Mengenali Karakter Calon Siswa
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya |
| ||
“Saya sangat hati-hati untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak saya, biasanya saya pelajari dulu metode pelajaran di sekolah itu. Nah, di Tzu Chi School ini berbeda dari sekolah lain pada umumnya, di sini ada pelajaran budi pekertinya, seperti bagaimana anak itu menghargai setiap makanan yang dia makan, cara menghormati orang tua, bagaimana cara berbicara yang baik dan sopan, pokoknya tata krama itu diajarkan di pelajaran budi pekerti ini,” ungkap Elida menggebu, “nah, di sekolah lain tidak ada pelajaran seperti ini, yang didapat hanya pelajaran yang umum saja.” Elida, salah satu calon orang tua siswa yang hadir dalam wawancara itu mengatakan bahwa ia sudah mengetahui bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia akan membangun sebuah sekolah dari orang tuanya yang sudah menjadi relawan Tzu Chi. “Saya sudah mengetahui Tzu Chi akan bangun sekolah di PIK dari mama. Mama saya suka ikut kegiatan Tzu Chi juga,” jelasnya, “makanya saya buru-buru daftarin kedua anak saya Gerin (7) dan George (5).” Sebelumnya, Elida juga pernah mendaftarkan anaknya ke kelas budi pekerti yang diadakan oleh Tzu Chi Indonesia, namun ia belum beruntung karena ternyata mendaftar di kelas budi pekerti itu harus antri (menunggu) hingga berbulan-bulan. “Saya pernah mendaftarkan kedua anak saya di kelas budi pekerti yang di Jing Si Pluit, tapi susah bener masuknya antri,” ungkap Elida.
Keterangan :
Pengenalan Pihak Sekolah dan Calon Orang Tua Murid Dalam wawancara ini para guru langsung berinteraksi dengan anak yang akan bersekolah. “Jadi kita berinteraksi langsung dengan si anak, apakah karakter anak ini pendiam, dan bagaimana si anak berinteraksi langsung dengan orang yang baru dikenalnya. Kepada orang tua siswa, kita (juga) akan mengetahui harapan dari orang tua itu apa jika anaknya sekolah di Tzu Chi School,” ungkap Louise. Dengan cara ini diharapkan calon orang tua murid dan guru-guru Tzu Chi School memiliki persepsi yang sama.
Keterangan :
Perbedaan Tzu Chi School dengan sekolah lain pada umumnya adalah pada pelajaran budi pekerti. Dalam pelajaran budi pekerti ini yang dipelajari adalah norma-norma dan makna kehidupan, dimana saat ini norma-norma tersebut mulai luntur di lingkungan masyarakat pada umumnya, seperti menghormati orang tua, tata krama, menghargai setiap nilai barang, kemandirian, dan budaya humanis Tzu Chi yang menanamkan sikap rasa bersyukur dan menghormati. Pelajaran budi pekerti meliputi bahasa isyarat tangan (shou yu), cara menyajikan teh, dan merangkai bunga, penerapan tata krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari, mendidik anak-anak agar memiliki sifat yang baik, membentuk akhlak yang mulia, serta menghormati guru dan orang yang lebih tua. Di Tzu Chi School ini nantinya para siswa akan mendapatkan pelajaran budi pekerti setiap hari minimal 15 menit, dimulai dari Kata-kata Perenungan Master Cheng Yen yang kemudian diinterpretasikan di dalam pelajarannya. Dalam satu minggu para siswa akan mengikuti pelajaran budi pekerti ini selama satu jam. Para guru yang akan memberikan materi pelajaran budi pekerti ini didatangkan langsung dari Universitas Tzu Chi Taiwan. Tzu Chi School merupakan sekolah yang bersifat internasional, bahasa Mandarin dan bahasa Inggris menjadi alat komunikasi yang penting. Karena itu, dalam sistem pengajarannya, bahasa pengantar yang digunakan di Tzu Chi School adalah 40% bahasa Mandarin, 40% bahasa Inggris, dan 20% bahasa Indonesia. | |||
Artikel Terkait

Nenek Ami yang Baik Hati
19 Oktober 2009
Pengenalan Gizi Seimbang untuk Para Ibu di Kutai Barat
27 September 2023Relawan Tzu Chi di Kutai Barat mengenalkan tentang gizi seimbang kepada 70 peserta yang kebanyakan adalah para ibu. Edukasi ini merupakan salah satu cara untuk mencegah stunting pada balita.

Bertambahnya Satu Titik Pelestarian Lingkungan
24 April 2019Satu lagi titik pemilahan barang daur ulang bertambah. Berada di Taman Palem Lestari, Jakarta Barat, tempat para relawan memilah barang daur ulang ini diresmikan penggunaanya pada Minggu, 21 April 2019.