatuh sakit. “Sempat khawatir juga, tapi bersyukur banget dan ini rencana Tuhan. Dengan istirahat yang cukup adik Maulidia kembali sehat dan lancar semua. Jadi tanggal 28 Oktober kita bisa masuk rumah sakit untuk daftar kamar inap,” terang Veranita Sinuraya.

Relawan mendampingi Maulidia Putri saat melakukan konsultasi ke rumah sakit.

Hari yang dinanti pun tiba, 29 Oktober 2024 menjadi hari dimana Bayi Maulidia mendapatkan penanganan operasi bibir sumbing. Dokter Ida Bagus Gede Rsi Mahendra Diputra, Veranita Sinuraya dan Erni Retnosari turut mendampingi keluarga Maulidia. Rasa tegang dan khawatir tak bisa disembunyikan dari wajah kedua orang tua Maulidia.

Setelah menunggu beberapa saat, perawat mengabarkan jika operasi telah selesai. Orang tua Maulidia dan relawan segera menghampiri Maulidia yang mash terbaring di ruang pemulihan. Rasa cemas dan tegang selama menunggu lenyap seketika. Meski bibir Maulidia masih tertutup kain kassa, ada rasa kebahagiaan yang dirasakan kedua orang tua dan relawan yang mendampingi.

Dokter Ida Bagus Gede Rsi Mahendra Diputra (kiri) tampak mendampingi Maulidia Putri dan keluarganya saat dilakukan tindakan operasi.

Keesokan harinya, 30 Oktober 2024, menjelang sore Maulidia sudah diperbolehkan pulang.  “Saya bersyukur sekali, Bu. Bisa dibantu sama Tzu Chi. Anak saya sudah tidak cacat lagi. Karena saya takut, Bu. Keluarga saya juga ada yang meninggal karena bibir sumbingnya nggak ditangani,” ujar Suarni Wardani menahan haru.

Terbayar sudah penantian dari para relawan yang bersatu dan saling menolong untuk mendampingi perjalanan Maulidia Putri. Semoga setiap benih yang ditabur para relawan menjadi ladang berkah bagi orang lain, dan setiap individu yang mendapat berkah bisa memberikan berkah lain kepada sesama sehingga rantai jalinan jodoh baik tidak akan pernah habis terputus, seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.”

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Memberi Kebahagiaan Tanpa Batas

Memberi Kebahagiaan Tanpa Batas

09 September 2022

Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) Bandung mengunjungi Rumah Pejuang Kanker Ambu dan Panti Asuhan Hikmah Mufakir Istiqomah pada 3 September 2022. Dalam kegiatan ini, Tzu Ching Bandung juga membagikan berbagai kebutuhan untuk anak-anak di dua lokasi tersebut.

Guratan Tawa di Wajah Al Bukhari

Guratan Tawa di Wajah Al Bukhari

03 Agustus 2018
Mandiri, menjadi kata pertama yang terlintas ketika relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali bertemu dengan Al Bukhari. Remaja 14 tahun penerima bantuan Tzu Chi asal Pulau Parit itu kini terlihat sangat berbeda. Wajahnya tampak lebih segar dan badannya sudah tegap tanpa tongkat penyangga.
Belajar dari Kunjungan Kasih

Belajar dari Kunjungan Kasih

20 April 2017

Minggu, 16 April 2017 oleh 26 relawan dan sukarelawan Tzu Chi Pekanbaru mengunjungi Panti Tresna Werdha (Jompo) Khusnul Khotimah yang terletak di jalan KH. Nasution, Pekanbaru

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -