Menghadirkan Perubahan di Kelurahan Kampung Rawa

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah
Sampai rumah, Katwa langsung memberikan bantuan uang kontrakan dari Tzu Chi kepada Dewi, sang istri agar segera dibayarkan ke pemilik kontrakan yang lokasinya tak jauh dari rumah.

Ketika mendengar seseorang tinggal di rumah empat lantai, mungkin yang pertama terlintas di benak kita adalah, “Wah, pasti orang kaya.” Namun begitu melihat langsung kondisi rumah milik Katwa dan keluarganya di Kelurahan Kampung Rawa, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, kesan itu seketika sirna.

Di atas lahan tak lebih dari 3 x 2 meter, Katwa tinggal bersama istri dan tiga dari lima anaknya. Rumah empat lantai itu sempit, pengap, dan bocor di sana-sini. Sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu yang kini mulai rapuh dan keropos, terutama di lantai paling atas yang nyaris hancur.

Lantai pertama berfungsi ganda; ruang tamu, ruang tidur, sekaligus ruang makan. Tak ada kamar mandi pribadi, mereka menggunakan kamar mandi umum yang dipakai bersama karena memang tak ada ruang tersisa. Dapur pun terletak di luar, tepat di lorong masuk. Rumah-rumah sekitarnya berdempetan membuat sirkulasi udara sangat buruk.

"Kalau sudah hujan, semua berantakan. Kasur anak saya bocor semua. Yang tadinya bagus, sekarang bapuk," kata Katwa. Suaranya rendah, tapi terdengar jelas kepedihan yang sudah lama ia pendam.



Dewi sudah membayangkan suasana rumah barunya. Rumahnya akan segera direnovasi dan diperkirakan selesai dalam waktu dua bulan.

Setiap kali hujan turun, air merembes dari atap dan pinggir bangunan. Semua harus menyingkir ke sudut ruangan agar tak kehujanan. Selain itu rumah mereka juga minim ventilasi. Udara pengap, bau masakan bisa terperangkap seharian.

"Jangan masak jengkol, baunya bisa seisi rumah," canda Dewi, sang istri.

Ancaman nyata juga datang dari tikus. Hewan pengerat itu keluar masuk sesuka hati. "Saya pernah digigit sampai berdarah, anak saya juga. Apalagi si bungsu, sering banget dilangkahi tikus," tambah Dewi.

"Saya merasa tidak mampu. Sebagai kepala keluarga, seharusnya saya bisa membahagiakan mereka. Itu sebabnya, saat mendengar rumah saya akan direnovasi, saya langsung sujud syukur," ujar Katwa dengan mata berkaca-kaca.

Katwa sendiri bekerja serabutan, kadang ikut proyek bangunan, kadang membantu jual beli tanah dengan sistem komisi. Tak ada penghasilan tetap. Sementara Dewi berjualan nasi uduk dan lontong sayur di pagi hari, lanjut berjualan martabak telur dan otak-otak hingga malam dengan gerobak yang tak jauh dari rumah. Sudah lebih dari 20 tahun ia menjalani rutinitas itu. Tapi belakangan, warungnya makin sepi. Penjual serupa semakin banyak.

Meski hidup serba pas-pasan, mereka tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Dua dari lima anak mereka terpaksa berhenti kuliah karena kendala biaya. Salah satunya, Ica yang kini mengajar PAUD dengan gaji yang tak seberapa.

Warsiti tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya saat menandatangani surat kesepakatan dan menerima bantuan uang kontrakan selama proses renovasi rumahnya.

Pada Jumat pagi, 18 Juli 2025, Katwa bersama 52 warga Kampung Rawa menandatangani surat kesepakatan renovasi rumah bersama Tzu Chi Indonesia di Kantor Kelurahan Kampung Rawa. Ke-53 warga ini juga menerima bantuan uang kontrakan selama proses renovasi yang membuat mereka tambah semringah.

Kondisi rumah yang sudah jauh dari kata layak membuat Katwa dan Dewi merasa bahwa bantuan renovasi dari Tzu Chi adalah berkah yang tak terhingga. “Bahagia banget, bunga,” kata Katwa penuh rasa syukur.

Bahagia juga dirasakan Warsiti (50) yang tampak berkaca-kaca usai menandatangani surat kesepakatan dan menerima bantuan uang kontrakan selama proses renovasi rumahnya. "Senang sekali, saya masih tidak menyangka bisa mendapat bantuan bedah rumah. Soalnya kami memang belum punya kemampuan untuk memperbaikinya sendiri," ujar Warsiti dengan suara bergetar.

