Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Jurnalis : Yoce Setiawan (He Qi Pusat), Fotografer : Merlina Chandra (He Qi Pusat)

Interaksi antara Jensen, relawan Tzu Chi dengan salah satu anak asuh He Qi Pusat.

Bertepatan dengan hari kasih sayang, Minggu 14 Februari 2016, Tim Teratai (tim pemerhati pendidikan) relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pusat kembali mengadakan kegiatan penerima bantuan bagi anak asuh Tzu Chi yang berlokasi di Kantor Sekretariat He Qi Pusat, Gedung ITC Mangga Dua Lantai 6, Jakarta Utara. Kegiatan ini dibantu oleh 16 relawan bersama 77 anak asuh, dengan tema “Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain dengan Cara Saling Menghargai dan Toleransi”.

Pada kegiatan ini, Tim Teratai mengajak para anak asuh  untuk menonton video kisah tentang ‘Rusa Sembilan Warna’. Cerita ini mengisahkan seekor rusa yang tinggal di tepi Sungai Heng dan memiliki sembilan warna pada bulu di tubuhnya.

Suatu hari di atas sungai itu terdengar teriakan seorang manusia meminta tolong. Tanpa memikirkan keselamatan sendiri, rusa ini meloncat ke sungai, berenang ke samping orang itu untuk menolongnya. Orang itu terus mengucapkan terima kasih pada rusa sembilan warna. Rusa tersebut meminta agar tidak menceritakan peristiwa tadi kepada orang lain.

Relawan Tzu Chi yang juga relawan pembina RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, Oey Hoey Leng, hadir memberikan motivasi kepada anak asuh He Qi Pusat tentang hidup damai dan selalu bersumbangsih dengan senyuman.

Anak asuh sedang berkonsentrasi merangkai potongan puzzle menjadi satu gambar yang penuh arti.

Suatu hari, timbul noda keserakahan pada orang tersebut atas iming-iming hadiah dari seorang raja bila ada yang bisa menangkap rusa sembilan warna dan diserahkan kepada raja. Rusa ini bersedih hati setelah mengetahui orang yang pernah ditolongnya telah mengingkari janji. Kebaikan hati rusa ini menggugah hati sang raja yang kemudian memerintahkan prajuritnya untuk tidak memanah rusa itu, juga melarang siapa pun menangkap rusa sembilan warna ini.

Setelah selesai menonton tayangan video singkat, salah satu dari tim Teratai meminta anak asuh berbagi cerita dan menceritakan pelajaran apa yang didapat dari kisah singkat tersebut. “Menolong tanpa pamrih, ketika sudah berjanji kepada seseorang, janganlah kita melanggar janji tersebut,” cerita Yuven di depan anak asuh lainnya yang datang hari itu.

Selain menonton dan berbagi cerita, anak asuh diajak bermain bersama dengan sebuah permainan puzzle yang dipandu oleh Jensen, relawan Tzu Chi. Permainan ini dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mendapat satu amplop merah yang berisi beberapa potongan gambar puzzle yang wajib dirangkai menjadi satu gambar yang penuh arti.

Permainan ini terlihat cukup mudah dirangkai, tetapi terselip suatu tantangan yang harus dihadapi setiap kelompok. Terdapat beberapa potongan gambar puzzle yang terselip di amplop merah kelompok lain. Setiap kelompok harus jeli mencari pasangan dari potongan gambar puzzle. Bila ada kelompok permainan berhasil merangkai potongan gambar puzzle, perwakilan dari kelompok tersebut harus berbagi strategi permainan puzzle dan menceritakan pelajaran yang mereka dapat dari permainan puzzle ini.

“Perlu kerja sama kelompok, kita tidak perlu berkeliling mencari potongan gambar, tetapi akan datang sendiri semua potongan gambar,” ujar Febi, salah satu anak asuh He Qi Pusat. Selain itu, Jensen juga menjelaskan arti dari permainan puzzel tersebut adalah saat kita memiliki materi, kita harus selalu bisa berbagi dengan orang lain yang membutuhkan.

Setiap kelompok juga diminta menceritakan arti gambar yang dirangkai dari potongan gambar dari puzzle. Setiap gambar mewakili kasih sayang, seperti gambar seorang anak menuangkan teh kepada ibu, seorang wanita bermain dengan binatang, seorang ibu yang memandikan anaknya. Intinya permainan ini adalah untuk mencapai sesuatu, kerja sama kelompok, berusaha, dan selalu berhati sabar menghadapinya.

Di Bulan kasih sayang ini, Tim Teratai mengundang Oey Hoey Leng, seorang relawan Komite yang juga Pembina RSKB Cinta Kasih Tzu Chi untuk berbagi pengalaman. Oey Hoey Leng menuturkan bahwa ia adalah seorang alumnus Universitas Trisakti jurusan Akuntasi dan bekerja di Sinar Mas Group sebagai seorang direktur.

Salah satu anak asuh dalam kelompok lain memberikan potongan puzzle kepada kelompok lain agar terangkai suatu gambar.

Yuven salah satu anak asuh He Qi Pusat berbagi cerita setelah menonton video singkat kisah “Rusa Sembilan Warna”.

Hatinya terpanggil untuk menjalankan misi kemanusiaan dengan bergabung di barisan Tzu Chi, lebih mengemban misi kesehatan Tzu Chi, khususnya di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng. “Mengutip suatu kalimat ‘Peace begins with your lovely smile’ yang artinya kedamaian itu dimulai dari suatu senyuman yang penuh cinta. Kita mulai mengenal orang lain sekaligus bercermin. Mulai sekarang kita belajar senyum. Ilmu ini harus menjadi bekal kita bila kita mau hidup damai. Damai bukanlah ciptaan orang lain, melainkan oleh diri kita sendiri,” jelas Oey Hoey Leng.

Ia menambahkan, diri sendiri yang menciptakan suasana damai menyenangkan, semangat, dan efek positif. Bila menginginkan kehidupan bermakna, maka harus selalu bersumbangsih dengan senyuman. Setiap senyuman akan memberikan pengaruh positif bagi diri sendiri dan orang lain di sekeliling kita.

Di penghujung acara, Oey Hoey Leng mengajak para anak asuh, orang tua anak asuh dan insan relawan Tzu Chi berbagi cerita mengenai diri sendiri. Tujuannya agar kita bisa mengenal diri kita sendiri dan mendapat pelajaran tentang orang lain.


Artikel Terkait

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

19 Februari 2016
Bertepatan dengan hari kasih sayang, Minggu 14 Februari 2016, tim Teratai dari relawan Tzu Chi  He Qi Pusat kembali mengadakan kegiatan pemberian bantuan bagi anak asuh Tzu Chi yang berlokasi di Kantor Sekretariat He Qi Pusat.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -