Sebanyak 35 warga Kelurahan Galur menandatangani surat kesepakatan renovasi rumah tak layak huni di Kantor Kelurahan, Jumat 29 Agustus 2025.
Kantor Kelurahan Galur di Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat Jumat pagi itu dipenuhi wajah-wajah penuh senyum. Meski baru menandatangani surat kesepakatan, bukan menerima kunci rumah baru, warga terlihat sangat bahagia. Sebanyak 35 keluarga akhirnya akan merasakan rumah yang lebih layak, berkat program renovasi rumah tak layak huni dari Tzu Chi Indonesia.
“Alhamdulillah saya sangat terharu menyaksikan warga hari ini. Terima kasih tim Tzu Chi yang telah membantu warga kami untuk perbaikan rumah,” ujar Saminem, Sekretaris Lurah Galur.
Pagi itu sebanyak 18 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Timur bersama tim Sekretariat Tzu Chi Indonesia melayani warga dalam proses penandatanganan surat kesepakatan. “Kami sangat bersyukur bisa ikut membenahi kampung ini. Dengan lingkungan sehat dan rumah tertata rapi, keluarga juga jadi sehat. Itu kuncinya untuk meningkatkan perekonomian,” kata Tjong Mia Yolanda, Ketua He Qi Timur.
Senyum bahagia warga Galur saat mengikuti proses administrasi program renovasi rumah.
Saminem, Sekretaris Lurah Galur menyampaikan rasa syukur atas dukungan renovasi rumah dari Tzu Chi Indonesia.
Di sebuah gang sempit, ada rumah seluas tak lebih dari lima meter. Penghuninya, Moch Muchtar sudah belasan tahun tinggal di sana bersama istri dan cucu. Rumah warisan orang tua itu sudah berusia lebih dari 70 tahun. Setiap musim hujan, ia hanya bisa pasrah.
“Bukan cuma gelisah, tapi was-was. Listrik takut kena air, atap bocor semua,” ujarnya.
Sehari-hari, Muchtar bekerja sebagai marbot masjid dengan penghasilan Rp 800 ribu sebulan. “Saya enggak sangka ada bantuan renovasi. Dulu sempat masuk program pemerintah tapi gagal karena ada berkas hilang.
Alhamdulillah kali ini benar-benar terlaksana. Mungkin ini memang rezeki saya,” katanya sambil tersenyum lega.

Moch Muchtar dengan perasaan penuh syukur berbincang dengan relawan Tzu Chi.
Moch Muchtar di rumah peninggalan orang tua yang akan segera direnovasi. Atap rumahnya bocor di sana-sini.
Tak jauh dari situ, Didi Darda duduk di depan mesin jahitnya yang sudah usang. Tangannya cekatan memasukkan benang ke jarum, meski matanya harus dipicingkan. Penghasilannya tak seberapa. Pasang resleting celana Rp 10 ribu, pasang resleting jaket Rp 20 ribu. Paling ramai hanya saat lebaran dan tahun ajaran baru, itu pun penghasilan tak lebih dari Rp 50 ribu sehari.
Rumah kayu peninggalan orang tua yang difungsikan sebagai tempat menjahit, sekaligus kamar, dapur, dan kamar mandi itu kini akan diperbaiki. Untuk menambah penghasilan, keluarga ini juga membuka warung kecil yang menjual makanan ringan dan kebutuhan sehari-hari.
“
Alhamdulillah, kami sekeluarga sangat terbantu. Rumah ini warisan, tapi keadaannya sangat sederhana. Dengan adanya renovasi,
Insyaallah hidup kami jadi lebih baik,” tuturnya.

Didi Darda saat mengajukan beberapa jenis renovasi rumahnya pada tim proyek Tzu Chi Indonesia sebelum menandatangani surat kesepakatan.
Didi Darda tetap semangat menjahit di rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal sekaligus tempat usahanya.
Program renovasi rumah tak layak huni di Kelurahan Galur ini baru tahap awal, yakni sebanyak 35 rumah, sementara 101 rumah lain masih menunggu giliran. Bagi warga Galur, program renovasi rumah tak layak huni ini seperti cahaya baru yang masuk ke gang-gang sempit mereka.
Program renovasi rumah tak layak huni di Galur ini merupakan bagian dari renovasi 500 rumah di Kecamatan Johar Baru. Dari 500 rumah tersebut, 66 unit telah rampung yakni 28 rumah di Kelurahan Tanah Tinggi, 32 rumah di Kelurahan Johar Baru, dan 6 rumah di Kelurahan Kampung Rawa. Targetnya renovasi 500 rumah ini akan rampung semuanya sebelum hari raya Lebaran tahun depan.
Editor: Metta Wulandari