Potret kebahagiaan yang dirasakan warga penerima bantuan renovasi rumah dari Tzu Chi Indonesia.

Apalagi suaminya, Atim Mulyono yang dulu bekerja sebagai tukang bangunan, kini tengah menderita stroke dan tidak lagi bisa bekerja seperti dulu. Untuk membantu ekonomi keluarga, Warsiti berjualan nasi uduk di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Rumah Warsiti dihuni oleh dua kepala keluarga, dengan total enam orang. Anak sulungnya sudah menikah dan memiliki anak, sementara satu keluarga lainnya adalah Warsiti sendiri, suaminya, dan anak bungsu mereka.

"Alhamdulillah, kami sudah dapat kontrakan yang tidak jauh dari rumah. Habis ini saya mau langsung bayar," katanya sambil tersenyum tipis.

Lurah Kampung Rawa, Ferry, (kanan) sangat bersyukur atas bantuan Tzu Chi yang membawa harapan dan kebahagiaan baru bagi warganya.

Menyaksikan berupa-rupa kebahagiaan yang tak dapat disembunyikan oleh warga, Teksan, relawan Tzu Chi turut merasakan rasa haru yang dalam. "Kami relawan Tzu Chi, kan ingin menyebarkan cinta kasih. Semoga cinta kasih ini juga bisa disambut baik oleh pihak-pihak yang kita tuju, jadi semua orang bahagia," katanya.

Di Kampung Rawa, tempat Katwa dan puluhan warga lainnya tinggal, Teksan merasakan sesuatu yang berbeda. "Di sini warganya lebih nrimo, lebih bersyukur. Banyak yang terharu, lebih gan en," tambahnya.

Lurah Kampung Rawa, Ferry, selalu menyambut kehadiran relawan Tzu Chi dengan tangan terbuka. Hal ini tak lepas dari kenyataan bahwa masih banyak warganya yang tinggal di rumah-rumah yang benar-benar membutuhkan bantuan renovasi.

"Alhamdulillah hari ini tim relawan Tzu Chi kembali hadir di Kampung Rawa, kali ini untuk memberikan bantuan uang kontrakan kepada warga yang rumahnya akan direnovasi. Mudah-mudahan setelah diperbaiki, mereka bisa merasakan suasana baru. Yang sebelumnya gelap jadi terang, maklum rumah-rumah di sini berdempetan," ujarnya.

Penandatanganan surat kesepakatan bersama pada Jumat pagi, 18 Juli 2025 ini merupakan tahap yang pertama di Kelurahan Kampung Rawa. Ini merupakan bagian dari program renovasi 500 rumah tidak layak huni di Jakarta, dengan target nasional 4.000 rumah di berbagai wilayah.

Ferry juga mengajak warganya untuk bersikap ringan tangan kepada para pekerja yang merenovasi rumah mereka. Misalnya, dengan menyiapkan kopi panas atau sarapan sebagai bentuk terima kasih. Meski bukan kewajiban, hal-hal kecil seperti itu bisa sangat berarti bagi para seniman bangunan. 

"Mudah-mudahan Johar Baru, khususnya Kelurahan Kampung Rawa, bisa menjadi pemukiman yang lebih layak huni, lebih indah, tertata rapi, dan manusiawi untuk ditinggali,”pungkasnya.

Editor: Fikhri Fathoni


Artikel Terkait

Launching Program 500 Rumah Layak Huni di Johar Baru

Launching Program 500 Rumah Layak Huni di Johar Baru

21 Januari 2025

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan pemerintah meluncurkan Program Rumah Layak Huni untuk membangun 500 rumah yang aman dan nyaman bagi masyarakat kurang mampu di wilayah Jakarta dan sekitarnya. 

Program Renovasi Rumah: Relawan Menyapa dari Pintu ke Pintu, Membangun Harapan di Johar Baru

Program Renovasi Rumah: Relawan Menyapa dari Pintu ke Pintu, Membangun Harapan di Johar Baru

22 April 2025

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali melanjutkan program "Bebenah Kampung" di kawasan padat penduduk di Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

Menghadirkan Perubahan di Kelurahan Kampung Rawa

Menghadirkan Perubahan di Kelurahan Kampung Rawa

22 Juli 2025

Ketika mendengar seseorang tinggal di rumah empat lantai, mungkin yang pertama terlintas di benak kita adalah, “Wah, pasti orang kaya.” Namun begitu melihat langsung kondisi rumah milik Katwa, kesan itu seketika sirna.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -